Peran Jahat Didot dan Devara, Perenggut Nyawa dan Harta Indri

Round-Up

Peran Jahat Didot dan Devara, Perenggut Nyawa dan Harta Indri

Tim detikJabar - detikJabar
Sabtu, 12 Okt 2024 18:01 WIB
Rekonstruksi pembunuhan Indriana Dewi Eka Saputri oleh sejoli Devara dan Didot di Bogor.
Foto: Rekonstruksi pembunuhan Indriana Dewi Eka Saputri oleh sejoli Devara dan Didot di Bogor. (Solihin/detikcom)
Bandung -

Sepasang kekasih, Didot Alfiansyah dan Devara Putri Prananda jadi dalang di kasus pembunuhan sadis yang menimpa Indriana Dewi Eka Saputri. Dua sejoli itu menyewa pembunuh bayaran untuk menghilangkan nyawa Indriani.

Diketahui, kasus pembunuhan ini dipicu konflik cinta segitiga antara korban Indriana, dengan Didot dan Devara. Kecemburuan dan rasa dendam diduga menjadi pemicu utama tindakan kejam yang dilakukan oleh kedua pelaku.

Mulanya, Indriana ditemukan tewas mengenaskan di Kota Banjar pada 25 Febuari 2024. Saat ditemukan, jasad korban dalam kondisi tangan terikat dan terdapat luka di tubuhnya. Korban dibunuh pelaku di wilayah Babakanmadang, Kabupaten Bogor pada 20 Febuari 2024.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah dibunuh, jasad korban sempat dibawa keliling menggunakan mobil selama tiga hari dari Bogor, Jakarta, Cirebon hingga Kuningan sebelum dibuang ke Banjar.

Penyelidikan mendalam mengungkap bahwa Devara, yang merupakan kekasih Didot, merasa terancam oleh hubungan Didot dan korban. Devara merencanakan pembunuhan ini bersama Didot untuk menyingkirkan Indriana dari kehidupan mereka.

ADVERTISEMENT

Keduanya bekerja sama, mulai dari merencanakan hingga membuang jasad korban. Selain Devara dan Didot, kasus ini juga melibatkan M Reza Suastika yang disewa keduanya untuk menghabisi nyawa Indriana.

Aksi pembunuhan berencana itu dilandasi keinginan Didot untuk kembali berpacaran dengan Devara. Sedangkan, Didot sendiri waktu itu masih menjalin hubungan asmara dengan korban.

"Jadi pelaku DT ini pengin balik (pacarana) lagi ke DV. Terus DV mau menerima, dengan syarat DT harus melenyapkan korban dari muka bumi ini. Begitu kira-kira permintaannya," kata Dirkrimum Polda Jabar Kombes Pol Surawan, Minggu (3/3/2024).

Karena tidak punya keberanian untuk melenyapkan nyawa Indriana seorang diri, Didot menyewa pembunuh bayaran dan bertemu Reza. Sempat menolak, namun Reza yang diimingi bayaran Rp 50 juta menerima permintaan itu.

Pembunuhan Sudah Direncanakan

Menurut Surawan, Devara dan Didot sudah merencanakan perbuatan kejinya sejak 15 Februari atau lima hari sebelum Indriana dibunuh pada 20 Febuari. "Perbuatan pembunuhan tersebut diawali dengan perencanaan terlebih dahulu sejak tanggal 15-19 Februari 2024," kata Surawan, Jumat (1/3/2024).

Selanjutnya, Didot dan Reza membawa Indriana ke kawasan Bukit Pelangi, Bogor dengan mobil. Saat itulah, Reza menjerat leher Indriana dengan ikat pinggang hingga tewas. Sebelumnya itu, Didot sempat memberi kode kepada Reza untuk membunuh.

"Eksekusi dilakukan pada tanggal 20 Februari 2024, sekitar jam 18.30, oleh Saudara D (Didot) sebagai driver dan Saudara R sebagai eksekutor di Jalan Bukit Pelangi, Sentul, Bogor, di dalam mobil Avanza hitam," jelasnya.

Setelah Indri tewas karena dijerat ikat pinggang oleh Reza, Didot langsung memberi kabar kepada Devara. Didot bahkan mengirimkan pesan berbunyi 'done' kepada kekasihnya ketika memastikan Indri sudah tak lagi bernyawa.

"Saat korban sudah meninggal, selanjutnya tersangka DA mengirim WA kepada tersangka DP dengan tulisan 'done'," kata Kabid Humas Polda Jabar Kombes Jules Abraham Abast saat rilis kasus di Mapolda Jabar, Senin (4/3/2024).

Berencana Membuang Jasad Indri ke Laut

Selanjutnya, ketiga tersangka sempat berencana membuang jasad Indri ke laut di Pangandaran. Ketiganya berangkat dari Jakarta. Pukul 18.30 WIB, Didot, Devara dan Reza beristirahat sejenak di Cirebon dan baru melanjutkan perjalannya pada pukul 21.00 WIB.

"Ketiganya lalu berangkat pada pukul 13.00 WIB menggunakan kendaraan yang sudah disewa untuk membuang mayat korban. Rencananya, mayat korban akan dibuang di daerah laut Pangandaran," terang Jules.

Namun rencana itu gagal karena mobil mereka mogok di Kuningan. Mereka kemudian menginap di Ciamis dan membawa mobil yang rusak ke sebuah bengkel di Kota Banjar dengan towing. Ketiganya kemudian kembali menginap karena mobil mereka belum bisa diperbaiki.

Pada dini hari pada 23 Februari 2024 sekitar pukul 01.00 WIB, Devara memerintahkan Didot untuk segera membuang mayat Indri yang masih berada di dalam mobil yang mogok tersebut.

"Tersangka DP merasa tidak enak dan mengatakan kepada DA bahwa mayat harus segera dibuang. DA lalu membangunkan MR dan menyusun rencana untuk membuang mayat korban tersebut," ujar Jules Abraham.

Ambil Barang Berharga Indri

Sebelum Indri dibuang, Devara dan Didot melucuti perhiasan dan barang berharga milik korban seperti anting dan jam tangan merk Rolex. Mereka kemudian kembali ke Jakarta dan menjual barang-barang Indri dan mendapat uang Rp Rp 68 juta.

Uang itu kemudian dibagikan, Reza mendapat jatah Rp 15 juta dan Iphone senilai Rp 8 juta, Devara diberi Iphone seharga Rp 14 juta, sementara sisanya sekitar 31 juta dibawa oleh Didot seluruhnya.

Ternyata, selain persoalan asmara, ada motif lain yang melatarbelakangi kasus pembunuhan ini. Devara dan Didot disebut ingin memiliki sejumlah harga berharga milik korban yang akhirnya mereka jual ketika kembali lagi ke Jakarta.

"Selain motif cinta segitiga, motif lain dari para tersangka ini ingin mendapatkan harta dari korban seperti tas, jam tangan Rolex itu lalu dijual oleh tersangka," kata Kabid Humas Polda Jawa Barat Kombes Jules Abraham Abast kepada detikJabar, Selasa (5/3/2024).

Pura-pura Jadi Ojol

Terungkap juga, Devara sempat mendatangi rumah orang tua Indri seusai pembunuhan. Devara berpura-pura menjadi ojek online yang mengantar makanan seolah-olah pesanan Indriana. Momen itu terungkap dalam rekonstruksi yang digelar polisi, Kamis (7/3/2024).

Dirkrimum Polda Jawa Barat Kombes Surawan mengatakan, tersangka mengirim makanan kepada orang tua korban merupakan bagian dari skenario. Hal itu dilakukan untuk menghindari kecurigaan orang tua korban karena Indriana tidak pulang malam itu.

"Korban tidak memesan makanan, namun itu atas kesepakatan para tersangka dalam perencanaan, 'Nanti kalau ada (pesan WhatsApp) 'Done' artinya korban sudah meninggal dunia' sehingga tersangka Devara berpura-pura pura antar makanan seolah-olah korban memesan makanan untuk orang tuanya," kata Surawan.

"(Tujuannya) itu untuk menghindari kecurigaan dari orang tua korban bahwa korban sudah meninggal dunia. Jadi (dengan kirim makanan) seolah-olah dia masih hidup," imbuhnya.




(bba/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads