Kasus pembunuhan Karna (96) seorang veteran warga Kampung Cilongkeang, Desa Dirgahayu, Kecamatan Kadipaten Kabupaten Tasikmalaya, Kamis (31/7) oleh tetangganya sendiri, terus didalami oleh aparat Sat Reskrim Polres Tasikmalaya Kota.
Sejumlah fakta-fakta berhasil diungkap, salah satunya terkait terduga pelaku A yang telah membuat daftar orang-orang yang akan dia serang. Dari catatan yang berhasil diamankan polisi, korban Karna merupakan target nomor 7 dari pelaku A (70).
"Ada beberapa nama yang ditulis dan disebut sama pelaku itu, calon yang akan dibunuh sama dia, karena di otak (pikiran) dia, mereka itu pencuri. Sampai ditulis ada 7 orang yang harus dia bunuh, termasuk korban di daftar terakhir yang dia ditulis, di otak dia kalau pencuri harus dibunuh," kata Kasat Reskrim Polres Tasikmalaya Kota, AKP Herman Saputra, Jumat (1/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari hasil pemeriksaan sementara polisi menduga terduga pelaku A mengalami gangguan kejiwaan. Namun demikian untuk memastikannya polisi akan melibatkan tim ahli dari Dinas Kesehatan.
"Hasil pemeriksaan pelaku diduga stres, tapi kalau kita mengambil kesimpulan dia (pelaku) benci sama pencuri, dan dia ngomong "kalau ada pencuri saya gorok"," kata Herman.
Itu juga yang diduga menjadi pemicu pelaku A begitu agresif sehingga tega membunuh kucing. Karena kucing dianggap hewan yang suka mencuri.
"Termasuk kucing, kenapa kucing dia hantam karena di otak dia, kucing itu suka ngambil makanan. Pelaku ini stres, makanya kita libatkan Dinsos dan Dinkes, kita koordinasi apakah perlu kita kirim sekarang ke RSJ," kata Herman.
Berdasarkan keterangan keluarga pelaku, kata Herman, pria gaek bertampang sangar ini sudah lama mengalami gangguan kejiwaan. Sudah bertahun-tahun keluarga dan warga kampung terganggu oleh perilakunya.
"Sudah lama sakit, jadi dia (pelaku) orangnya temperamen, itu dikatakan oleh tetangga dan istrinya sendiri," kata Herman.
![]() |
Herman memaparkan contohnya sekitar dua bulan ke belakang, istrinya dipukuli tanpa alasan jelas. Istrinya bahkan kerap tak bisa masuk rumah jika tak diizinkan oleh dirinya.
Dia juga pernah mengejar anaknya sambil menghunus golok serta merusak pemakaman yang ada di belakang rumahnya.
"Kemudian dia nggak bisa makan dimasakin sama orang lain, dia masak sendiri. Sampai sekarang ditawarin makan nggak mau makan, ditawarin rokok juga nggak mau, dia bikin rokok sendiri dari daun cengkeh," kata Herman.
Terkait status hukumnya, Herman mengatakan A hingga kini masih dalam tahap pemeriksaan atau belum ditetapkan sebagai tersangka. Polisi masih perlu waktu untuk memeriksakan kondisi pelaku.
"Belum tersangka, kita harus pastikan dulu kondisi kejiwaannya. Namun sementara ini yang bersangkutan kita amankan dulu," kata Herman.
Di Mapolres, A juga ditempatkan di sel yang terpisah dari tahanan lain. Perilaku tak biasa dari orang ini dikhawatirkan membahayakan atau mengganggu tahanan lain. "Iya ditahan terpisah," kata Herman.
Di tempat terpisah menantu korban, Endang mengatakan A selama ini sering marah jika dia atau keluarganya mengurus kebun.
"Jadi kebun punya dia, dulu dibeli oleh bapak (korban). Nah setelah sakit, dia selalu marah kalau melihat kami sedang mengurus kebun itu," kata Endang.
A juga diduga over protective, terhadap harta benda miliknya. Dia juga sering menuduh orang-orang sebagai pencuri.
"Anaknya masang toren (penampungan air) di depan rumah, sama dia dibongkar dan dipaksa dimasukkan ke dalam rumah, karena takut ada yang mencuri. Orang sering lewat depan rumahnya ditempeleng, sama dituduh mau mencuri," kata Endang.
Usai peristiwa berdarah yang merengut nyawa mertuanya, Endang berharap A tidak dikembalikan ke kampung mereka. Endang mengaku paham orang sakit jiwa bisa lolos dari jerat hukum, tapi dia tetap menuntut A bisa enyah dari kampung mereka.
"Pokoknya kami semua menolak dia kembali ke lingkungan kami. Cukup mertua saya saja yang jadi korban. Kami sudah sangat lelah dengan perilakunya," kata Endang
(dir/dir)