Sukabumi - Hari Nelayan ke-65 di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Selasa (21/5/2025) berlangsung meriah dengan berbagai acara.
Foto Jabar
Potret Kemeriahan Hari Nelayan Palabuhanratu Sukabumi

Putri Nelayan 2025, Djemima Shireen dari Desa Cikahuripan, Kecamatan Cisolok, melambaikan tangan di atas kereta kencana warna-warni yang ditarik seekor kuda cokelat. Di sampingnya, Raja duduk gagah mengenakan busana hitam berornamen emas. Mereka diarak menyusuri Jalan Siliwangi, menyapa warga yang berdesakan di pinggir jalan di bawah rinai hujan.
Kereta dihiasi replika sayap dan ornamen menyerupai daun laut. Di balik mahkota emasnya, Putri Nelayan tampak khusyuk bersimpuh tangan, seolah menyampaikan doa kepada samudra. Kereta kencana ini menjadi simbol harapan akan hasil laut yang melimpah.
Kirab budaya tak hanya menampilkan sang putri, tetapi juga diiringi para pengawal berkostum kerajaan, tokoh adat, serta warga yang membawa alat musik dan atribut simbolik. Momen ini menjadi bagian paling ditunggu warga, sekaligus penanda dimulainya prosesi spiritual ke laut.
Dari dermaga PPNP Palabuhanratu, ratusan warga tampak menanti giliran naik ke kapal. Mereka ingin ikut serta dalam ritual labuh saji, berharap bisa menyaksikan langsung pelarungan sesaji dari dekat. Beberapa bahkan berdesak-desakan dan menumpuk di pinggir pelabuhan.
Puluhan kapal berhias janur dan bendera merah putih memenuhi perairan Palabuhanratu. Warga memenuhi geladak, sebagian duduk, sebagian lainnya melambai-lambaikan tangan. Di lautan inilah tradisi dan doa dilabuhkan, tempat harapan dicurahkan.
Di atas kapal utama, indukan lobster yang sedang bertelur ditunjukkan kepada warga dan media. Ritual tahun ini memilih untuk melarung benih laut sebagai simbol keberlanjutan. Putri Nelayan bersama sejumlah pejabat melepaskannya secara seremonial, menggantikan tradisi lama melarung kepala kerbau.
Sesaat setelah sesaji dilemparkan ke laut, warga langsung meloncat dari kapal, berebut dongdang wadah berisi hasil bumi dan simbol-simbol harapan. "Sebelum dilemparkan, semua sudah diselawatin dan didoakan," kata salah seorang tokoh adat. Warga percaya, membawa pulang salah satu sesaji bisa menjadi jalan datangnya rezeki.
Kapal-kapal penuh sesak. Tua, muda, laki-laki dan perempuan larut dalam suka cita. Mereka bukan sekadar penonton, tetapi bagian dari prosesi yang menyatukan budaya, spiritualitas, dan keberlanjutan laut yang mereka cintai.