Ada 'Death Note' di Balik Aksi Kakek Bunuh Veteran Tasikmalaya

Round Up

Ada 'Death Note' di Balik Aksi Kakek Bunuh Veteran Tasikmalaya

Tim detikJabar - detikJabar
Jumat, 01 Agu 2025 19:15 WIB
Terduga pelaku pembunuhan veteran di Tasikmalaya saat digelandang polisi.
Terduga pelaku pembunuhan veteran di Tasikmalaya saat digelandang polisi. (Foto: Istimewa)
Tasikmalaya -

Polisi menemukan catatan mengejutkan dari pria lanjut usia berinisial A (70), pelaku pembunuhan Karna (96) di Tasikmalaya. Dalam catatan itu, ada daftar bertuliskan nama-nama yang ingin ia bunuh atau bisa disebut death note. Karna berada di urutan ketujuh dan kini telah meregang nyawa.

Pengusutan kasus ini ditangani intensif oleh Satreskrim Polres Tasikmalaya Kota. Kasat Reskrim AKP Herman Saputra membeberkan temuan penting terkait motif dan kondisi psikologis A.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari hasil olah TKP dan penyelidikan awal, polisi menemukan catatan mencurigakan milik A. Di dalamnya tercantum nama-nama yang oleh pelaku dianggap sebagai pencuri, termasuk nama Karna.

"Ada beberapa nama yang ditulis dan disebut sama pelaku itu, calon yang akan dibunuh sama dia, karena di otak (pikiran) dia, mereka itu pencuri. Sampai ditulis ada 7 orang yang harus dia bunuh, termasuk korban di daftar terakhir yang dia ditulis, di otak dia kalau pencuri harus dibunuh," kata AKP Herman Saputra, Jumat (1/8/2025).

ADVERTISEMENT

Motif pembunuhan mengarah pada gangguan psikis. Polisi menyebut A benci berat pada siapa pun yang ia anggap sebagai pencuri, bahkan termasuk kucing.

"Hasil pemeriksaan pelaku diduga stres, tapi kalau kita mengambil kesimpulan dia (pelaku) benci sama pencuri, dan dia ngomong 'kalau ada pencuri saya gorok'," kata Herman.

"Termasuk kucing, kenapa kucing dia hantam karena di otak dia, kucing itu suka ngambil makanan. Pelaku ini stres, makanya kita libatkan Dinsos dan Dinkes, kita koordinasi apakah perlu kita kirim sekarang ke RSJ," lanjutnya.

Gangguan Mental

Herman menyebut kondisi mental A bukan hal baru. Sudah sejak lama pelaku memperlihatkan perilaku menyimpang, bahkan kerap membahayakan keluarga sendiri.

"Sudah lama sakit, jadi dia (pelaku) orangnya temperamen, itu dikatakan oleh tetangga dan istrinya sendiri," kata Herman.

Ia menambahkan, "Kemudian dia nggak bisa makan dimasakin sama orang lain, dia masak sendiri. Sampai sekarang ditawarin makan nggak mau makan, ditawarin rokok juga nggak mau, dia bikin rokok sendiri dari daun cengkeh," ujarnya.

A juga diketahui pernah memukuli istrinya tanpa alasan dan mengejar anak sambil menghunus golok. Bahkan, pemakaman di belakang rumahnya pernah dirusak.

Saat ini A masih menjalani pemeriksaan. Polisi belum menetapkannya sebagai tersangka karena harus memastikan kondisi kejiwaannya terlebih dahulu.

"Belum tersangka, kita harus pastikan dulu kondisi kejiwaannya. Namun sementara ini yang bersangkutan kita amankan dulu," kata Herman.

Untuk keamanan, pelaku ditempatkan di sel terpisah. "Iya ditahan terpisah," imbuh Herman.

Di tempat berbeda, Endang, menantu korban, turut memberi kesaksian soal perilaku A sebelum peristiwa pembunuhan terjadi. Konflik bermula dari kepemilikan lahan kebun yang dirawat keluarga Karna.

"Jadi kebun punya dia, dulu dibeli oleh bapak (korban). Nah setelah sakit, dia selalu marah kalau melihat kami sedang mengurus kebun itu," kata Endang.

Endang menegaskan, keluarganya tak ingin A kembali ke kampung mereka.

"Pokoknya kami semua menolak dia kembali ke lingkungan kami. Cukup mertua saya saja yang jadi korban. Kami sudah sangat lelah dengan perilakunya," tegasnya.




(sya/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads