A, beberapakali terlihat meneteskan air mata saat mengantar putrinya untuk menjalani trauma healing di Mapolres Sukabumi. A adalah ayah dari finalis putri nelayan yang diduga menjadi korban perkosaan S, oknum panitia hari nelayan Palabuhanratu 2024.
Sebagai pria, A mampu menahan kesedihannya namun sebagai seorang ayah airmata yang tertahan akhirnya tumpah.
"Saya nggak kuat kalau melihat wajah anak, terasa perih. Sakit hati saya, apalagi saat kemarin menjalani terapi pemulihan psikologis, saya nggak kuat," ucap A, kepada detikJabar, Selasa (16/7/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah dukungan mengalir untuk A, tokoh masyarakat hingga budaya mendatangi Polres Sukabumi pada Senin (15/7/2024). Air mata A juga menetes saat bertemu dengan Ucok Haris Maulana Yusuf, tokoh masyarakat yang juga mantan Wakil Bupati Sukabumi.
"Dengan Abah Ucok sudah seperti saudara sendiri, makanya ketika datang beliau harapan saya tercurah agar tetap konsisten memberikan dukungan, dan Alhamdulillah beliau menyatakan kesiapannya," tutur A.
A mengaku, persoalan tentang putrinya adalah persoalan harga diri. Ia tidak menampik adanya upaya sejumlah pihak untuk memediasi kasus tersebut.
"Anak adalah harga diri, harga mati. Darah sayapun siap tertumpah untuk anak, banyak yang meminta saya untuk ini dan itu tapi saya tolak. Saya ingin semuanya berproses sesuai aturan hukum," tegas dia.
A diketahui melaporkan peristiwa yang menimpa putrinya pada 5 Juli 2024 lalu. A berucap, seluruh proses hukum sudah diserahkan kepada kepolisian. Ia berharap polisi melakukan tahapan penyelidikan secara profesional.
"Soal materi yang masuk ranah penyidikan sudah saya serahkan ke teman-teman kepolisian. Silahkan kawan media bertanya ke penyidik sudah sejauh mana, kabar terakhir yang kami terima sudah gelar perkara," ucap A.
Cederai Tradisi
Dugaan pemerkosaan yang menimpa salah seorang finalis Putri Nelayan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi membuat geram tokoh masyarakat hingga para penjaga tradisi. Mereka menilai perbuatan tersebut telah mencoreng tradisi hari nelayan yang berlngsung turun-temurun.
Ucok Haris Maulana Yusuf, tokoh Palabuhanratu yang juga mantan Wakil Bupati Sukabumi ini menilai perbuatan oknum panitia kegiatan hari nelayan tersebut mencoreng makna sakral dari penyelenggaraan kegiatan tersebut.
"Yang pasti, itu sudah mencederai kebudayaan kita, itu yang paling saya ngenes ya sebenarnya sampai sakit hati sebenarnya kalau dengan kejadian ini," kata pria yang akrab disapa Abah Ucok tersebut saat ditemui detikJabar di Polres Sukabumi, Senin (15/7/2024).
Ucok mengatakan, istrinya berstatus mantan putri nelayan di tahun 2000, kala itu tradisi berjalan dengan penuh kesakralan.
"Saya secara pribadi, istri saya itu adalah putri nelayan tahun 2000 dengan kejadian ini sangat ngilu perasaan. Apalagi lokasi kejadian berada di sentral di Ibu Kota Kabupaten yang saya pindahkan dulu ke Palabuhanratu, makanya saya berharap kepolisian untuk tindak tegas tanpa kompromi," tegasnya.
Ucok juga menyebut, oknum S adalah sosok ketua panitia hari nelayan. Selain itu dia juga menjabat di beberapa organisasi penting, kepemudaan dan nelayan.
"Pecat, yang bersangkutan harus dipecat dari jabatan-jabatan tersebut. Harapan saya kedepan, panitia hari nelayan harus benar-benar selektif yang berpengalaman dalam tradisi, yang punya moral baik dan perlu keterlibatan kepala daerah jangan sampai terulang kembali kejadian seperti ini," ungkapnya.
Hal senada diungkap Firman Nirwan Boestoemi, pegiat tradisi dan kebudayaan di Palabuhanratu itu juga menilai aksi tersebut menampar tradisi yang selama ini disakralkan oleh masyarakat Palabuhanratu.
"Almarhum kakek saya adalah salah satu konseptor hari nelayan, berlanjut ke almarhum ayah saya. Dari dahulu juga ada pemilihan putri nelayan, tentu hal ini tidak sekedar mencederai tapi juga mencoreng tradisi," kata Firman.
"Apalagi ini pelakunya ketua hari nelayan, tentu sangat menyayangkan merusak tetekon adat dan tradisi yang harusnya dijaga dan dimumule karena titinggal dari karuhun Palabuhanratu," sambung Firman.
(sya/mso)