Amarah membuncah dirasakan oleh Suhendi (50), paman Septian (37), satpam rumah mewah di Kota Bogor yang tewas dibunuh anak majikannya. Suhendi datang dari Tangerang, Banten, menuju rumah duka di Kampung Cibarengkok, Desa Citarik, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, untuk mendampingi keluarga korban.
Suhendi, yang ditemani keluarga besar dari Tangerang, mengecam keras tindakan pelaku berinisial AAM (26), yang kini telah ditetapkan sebagai tersangka oleh kepolisian. Ia berharap hukum dapat memberikan keadilan setimpal atas kematian keponakannya.
"Kasihan anak dan istrinya, hukum seberatnya. Kalau saya pribadi sih maunya nyawa dibalas nyawa, kalau saya pribadi maunya saya sih begitu. Cuma kan kita ada hukum ya, minimal setimpal dengan keadaan seperti ini," kata Suhendi dengan nada penuh emosi, Sabtu (18/1/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suhendi mengaku, kabar duka itu mengguncang keluarganya di Tangerang. "Ya kalau meninggalnya saya tahu dari kakak (ibu korban), almarhum katanya dibunuh. Saya juga kaget, sempat nangis. Namanya saudara, kaget juga. Intinya saya nyesal juga, masalahnya keponakan saya itu jarang pulang, ketemu paling setahun sekali saat Lebaran," tuturnya.
Ia mengenang, Septian sebagai sosok yang baik, sederhana, dan bertanggung jawab. "Sebagai paman, karakter almarhum orangnya baik, terus sama orang tua kadang-kadang ngasih kalau ada rezeki. Kalau menurut pandangan saya, sih memang baik, enggak neko-neko orangnya," tambah Suhendi.
Senada dengan Suhendi, Aisyah (52), ibunda Septian, mengungkapkan kesedihan mendalam atas kepergian putra sulungnya. Septian adalah anak pertama dari empat bersaudara, yang dikenal pekerja keras dan selalu menghormati orang tua.
"Anak pertama dari 4 bersaudara, anak sulung. Sebagai ibu setelah mendengar kabar seperti ini, syok juga. Informasi yang pertama diterima itu dari sini ke adiknya almarhum, baru ke saya. Kaget juga, saya langsung ke sini," kata Aisyah sembari mengusap air matanya.
Baca juga: Peran Vital Ayah Jaga Ketahanan Keluarga |
Aisyah mengenang momen komunikasi terakhir dengan almarhum yang terjadi sebulan lalu. "Komunikasi jarang, kalau paling dari sini nelpon ke rumah, baru saya tanggapin. Orangnya baik, enggak macem-macem, pekerja keras. Makanya dengar ini kaget saya," lirihnya.
Ia bahkan sempat tak sadarkan diri begitu mendapat kabar duka itu. "Sempat enggak sadar diri pas dengar di rumah. Sayang ke orang tua. Ketemu terakhir itu satu bulan lalu, pas ke rumah. Habis Lebaran dua minggu datang ke rumah. Setahun sekali datang ke rumah," pungkasnya.
(sya/mso)