Jadi Ahli Turbin-Generator Kelas Dunia, Yuyun Tak Pelit Bagi Ilmu

Jabar Mendunia

Jadi Ahli Turbin-Generator Kelas Dunia, Yuyun Tak Pelit Bagi Ilmu

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Minggu, 06 Mar 2022 17:37 WIB
Jusuf Kalla dan Yuyun.
Yuyun Muharam (Foto: Repro)
Sukabumi -

Keahlian Yuyun Muharam dalam bidang turbin dan generator menuntunnya untuk berkeliling ke sejumlah negara. Yuyun yang hanya jebolan STM Negeri Garut, diakui banyak perusahaan luar negeri yang bergerak di bidang energi.

Awalnya, Yuyun bekerja di bengkel mesin PLN Dayeuhkolot Bandung dengan gaji harian.Kemampuan menyerap ilmu baru di setiap perjalanan karir membawanya hingga titik ini, salah satunya dipercaya Jusuf Kalla mengurus PLTA 2 Poso.

Meski demikian, ia kini tidak segan membagi ilmunya kepada kawula muda yang memiliki ketertarikan pada bidang yang sama dengannya. Yuyun mentransfer kemampuannya dengan harapan suatu saat Indonesia memiliki banyak bibit unggul di bidangnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Masih sangat minim ya, yang meminati PLTA kurang begitu banyak, saya berharap sekali, di Indonesia mulai mendidik tenaga ahli muda yang sifatnya kejuruannya betul-betul khusus, saat ini ratusan enginner anak muda, dunia pendidikan kampus tidak ada yang diarahkan khusus ke kualifikasi itu," kata Yuyun, Sabtu (5/3/2022).

Yuyun mencontohkan, di Andritz ada sekolah khusus dari SLTA yang khusus menangani seting dan teori khusus untuk seting turbin dan generator.

ADVERTISEMENT

"Kalau bule jebolan sana itu punya fasilitas pabriknya, Elin Andritz sejak 1930 sudah ada perusahaaan itu, sebelum perang dunia kedua. Keinginan saya di Indonesia seperti itu, mungkin di universitas tapi saat ini sifatnya kan global atau umum saja misalnya teknik mesin tidak ada sertifikasi untuk mengarah ke seting turbin dan generator tidak semua dosen mengetahui atau pengalaman di bidang itu. Jadi saat ini masih bisa dihitung jari di dunia apalagi di Indonesia," ungkapnya.

Hal itu kata Yuyun bukan isapan jempol belaka, ahli turbin dan generator yang spesifik di bidang itu bisa dihitung jari. Berdasarkan pengalamannya bertemu dengan ahli di dua hal itu saat bekerja di luar negeri.

"Kami saling mengenal baik di dalam maupun di luar negeri, ya karena orangnya itu-itu juga," imbuh dia.

"Di Poso saya sudah mulai pengkaderan, saya sudah tua kan faktor usia, selama saya masih bisa bantu bisa terus berkiprah di dunia ini saya akan lakukan. Tugas saya saat ini ditambah mendidik kader di usia muda, saya alirkan mentransfer ilmu ke teman-teman ada yang basicnya S1 Teknik Mesin. Sebelum Covid banyak magang-magang ikut di Poso, Unhas berikut dengan Untad anak-anak teknik mesin jumlahnya mungkin sudah ratusan yang saya transfer ilmunya," sambung Yuyun.

Soal presisi pada turbin yang dikatakan Jusuf Kalla, dibenarkan Yuyun. Ilmu itu tidak diperoleh di pendidikan formal yang harusnya menurut Yuyun bisa diberikan. Pelajaran yang ada saat ini dikatakan Yuyun hanya secara garis besar dan tidak sampai detail.

"Keterbatasan ilmu di kampus tidak ada mata kuliah khusus tidak ada seting spesifikasi, dunia mereka masih umum atau global, hanya secara teoritis. (Misalkan) turbin disambung generator dan turbin diputar sama air, terjadilah perputaran energi kinetik menjadi listrik. Nah sebenarnya dari sana saja penjabarannya banyak sekali, padahal ada hitungan elevasi bagaimana bisa bagus, pemasangan turbin harus presisi sampai ke berat atau ukuran terkecil misal dengan berat mesin 80 ton atau lebih itu kalau saya waktu di luar negeri beratnya sampai 600 ton, ukurannya harus tepat sampai setengah milimeter bagaimana jaraknya harus sangat presisi meskipun sampai ukuran yang paling kecil," pungkas dia.




(sya/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads