Predator Seks Sukabumi yang Kini Tak Mau Dipanggil Emon

Predator Seks Sukabumi yang Kini Tak Mau Dipanggil Emon

Siti Fatimah - detikJabar
Rabu, 22 Mar 2023 19:00 WIB
Predator seks asal Sukabumi, Andri Sobari alias Emon
Predator seks asal Sukabumi, Andri Sobari alias Emon (Foto: detikBandung)
Sukabumi -

Andri Sobari alias Emon (33) sudah menghirup udara bebas usai dipenjara atas kasus sodomi 120 anak di Sukabumi. Usai bebas dari bui, Andri enggan dipanggil Emon.

Hal itu disampaikan langsung oleh Petugas Pembimbing Pemasyarakatan Bapas Kelas I Bandung Isep Saiful Millah. Emon tak ingin dipanggil Emon karena ingin menghilangkan sugesti buruk di masa kelamnya.

"Dia sudah nggak mau dibilang Emon, sudah nggak mau dibilang Emon katanya pengen dipanggil Andri aja karena kemarin juga dapat laporan dari Lapas Kelas I Cirebon dia itu aktif di perpustakaan lapas sebagai pengurusnya dan di dalam kamarnya sebagai imam salat," kata Isep kepada detikJabar, Rabu (22/3/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Isep menjelaskan, pembebasan bersyarat Emon diatur dalam Permenkumhan nomor 7 tahun 2022. Selama di dalam Lapas, Emon dianggap berperilaku baik sehingga layak untuk mendapatkan hak bebas bersyarat.

"Untuk Andri Sobari alias Emon setelah memenuhi syarat-syarat itu kemudian dilakukan atau diusulkan pembebasan bersyarat. Nah keluar lah SK dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan karena Andri Sobari selama ini menjalani pembinaan di Lapas Cirebon," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Saat ini Andri atau Emon masih dalam masa bimbingan dari Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas I Bandung. Emon juga menjalani pemeriksaan psikotes dan psikologi.

"Waktu dia bebas, kita kumpul di kelurahan dengan Babinsa, Lurah, RT, RW di situ membahas agar dia ada kegiatan produktif. Artinya dia kan harus kembali kepada masyarakat menunjukkan dia bisa berubah dan bisa berkontribusi positif," kata dia.

"Psikolog Lapas Cirebon juga bilang kalau ketertarikan ke sesama jenis itu sudah di titik aman, cuma kita kan nggak tahu ke depannya seperti apa, semua orang harus tetap antisipasi. Hal tersebut bisa terjadi pada siapa saja makanya kita lakukan konseling lanjutan untuk menghindari itu, khawatirnya tersugesti lagi dan yang paling utama kontrol dari keluarga dan masyarakat," tutupnya.




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads