Ada-ada saja perilaku anak-anak remaja di bulan Ramadan ini. Selain fenomena perang sarung, kini muncul kegiatan lain yaitu balap lumpat alias balap lari.
Anak-anak remaja ini beradu cepat berlari di jalanan. Secara teknis kegiatan ini mirip lari sprint jarak dekat, sekitar 100 meter atau lebih.
Namun yang disesalkan balap lari ini diwarnai oleh taruhan sejumlah uang. Selain itu kegiatan juga digelar di jalanan, sehingga dianggap mengganggu ketertiban umum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti yang terjadi pada Kamis (28/3/2024) dini hari di Jalan Mayor Utarya Kota Tasikmalaya. Polisi membubarkan ratusan remaja yang tengah asyik melakukan balap lari. Kelompok remaja yang berasal dari Ciamis dan Tasikmalaya itu langsung kocar-kacir melarikan diri, meski beberapa dari mereka berhasil ditangkap.
Danton Tim Maung Galunggung, Bripka Egit Andriana membenarkan adanya penyergapan tersebut.
"Sebanyak 50 remaja serta 25 unit motor kami amankan ke Mapolres untuk pemeriksaan lebih lanjut," kata Egit.
Egit menjelaskan tindakan tegas itu dilakukan setelah polisi menerima laporan warga yang merasa terganggu ketentramannya akibat aksi ratusan remaja itu.
"Benar saja, saat kami tiba di lokasi, ratusan remaja berkerumun menyaksikan balapan tidak biasa ini. Mereka balap lari, sprint," kata Egit.
Polisi kemudian mengatur siasat, dengan mengepung akses jalan keluar dari Jalan Mayor Utarya, sebelum akhirnya melakukan penggerebekan.
"Jadi selain mengganggu ketertiban umum, diduga ada praktik perjudian. Mereka taruhan untuk setiap balapan lari yang digelar," kata Egit.
Salah seorang remaja yang sempat diamankan polisi, mengakui balap lari itu dibumbui oleh taruhan uang. Remaja berinisial IS itu mengaku sebagai perantara dari terlaksananya lomba atau balap antara remaja Ciamis dan remaja Tasik.
"Iya saya sebagai perantaranya, orang Ciamis bisa main di Tasik. Tadi kami main tiga partai," kata IS.
Dia menambahkan tiga partai balap lari itu memiliki taruhan yang berbeda dan diikuti oleh atlet yang berbeda. "Tiga partai itu isi (taruhan) Rp 200 ribu, Rp 300 ribu dan Rp 400 ribu," kata IS.
Sementara itu terkait taruhan yang diikuti penonton atau dikenal dengan istilah pinggiran, IS mengaku tidak tahu menahu. "Kalau yang pinggiran saya nggak pegang, hanya saya dengar mereka ada taruhan," kata IS.
RS salah seorang remaja yang menjadi atlet dalam ajang balap lumpat itu mengaku ikut-ikutan karena diajak teman dan tergiur bayaran. Remaja yang satu ini memang merupakan atlet atletik di Ciamis, sehingga dia sangat diandalkan oleh teman-temannya asal Ciamis.
"Saya atlet di partai Rp 400 ribu, diajak teman," kata RS seraya mengakui dia seorang atlet atletik Ciamis.
Respons PASI Kota Tasikmalaya
Ketua Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) Kota Tasikmalaya Heri Yusuf mengatakan pihaknya merasa bangga namun sekaligus prihatin.
"Keprihatinan kami tentu saja karena ada unsur perjudian dan kegiatan itu mengganggu ketertiban umum. Jelas kami juga tidak setuju dan mendukung polisi untuk ditertibkan," kata Heri.
Namun di sisi lain, fenomena ini menjadi sinyalemen bahwa olahraga lari atau atletik mulai dilirik oleh anak-anak remaja. "Di sisi lain kami bangga, bagus ketika olahraga lari memasyarakat atau digandrungi anak-anak," kata Heri.
Meski demikian Heri mengaku belum mengetahui balap lari yang dilakukan anak-anak itu dibarengi oleh kegiatan latihan atau hanya sekedar bersenang-senang dan lebih condong ke taruhannya.
Heri menambahkan bisa saja animo atau semangat balap lari di kalangan remaja itu diwadahi dalam sebuah event resmi.
"Kita perlu teliti dulu apakah ini benar-benar semangat berolahraga atau lebih ke main-main saja untuk taruhan. Ya memang bisa saja kita gelar event resmi, kita wadahi namun biasanya ketika diwadahi seperti itu mereka tak mau ikut," kata Heri.
(dir/dir)