Pesan Suara Terakhir Paryanto Sebelum Dieksekusi Dukun Tohari

Round Up

Pesan Suara Terakhir Paryanto Sebelum Dieksekusi Dukun Tohari

Tim detikJabar - detikJabar
Senin, 10 Apr 2023 03:45 WIB
VN korban pembunuhan dukun pengganda uang Banjarnegara.
VN korban pembunuhan dukun pengganda uang Banjarnegara. (Foto: Siti Fatimah)
Sukabumi -

Paryanto (53) jadi salah satu korban kekejaman serial killer di Jawa Tengah bernama Slamet Tohari (45) alias Mbah Slamet. Detik-detik terakhir sebelum Paryanto meninggal di tangan Tohari, terekam dalam pesan suara yang dikirim ke anaknya.

Anak Paryanto berinisial GE (15) menuturkan, sebelumnya ia jarang bertemu dengan sang ayah karena sering bepergian. Paryanto telah berpisah juga dengan istrinya beberapa tahun lalu.

Terbongkarnya kasus serial killer ini diketahui berawal dari pesan suara yang dikirim Paryanto kepada kakak GE. Dari situ, ia menaruh kecurigaan jika ayahnya dalam kondisi terancam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"(Tahu dari mana terancam?) karena dari suaranya, dari vn (voice note) itu. Terus bilangnya, kalau ayah nggak ada kabar sampai hari Minggu, kalau belum pulang sampai hari Minggu bawa aparat ke sini, dari situ saya berenam dari Sukabumi langsung berangkat ke lokasi," ujarnya.

Mendapat pesan suara itu, GE dan rombongan keluarga langsung berangkat ke Jawa Tengah untuk menyusul sang ayah. Saat itu mereka lebih dulu melapor ke Polres Banjarnegara pafa Kamis (23/3). Barulah sepekan berikutnya, pelaku ditangkap.

ADVERTISEMENT

Dari situlah terungkap jasad ayahnya dikuburkan, disusul korban lainnya. GE mengaku tak sempat melihat wajah ayahnya. Dia bersama keluarganya menunggu di Polres Banjarnegara. Saat dimakamkan, ia juga tak melihat wajah ayahnya.

GE juga mengungkap ucapan terakhir sang ayah sebelum dibunuh Tohari. Kepada detikJabar, GE selaku anak Paryanto memperlihatkan pesan tersebut. Dia mengatakan, pesan itu dikirim oleh ayahnya pada Kamis (23/3) sekitar pukul 00.54 WIB.

Mulanya pesan itu berisi lokasi terduga Slamet Tohari. Paryanto mengirimkan lokasi itu kepada anak perempuan pertamanya karena curiga terjadi hal yang tak diinginkan.

"Takut ayah mati ini sharelock Pak Slamet. Misal ayah nggak ada kabar sampai hari Minggu, langsung saja ke lokasi bersama aparat ya," kata Paryanto dalam pesan tersebut.

Selain mengirimkan pesan teks, Paryanto juga mengirimkan voice note kepada anaknya. Dalam rekaman itu, suara parau Paryanto terdengar. Setidaknya ada tiga rekaman yang dikirim Paryanto pada sang anak.

"Disharelock ini rumah orang tuanya, takut kenapa-napa ayahnya gitu. Lokasinya ini dimana? Lokasi di rumahnya dia gitu loh, masih satu kampung, sekitar 100 meter, sama aja di kampungnya Slamet," ucap Paryanto dalam rekaman suara.

Pada rekaman kedua dan ketiga, Paryanto mengatakan jika ia ketakutan di Banjarnegara. Korban juga mengungkapkan sempat meminum air kemasan yang diberikan oleh Mbah Slamet.

"Ini waspada saja takutnya ayah kan namanya nggak punya teman, nggak punya rekan-rekan yang ayah percaya lagi, pokoknya ayah agak sedikit ngeri, apalagi tadi di hutan, ayah nggak sadar, bawaannya ngantuk mulu," katanya.

"Minum, tidur lagi, tidur lagi sambil nunggu, kepala ayah langsung tidur di bawah, ini saja ayah kaya mabok, ngomong sendiri kaya orang gila, ya sudah ya. Moga-moga selamat sampai tujuan dan sukses. Amin," ucap Paryanto mengakhiri rekaman suara tersebut.

GE mengaku sempat mengantar sang ayah menemui Tohari di Banjarnegara pada Juli 2022. Ia total 6-7 kali datang ke tempat dukung pengganda uang tersebut. Dia sering mengingatkan ayahnya. Terlebih, dari beberapa kali pertemuan tak pernah ada hasil yang diterima.

"(Sudah pernah dapat hasil dari penggandaan uang?) belum. Iya, sering ngingetin cuman emang susah diomonginnya gitu. Lagian itu uang sihir, uang tipu-tipu mata, nggak ada hasil, 'lagian pendapatan ayah juga sudah lebih dari ini," ujarnya sambil menirukan ucapan kepada korban.

Kabar mengejutkan pun terungkap jika Paryanto ternyata dikubur hidup-hidup oleh Tohari. Hal itu dikatakan kuasa hukum keluarga korban, Heri Purnama Tanjung.
Heri mengatakan, hasil autopsi yang dilakukan tim forensik menunjukkan jika korban pada saat dikubur masih dalam keadaan hidup.

Paryanto diduga tak sadarkan diri usai menenggak minuman yang dicampur dengan obat tidur dan apotas.

"Jadi pada saat korban melakukan ritual dan sudah meminum racun tersebut, pelaku mempersiapkan kuburan dengan menggali lubang sambil menunggu reaksi racun dalam tubuh korban bereaksi. Setelah lemas tidak berdaya tapi masih dalam hidup, korban dimasukkan ke lubang yang sudah dipersiapkan tersebut," kata Heri, Rabu (5/4/2023).

Keterangan tersebut didapatnya dari petugas medis yang selesai melakukan autopsi pada jasad korban. Dia mengungkapkan, korban masih sempat bertahan beberapa waktu sebelum akhirnya meninggal dunia.

"Pada saat diangkat dari lubang kuburan yang dibuat pelaku, hanya jasad korban yang masih utuh, mungkin karena baru dikubur selama 2 minggu. Tetapi korban yang lain ada yang masih utuh setengah dan ada juga sudah jadi tengkorak. Saya pikir pelaku ini sangat sadis dalam melakukan pembunuhan ini," ujarnya.

Kemudian, usai menjalani autopsi, keluarga membawa jasad kembali ke Sukabumi untuk dimakamkan. Mereka tiba di Sukabumi pada Selasa (4/4) kemarin sekira pukul 08.00 WIB pagi, korban langsung dikebumikan di TPU Selamanjah, Cibadak, Kabupaten Sukabumi.




(bba/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads