Kasus pencabulan yang dilakukan oleh seorang pria terhadap belasan anak lelaki di bawah umur di Garut, bikin geram banyak pihak. Apalagi, si pelaku menjalankan aksinya dengan berpura-pura menjadi seorang guru ngaji.
Dugaan kasus sodomi yang menimpa belasan anak di Garut ini, belakangan berhasil diungkap oleh keluarga korban. Awalnya, ada salah satu orang tua korban, yang merasa adanya kejanggalan yang terjadi pada anak lelakinya.
Menurut informasi yang dihimpun dari pihak kepolisian, sang anak diketahui menjadi pemarah dan agresif kepada orang tuanya. Usai ditelusuri, sang anak akhirnya mengaku telah mendapat perlakuan cabul yang dilakukan pria berinisial AS (50).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keluarga kemudian melaporkannya ke polisi. Setelah pelaku ditangkap dan kasusnya didalami penyidik, ternyata korbannya lebih dari satu orang, melainkan 17 orang.
Kasus ini, sontak membuat geger masyarakat Kota Intan. Apalagi, sang pelaku diketahui bukanlah orang asing bagi para korban, melainkan, pria yang selama ini menjadi guru mengaji bagi anak-anak ini.
Namun, setelah dilakukan penelusuran oleh pihak Majelis Ulama Indonesia, AS dipastikan bukanlah guru mengaji. Hal itu diketahui usai pihak MUI menelusuri latar belakang pelaku, hingga basik keilmuannya.
Kecaman untuk AS kemudian datang bertubi-tubi. Banyak pihak yang mengutuk aksi yang dilakukannya, yang diduga telah melakukan aksi sodomi kepada para korban.
Bupati Garut Rudy Gunawan meminta agar penegak hukum menjeratnya dengan hukuman yang berat. Rudy menilai kasus ini tidak bisa ditolelir.
"Harus kita sikapi dengan serius. Ini penyimpangan dan kejahatan. Semuanya sudah bergerak menangani kasus ini," ucap Rudy kepada detikJabar di lapangan Setda Garut, Senin (5/6/2023).
Rudy mengatakan, saat ini pihaknya sedang fokus terhadap penanganan para korban. Rudy memastikan ada tim dari Pemda yang dikerahkan, untuk menangani kondisi korban.
"Jangan sampai korban ini dibully di sekolah. Kita sudah siapkan tim yang menangani mereka," ungkap Rudy.
Sementara itu, saat ini ke-17 korban dalam penanganan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2KBP3A) Garut. Mereka sudah menjalani pemeriksaan kesehatan.
"Beberapa hari lalu sudah kita lakukan pemeriksaan darah dan urine untuk memastikan apakah mereka terpapar penyakit menular atau tidak," ungkap Yayan Waryana, Kepala Dinas P2KBP3A Garut kepada wartawan.
Selain itu, kata Yayan, pihaknya saat ini bersama Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Garut sedang melaksanakan pemulihan kondisi psikis para korban.
"Sudah, sudah dilaksanakan. Trauma healing ini dilakukan berkelanjutan. Ada sekitar 44 orang yang ikut, baik korban maupun keluarganya," pungkas Yayan.
(dir/dir)