Di zaman sekarang, banyak orang yang berusaha untuk mencari penghasilan dengan berbagai cara. Terbatasnya lowongan kerja, ditambah kondisi ekonomi yang serba tak menjanjikan, membuat siapa saja harus memutar otak demi bisa mendapat pundi-pundi rupiah.
Tak jarang kemudian, tawaran untuk mengikuti bisnis investasi menjadi pilihan yang diambil untuk mendapat penghasilan. Tapi bagaimana jika yang terjadi, bisnis investasi ini malah menjadi bumerang hingga berujung kepada kasus penipuan.
Kondisi itu lah yang sedang dialami sejumlah warga di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat (Jabar). Mereka dikabarkan tertipu aplikasi investasi yang menawarkan janji manis tambahan pemasukan bagi siapa saja yang bergabung dalam bisnis ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kabar ini pertama kali tersiar setelah disebarkan akun TiktTok @tu**duh di media sosial. Sembari menandai akun @gerindra, karena akhir-akhir ini akun itu sedang banyak diperbincangkan di dunia maya, warga mengaku sudah menjadi korban penipuan.
Jadi ceritanya, aplikasi bernama FGS Global itu menjanjikan tambahan pemasukan jika mau ikut berinvestasi. Yang membuat warga percaya adalah aplikasi itu diklaim turut dipromosikan perangkat desa (lurah) di sana.
Untuk lebih meyakinkan, 90 persen perangkat desa disebut ikut bergabung dalam aplikasi tersebut. Balai desa bahkan sempat dijadikan tempat pertemuan anggota agar lebih menjanjikan kepada warga.
Tapi yang terjadi, setelah warga bergabung, janji manis di awal ternyata hanya bualan. Warga yang sudah terlanjur menyimpan uangnya dengan harapan bisa mendapat pemasukan tambahan, nyatanya tak bisa menggunakan aplikasi itu karena terblokir. Bahkan ironisnya, tidak ada tanggung jawab dari lurah dan perangkat desa sampai saat ini.
"Yang mirisnya, 90% perangkat desa ikut bergabung ke dalam FGS tersebut dan balai desa sempat dijadikan tempat pertemuan anggota FGS GELOBAL. sampai saat ini warga yang menjadi korban tidak berani speak up karna merasa kebingungan dan tidak berani," kata seseorang dalam video itu yang mengaku sebagai admin bernama Dian Herdiansyah sebagaimana dilihat, Jumat (8/11/2024).
Kabar penipuan ini sontak langsung membuat gempar. Tapi sayang, belum ada warga yang berani mengungkapkannya secara terang-terangan meskipun sudah banyak orang yang menjadi korban penipuan.
detikJabar lalu mendapat pengakuan dari salah seorang korban yang beralamat di Kecamatan Cipaku, Ciamis, Jabar. Dia mengatakan jadi korban penipuan aplikasi investasi tersebut dan kerugian sekitar Rp 17 juta.
Korban penipuan awalnya mendengar cerita adanya aplikasi yang dapat menghasilkan cukup menggiurkan. Kemudian ia pun datang ke admin dan mendapat penjelasan bisa mendapat gaji sampai 3 juta apabila ikut level 4 dengan tugas hanya mengunduh sejumlah aplikasi.
"Tugasnya hanya mengunduh aplikasi, kalau saya sampai 40 aplikasi setiap hari. Sekali download itu akan mendapat sekitar Rp 15 ribu. Jadi sehari itu bisa mendapat Rp 600 ribu lebih. Dengan iming-iming itu tentunya saja tertarik," jelas warga tersebut yang enggan disebutkan namanya.
Ketertarikannya itu juga ditambah dengan promosi aplikasi itu dilakukan di aula kantor desa. Hal itu menimbulkan kepercayaan korban terhadap aplikasi tersebut.
"Kalau level 4 itu harus investasi dulu sekitar Rp 17 juta lebih. Cerita admin saya juga punya 25 anggota, tapi tidak tau benar atau tidaknya. Jadi yang saya percaya katanya sosialisasinya difasilitasi di kantor desa," ungkapnya.
Setelah menginvestasikan uang Rp 17 juta dari tabungannya, dia kemudian menjalankan tugas mengunduh aplikasi. Awalnya, dia memang mendapat bonus dengan nominal Rp 600 ribu lebih yang teratat dalam aplikasinya.
Tapi yang terjadi, ketika hendak mencairkan uang ini, bukan keuntungan yang dia dapatkan. Dia justru tak bisa mengakses aplikasi tersebut yang membuat uang yang hendak dia cairkan lenyap entah ke mana. "Setelah itu aplikasi FGS tidak bisa dibuka. Dari 4 hari setelah saya bergabung," jelasnya.
Ketika mengajukan komplain ke admin, menurut korban, admin pun berdalih juga sama-sama menjadi korban. Ada juga perangkat desa yang kondisinya sama. "Jawaban admin katanya sama celaka, berdalih itu. Tapi awalnya ceritanya menggiurkan, bahkan bisa beli motor. Dari obrolan itu tentu jadi tertarik," ungkapnya.
Menurut sepengetahuannya, di wilayah tersebut yang masuk aplikasi FGS Global mencapai 235 orang dengan kerugian nominal berbeda-beda. Dari mulai terkecil Rp 300 ribu-an, hingga belasan juta. Yang itu berasal dari hasil jual perhiasan hingga uang pinjaman bank diinvestasikan ke aplikasi tersebut.
Yang mengejutkan, sebuah pengakuan dari Sekretaris Desa Cipaku bernama Suherli ternyata membongkar bagaimana modus penipuan itu dilakukan. Dia sendiri ikut menjadi korban penipuan dan membawahi 37 anggota yang merupakan warga di sana.
Dalam pengakuannya, Suherli mengatakan awalnya dia mengetahui aplikasi FGS Global itu dari warga yang merupakan mantan perangkat desa. Karena tergiur dengan iming-iming penghasilan tambahan, Suherli lalu memutuskan ikut bergabung hitung-hitung sebagai bisnis sampingan.
Modal awal Rp 4,4 juta lalu Suherli gelontorkan dengan mendaftarkan anggota 13 orang yang merupakan warga di sana. Sampai akhirnya, Suherli bisa memiliki 37 anggota dengan tujuan menaikkan level akunnya.
"Warga itu hanya daftar saja, modalnya dari saya. Jadi tidak ada yang mengalami kerugian. Setiap daftar itu Rp 315 ribu dari saya, bukan dari pribadi warga. Kalau saya kejar target supaya akun saya tumbuh," ungkapnya.
Setelah memiliki anggota dan membentuk tim, Suherli membeberkan kegiatan dari aplikasi investasi itu diharuskan ada pertemuan. Sebagai warga, ia kemudian meminjam aula Desa Cipaku. Suherli pun membenarkan turut mempromosikan aplikasi tersebut namun bukan atas nama desa.
"Saya sebagai warga kan boleh berhak meminjam aula desa. Itu juga dilaksanakan hari libur. Tapi saya membantah kalau promosi itu atas nama desa. Jadi tidak ada kaitannya dengan pemerintah desa. Hanya saja memang kebetulan saya sebagai sekretaris desa. Jadi dibedakan antara pekerjaan dan bisnis pribadi," jelasnya.
Suherli mengaku, sudah mengikuti aplikasi FGS Global dari tiga bulan lalu. Awalnya berjalan lancar, bahkan ia sempat melakukan beberapa kali penarikan uang sampai total sekitar Rp 12 juta. Uang itu dipakai untuk menambah anggota dan juga keperluan lain.
Namun aplikasi itu mulai mencurigakan dan terindikasi scam, karena dalam tiga pekan berturut-turut saldo yang ada diaplikasi tidak dapat ditarik. Mengingat ada saldo dari hasil menyelesaikan misi di aplikasi sebesar Rp 11 juta.
"Jadi tiga Minggu itu saldo tidak bisa ditarik. Alasannya Minggu pertama karena hari batik, lalu Minggu selanjutnya ulang tahun. Sampai akhirnya aplikasi tidak dapat diakses atau tidak bisa dibuka," tuturnya.
Setelah muncul keluhan dari warga yang menjadi korban, Suherli ikut mendukung supaya kejadian ini agar dilaporkan. Sebab, Suherli sendiri ada di pihak yang sama dengan kondisi yang dialami warganya. "Hayu kalau memang bisa bersama-sama (diusut), seperti ke Kominfo, saya juga sebagai korban," tegasnya.
Kapolsek Cipaku Iptu Adharudin membenarkan, adanya sejumlah warga yang diduga tertipu oleh aplikasi investasi. Tapi berdasarkan keterangannya, warga yang jadi korban belum melapor. Meski demikian, pihaknya pun menindaklanjuti kejadian tersebut. "Iya benar, Kanit sedang melakukan penyelidikan sejak kemarin," pungkasnya.
(ral/iqk)