Bharada Richard Eliezer alias Bharada E membongkar kronologi penembakan terhadap Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat alias Brigadir J. Empat carik kertas jadi senjata meruntuhkan skenario Irjen Ferdy Sambo.
Empat carik kertas itu berisi kronologi kejadian yang ditulis langsung oleh Bharada E. Usai menarik kesaksiannya dalam berita acara pemeriksaan (BAP) awal, Bharada E meminta kepada penyidik untuk menulis sendiri keterangannya. Dia pun meminta beberapa lembar kertas.
Dilansir detikX, keinginan Bharada E menulis sendiri keterangannya karena dia tak mau menanggung sendiri perbuatan yang bukan keinginannya. Sehingga, dia berjanji menceritakan kebenaran saat insiden berdarah di rumah dinas Irjen Ferdy Sambi di Duren Tiga, Jakarta Selatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bharada E meminta menulis sendiri lantara saat itu dia tak sanggup menyampaikan kesaksian itu secara verbal. Bibirnya kelu. Tubuhnya gemetar dan air matanya tidak berhenti menitik. Richard masih trauma. Dia pun akhirnya meminta beberapa carik kertas kepada penyidik. Richard bilang, "Tidak usah ditanya, Pak, biar saya tulis sendiri."
Deolipa Yumara eks kuasa hukum Bharada E jadi saksi kliennya menulis sendiri kesaksian di beberapa carik kertas. Namun beberapa kali juga dia berhenti dan mengubah kesaksiannya.
Deolipa bilang, waktu itu Richard masih terngiang skenario lama yang dibuat Ferdy Sambo. Dia menulis dalam tekanan dan rasa takut lantaran khawatir terjadi apa-apa pada dirinya dan keluarga jika dia menceritakan kisah yang sebenarnya.
Deolipa bersama dua penyidik Polri di ruang penyidikan saat itu berusaha menenangkan Bharada E. Bahkan mereka menyetel lagu-lagu rohani untuk menentramkan hari Bharada E.
Richard, kata Deolipa, ikut menyanyi sembari menangis. Mereka berupaya meyakinkan Richard bahwa tidak ada lagi yang perlu ditakutinya kecuali Tuhan.
"Kami bilang, itu (Ferdy Sambo) bukan atasan kamu lagi. Atasan kamu Tuhan," kata Deolipa berusaha menenangkan Richard.
Setelah cukup tenang, barulah Richard bisa dengan lancar menuliskan semua peristiwa yang dialaminya di rumah dinas Ferdy Sambo pada Jumat, 8 Juli 2022, sore itu. Dalam kesaksian yang ditulisnya, Richard menyebut Ferdy Sambo-lah yang menyuruhnya menembak Yosua.
Sore itu, kata Richard dalam kesaksiannya, dia dipanggil oleh ajudan Ferdy Sambo lainnya, yaitu Bripka Ricky Rizal, ke sebuah ruangan di rumah dinas bosnya. Di sana, ia melihat Sambo sudah memegang pistol HS-9 milik Yosua. Di ruangan itu, ada juga asisten rumah tangga Sambo, Kuat Ma'ruf. Yosua, kata Richard, sudah dalam posisi berlutut.
"Tembak, oi! Tembak! Tembak!" kata Richard dalam kesaksiannya sebagaimana diceritakan Deolipa.
Kesaksian Richard itu ditulis dalam empat carik kertas yang akhirnya diserahkan kepada penyidik Polri. Butuh waktu setidaknya enam jam untuk Richard menuliskan semua kesaksian tersebut. Setelah membaca bersama-sama, penyidik Polri yang memeriksa kesaksian Richard itu mengatakan bahwa ceritanya sesuai dengan hasil pemeriksaan sejumlah saksi lain dan barang bukti.
"Akhirnya kami sepakat, nih, dicap jempol di atas dan tanda tangan. Selesai, langsung kami masukkan BAP," ucap Deolipa.
Empat carik kertas yang ditulis Richard itulah yang akhirnya menyingkap teka-teki perburuan aktor utama pembunuhan Brigadir J. Berkat kesaksian Richard, Irjen Ferdy Sambo bersama dua anak buahnya, Ricky Rizal dan Kuat Ma'ruf, pun akhirnya ditetapkan sebagai tersangka. Ketiganya disangkakan Pasal 340 subsider Pasal 338 juncto Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP dengan ancaman maksimal hukuman mati.
(dir/dir)