Hingga kini polisi belum berhasil mengungkap kasus pembekapan Naufal anak laki-laki berusia 10 tahun asal Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi pada Kamis (26/1) malam lalu. Polisi masih menyelidiki motif di balik kejadian tersebut.
Saat wawancara beberapa waktu lalu, pihak kepolisian menduga ada unsur sentimen pelaku kepada keluarga korban. Polisi sendiri sudah membantah adanya upaya penculikan di balik kejadian tersebut.
"Untuk analisa sementara patut diduga namun masih dalam konteks pemeriksaan, nanti kita lakukan penyelidikan lebih lanjut. Dugaan sementara ada sentimen dengan keluarga korban, bisa orang tuanya, saudaranya dan sebagainya mungkin demikian," kata Kapolsek Cicurug, Kompol Parlan saat itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun keterangan itu dibantah Sultoni, ayah korban. Dia membenarkan pihak kepolisian mencurigai adanya unsur sentimen kepada keluarganya.
"Iya kalau itu kan keterangan dari Polsek Cicurug Kompol Parlan waktu itu dia kesimpulan sementara mungkin waktu itu jadi alasan pihak polisi kan kalau mau menculik anaknya nggak dibawa padahal kesempatan itu ada," kata Sultoni kepada detikJabar, Kamis (2/2/2023).
"Kalau mau mencuri nggak ada barang yang hilang, jadi akhirnya pak kapolsek menyimpulkan sementara ini ada motif lain, dendam atau apa kepada orang tua, karena alasannya katanya si penjahat itu datang nya sempat menanyakan bapaknya ada nggak, maksudnya hanya untuk memastikan di rumah tidak ada orang," sambungnya.
Soal upaya teror di balik kejadian itu, Sultoni memastikan pihaknya tidak bermusuhan dengan orang lain. Selain menjabat ketua RW dia juga menjabat sebagai Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM).
"Untuk motif terror sendiri saya ini kan selama ini Alhamdulillah tidak ada musuh, terus saya juga bukan pengusaha bukan pejabat, selama ini saya dan istri saya aktifnya di bidang sosial. Apalagi saya sebagai ketua RW merangkap sebagai ketua DKM Masjid Nurul Huda juga, istri pun sama aktif di bidang sosial dia di relawan kemanusian relawan di Cicurug, aktif sebagai penggerak di PKK Kecamatan dan Desa Tenjoayu," beber Sultoni.
Pergerakan sosial yang dilakukan Sultoni bersama sang istri tidak hanya dilakukan di wilayah setempat. Ia juga kerap menggalang dana untuk kejadian kemanusiaan termasuk bencana alam.
"Saya juga pekerja di salah satu perusahaan, karyawan swasta. Jadi kalau untuk motif terror saya sendiri merasa selama ini tidak ada masalah dengan orang lain, dengan tetangga gitu. Tapi apapun itu terlepas dari penilaian orang lain mungkin apa yang saya lakukan menurut kita benar belum tentu menurut orang lain," tuturnya.
Soal zat yang membuat putranya drop hingga saat ini Sultoni masih menanyakan hal itu ke rumah sakit. Namun tidak ada jawaban pasti terkait penyebab berikut diagnosa penyakit yang diderita putranya.
"Untuk keterangan sementara dari pihak medis, tadi dokter anastesi sudah menjelaskan bahwa intinya kata beliau kita tidak bisa memastikan kandungan zat adiktif atau racun yang ada di tubuh putra saya ini. Sehubungan dengan keterbatasan alat di rumah sakit," imbuhnya.
Terpisah, Kapolres Sukabumi AKBP Maruli Pardede mengatakan kasus tersebut masih dalam penyelidikan.
"Iya kang, Kasat Reskrim sudah ke sana setelah sisir TKP meminta pihak rumah sakit untuk uji secara medis apa penyebabnya," ujar Maruli.
(sya/mso)