Kisah Dermawan Selamatkan Satwa Kelaparan Saat Pandemi

Kisah Dermawan Selamatkan Satwa Kelaparan Saat Pandemi

Hakim Ghani - detikJabar
Senin, 21 Feb 2022 06:27 WIB
Taman Satwa Cikembulan
Kuda penghuni Taman Satwa Cikembulan Garut. (Foto: Hakim Ghani/detikcom)
Garut - Pandemi COVID-19 menghancurkan beragam sektor, salah satunya tempat wisata. Di Garut, dermawan dan pengelola harus bahu membahu menyelamatkan satwa di tempat ini.

Tempat tersebut adalah Taman Satwa Cikembulan yang terletak di Kecamatan Kadungora, Garut. Pandemi COVID-19 yang melanda hampir dua tahun lamanya tak bisa dipungkiri membuat pengelola kewalahan untuk mengelola para satwa di tempat ini.

Kekurangan biaya jadi pemicu. Sebab, operasional tempat ini bergantung pada wisatawan, yang notabene tak ada yang datang saat pandemi menyerang.

Akibatnya, pengelola harus putar otak untuk membuat karyawan dan lebih dari 400an satwa di tempat ini bisa tetap hidup. "Selain pakai dana kami sendiri, kami juga bergantung pada wisatawan," ucap pengelola Taman Satwa Cikembulan Rudy Arifin, belum lama ini.

Pertengahan 2020 lalu jadi waktu paling gawat. Kala itu, tak satu pun wisatawan yang datang imbas kebijakan pembatasan kegiatan yang dilakukan pemerintah.

Kala itu, satwa-satwa di tempat ini terancam mati kelaparan. Pengelola kemudian meluncurkan strategi pakan silang.

"Dulu kita silangkan ayam, bebek, di sini habis untuk makan karnivora," katanya.

Strategi yang dilakukan pengelola itu ampuh untuk membuat satwa tetap kenyang dan menjaga kelangsungan hidup yang ada. Mendengar kabar itu, sejumlah dermawan juga turun tangan dengan memberikan bantuan. Hal tersebut tentunya sangat berguna bagi pengelola untuk menjaga satwa-satwa.

"Alhamdulillah banyak pihak yang membantu kami berjuang," ucap Rudy.

Taman Satwa Cikembulan kini mulai bangkit kembali. Sejak momen Libur Natal dan tahun baru lalu, wisatawan mulai kembali rutin berkunjung meskipun jumlahnya dibatasi.

Meskipun hingga kini jumlah wisatawan yang datang belum signifikan naik, hal itu membangkitkan semangat pengelola dan orang-orang yang hidup di sana. Sebab, tak hanya para satwa dan pengelola yang bergantung pada wisatawan. Masyarakat setempat yang ikut berusaha di lokasi itu juga turut merasakan dampaknya.


(bbn/bbn)


Hide Ads