Petaka Tapai Bandung yang Renggut Nyawa Roni Sutisna

Jabar X-Files

Petaka Tapai Bandung yang Renggut Nyawa Roni Sutisna

Wisma Putra - detikJabar
Sabtu, 07 Sep 2024 16:30 WIB
ilustrasi
keracunan. Foto: Dok.Detikcom
Bandung -

Sekitar tujuh tahun lalu, kejadian nahas menimpa Roni Sutisna yang merupakan warga Kecamatan Bojong, Kabupaten Purwakarta. Pria yang kala itu berumur 60 tahun tewas keracunan usai mengonsumsi tape atau tapai ketan asal Bandung.

Roni dinyatakan tewas setelah dilakukan perawatan di RS Bayu Asih Purwakarta, Minggu 31 Desember 2017 lalu. Tak hanya Roni, ada 30 warga yang tinggal di tiga desa di kecamatan itu juga alami keracunan akibat mengonsumsi tapai ketan, namun beruntung nyawa mereka masih terselesaikan.

Warga alami keracunan tapai ketan yang dijual oleh seorang pedagang keliling asal Cililin, Bandung Barat bernama Omat (47), Sabtu 30 Desember 2017.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Warga membeli tapai atau peuyeum dari pedagang keliling bernama Omat seharga Rp 35 ribu per kilogramnya," kata Kabid Humas Polda Jabar yang kala itu dijabat Kombes Pol Yusri Yunus, Senin (1/1/2018).

Yusri mengungkapkan pada Sabtu sore itu, sejumlah warga yang mengonsumsi tapai tersebut mulai merasakan mual dan pusing. Mereka yang sakit berbondong-bondong berobat ke puskesmas terdekat.

ADVERTISEMENT

Gejala keracunan yang dialami warga juga dirasakan oleh Roni. Pihak keluarga langsung bawa Roni ke Klinik Bakti Mulya kemudian dirujuk ke RS Bayu Asih. Namun, Roni tewas setelah mejalani perwatan selama satu malam.

"Korban (Roni) meninggal dunia pada Minggu 31 Desember 2017, sekitar pukul 21.00 WIB," ucap Yusri.

Buntut dari kejadian itu, Yusri sebut jika Omat sudah diamankan Satreskrim Polres Purwakarta untuk dilakukan pemeriksaan.

Sekertaris Desa Kidangpananjung, Kecamatan Cililin yang kala itu dijabat Asep Sutisna mengatakan peristiwa keracunan massal akibat mengonsumsi tapai ketan yang dibuat warganya Omat baru pertama kali terjadi. "Ini kejadian baru pertama kali, sudah empat generasi dari uyut saya sudah lebih 100 tahun, belum pernah kejadian keracunan karena tapai ketan," kata Asep kepada detikcom di kediaman Omat di Kampung Cikopeng, Desa Kidangpananjung, Kecamatan Cililin.

Pascakeracunan massal di Purwakarta hingga menewaskan satu orang. Ribuan perajin tapai ketan di Kabupaten Bandung Barat mogok produksi.

"Akibat kejadian ini ribuan perajin tapai ketan di Desa Kidangpananjung mogok produksi," tambah Asep.

Menurut Asep, 70 persen warga Desa Kidangpananjung memiliki mata pencaharian sebagai perajin tapai ketan dan singkong yang sudah berlangsung selama empat generasi. "Satu desa ada sekitar 1.420 KK, 70 persennya memiliki mata pencaharian sebagai perajin tape ketan dan tape singkong," jelas Asep.

Asep menyebut, para perajin mogok produksi karena ketakutan. Notabene para perajin itu ketakutan tidak laku dagangannya. Dampaknya otomatis dirasakan langsung oleh warga.

"Nge-down dan daya ekonominya nge-drop, butuh klarifikasi hasil kejelasan dari hasil tes lab (tape ketan yang dijual Omat) ini untuk dipublikasikan ke publik. Tape berjalan, ekonomi warga berjalan, warga saat ini mengalami kerugian," tuturnya.

"Warga berhenti produksi dulu, tidak tahu sampai kapan, mereka juga kebingungan. Kejadian ini musibah, tidak ada kesengajaan. Kami tidak ingin imbasnya kepada perajin lain, bisa-bisa bangkrut," tambahnya.

Hal yang sama dikatakan, Ketua RW 07 Wawan. Wawan sebut pasca kejadian keracunan warga di kampungnya sudah tidak memproduksi tape ketan. "Takut, pas rame di TV tidak laku dan dibagikan ke warga," ucap Wawan.

Jabar X-Files merupakan rubrik khas detikJabar yang menyajikan beragam kejadian kriminal atau kejadian luar biasa yang pernah menyita perhatian publik.

(wip/sud)


Hide Ads