Hujan deras mengguyur kawasan Kampung Baru, Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi pada Sabtu (21/9/2024). Waktu menunjukkan pukul 21.00 WIB saat ketukan terdengar di pintu rumah Ani. Saat itu, Ani sudah terlelap, namun putrinya yang masih berusia 10 tahun membukakan pintu.
Dua remaja berdiri di balik pintu, salah satunya dikenali sebagai Noval, warga Kampung Wisata Katapang Condong yang masih satu desa.
"Yang menjemput salah satunya si Noval, satu lagi saya enggak kenal. Mereka menjemput Diki (Diki Jaya) katanya mau diajak main. Saat itu saya sudah tidur, Diki pamit ke anak saya. Kondisi hujan deras, Sabtu malam (21/9/2024), mereka pergi," cerita Ani kepada detikJabar, Jumat (4/10/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perasaan tak enak Ani malam itu terjawab keesokan harinya, ketika Diki tidak pulang, bahkan di hari-hari berikutnya. Ani sempat melakukan pencarian.
"Besoknya saya cari selama tiga hari, dari ujung kafe ke ujung kafe, tapi enggak ada, enggak ketemu. Saya minta anak-anak di sini juga mencarinya. Saya titip pesan, kalau ketemu Diki suruh pulang. Saya ingat perutnya, takut belum makan," ujar Ani lirih.
Diki dikenal Ani sejak lama. Ia ditinggal ibunya yang meninggal dunia, sementara ayahnya menikah lagi di Jakarta. Sehari-hari, Diki tinggal bersama Ani, membantu berjualan dan mengurus rumah. Ia sudah dianggap seperti anak sendiri.
"Hubungan darah enggak ada, tapi sudah dianggap anak sendiri. Dia mudah bergaul dengan siapa saja, meskipun cenderung pendiam, tapi ringan tangan (suka membantu). Enggak perlu diminta, pasti dia bantu," ujar Ani.
Diki awalnya ingin ikut suami Ani ke laut untuk mencari ikan, namun suaminya memintanya tetap di rumah untuk membantu Ani berjualan. "Paginya habis jualan cumi, malamnya masih bantu melayani pembeli," lanjutnya.
Diki hidup sebatang kara tanpa saudara, namun sifat rendah hatinya membuatnya sudah seperti bagian dari keluarga besar warga Kampung Baru, Citepus.
Sejak kepergian Diki malam itu, kekhawatiran Ani dan warga semakin besar. Ada dugaan Diki pergi ke Jakarta, namun Ani membantah karena Diki baru saja pulang dari sana setelah bertemu ayahnya.
"Sampai kemudian ada kabar mayat ditemukan di Cisolok. Deg, perasaan saya enggak enak. Kabar itu menyebar di media sosial Facebook. Saya mengenali bajunya, yang warna merah, sama celananya. Jaketnya juga saya tahu. Saya langsung ngeuh (sadar), itu Diki," kenang Ani.
Kabar penemuan mayat menghebohkan media sosial. Sesosok jasad ditemukan mengering dan membusuk di tepi Jalan Raya Palabuhanratu-Banten, Cisolok, pada Minggu (29/9/2024). Ani bergulat dengan perasaannya, tak tahu apa yang harus dilakukan hingga akhirnya polisi memberi kabar bahwa mayat itu memang Diki.
"Saya mendapat penegasan dari polisi, mayat itu adalah Diki. Sekarang saya hanya berharap pelakunya dihukum berat. Bukan hanya saya, semua warga kampung tidak terima dengan kondisi Diki seperti itu," ujar Ani dengan nada geram.
Sejak ditemukannya mayat itu, di RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi, polisi bekerja keras mengungkap identitas mayat tersebut. Berkat kejelian personel Identifikasi Satreskrim Polres Sukabumi, identitas jasad yang sebagian membusuk dan mengering itu akhirnya terungkap.
Kasat Reskrim Polres Sukabumi, AKP Ali Jupri, mengungkapkan bahwa kondisi mayat yang sebagian sudah membusuk dan sebagian mengering sempat menyulitkan proses identifikasi. Bahkan alat pemeriksa sidik jari awalnya tidak mampu mengungkap identitas korban.
"Petugas identifikasi kami kemudian menggunakan metode ilmiah lainnya hingga akhirnya identitas korban diketahui. Setelah itu, keluarga korban dipanggil, dan terungkap bahwa Diki Jaya adalah korban kejahatan," jelas Ali, Kamis (3/10/2024).
Sejumlah terduga pelaku pun sudah diamankan. Kini polisi masih mendalami latar belakang peristiwa tersebut.
(sya/orb)