Sepekan ini berbagai peristiwa terjadi di Kota dan Kabupaten Sukabumi. Mulai dari senyuman Heni Mulyani (53), Kepala Desa Cikujang, saat mengenakan rompi oranye bertuliskan 'Tahanan Tindak Pidana Khusus' hingga cerita soal koin tua yang ditemukan di pesisir Ujunggenteng.
Berikut berbagai artikel menarik yang dihimpun dari Kota dan Kabupaten Sukabumi selama sepekan:
Senyum Bu Kades yang Jual Posyandu
Raut wajahnya sama sekali tak mencerminkan rasa bersalah. Senyuman lebar justru tampak terpancar dari wajah Heni Mulyani (53), Kepala Desa Cikujang, saat mengenakan rompi oranye bertuliskan 'Tahanan Tindak Pidana Khusus'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia berdiri di depan latar ungu berlogo Kejaksaan, dengan tinggi badan yang diukur seperti layaknya tahanan lain. Tak tampak cemas, tak juga gelisah. Seolah semuanya baik-baik saja.
Padahal, hari itu, Senin siang (28/7/2025), ia resmi ditahan dan akan diboyong ke Lapas Perempuan Sukamiskin, Bandung, untuk menjalani penahanan selama 20 hari ke depan. Ia menjadi tersangka tunggal dalam kasus dugaan korupsi dana desa (DD), Alokasi Dana Desa (ADD), Pendapatan Asli Desa (PADes) termasuk jual beli aset posyandu yang dibangun dari dana negara.
"Perkara yang kami serahkan tadi ke kejaksaan itu terkait anggaran Alokasi Dana Desa (ADD) dan Dana Desa (DD), termasuk pembangunan posyandu," kata KBO Satreskrim Polres Sukabumi Kota Iptu Irfan Fahrudin.
Menurut Irfan, posyandu yang dijual oleh Heni berdiri di atas tanah milik pribadi, namun bangunannya dibangun menggunakan dana desa. "Yang dijadikan kerugian negara adalah bangunannya. Itu dijual pribadi, hasil temuan dari Inspektorat," ucapnya.
Total kerugian negara dalam kasus ini mencapai Rp500 juta. Uang tersebut diduga digunakan untuk kepentingan pribadi.
"Sebagaimana hasil penyelidikan dan penyidikan anggota kami, dana digunakan untuk kepentingan pribadi," tambahnya.
Heni sendiri menjabat sebagai Kepala Desa Cikujang sejak 2019 dan seharusnya masih menjabat hingga 2027. Namun, kasus ini bisa jadi mengakhiri kariernya di tengah jalan.
Dari Kejaksaan Negeri Kabupaten Sukabumi, Kepala Seksi Pidana Khusus (Kasi Pidsus), Agus Yuliana membenarkan bahwa pihaknya menerima tahap dua pelimpahan tersangka dan barang bukti dari penyidik Polres Sukabumi Kota.
"Tersangka akan ditahan di Lapas Perempuan Sukamiskin selama 20 hari ke depan. Ancaman hukuman menggunakan Pasal 2 dan 3 Undang-undang Tipikor, minimal 4 tahun penjara," ujar Agus.
Hilang Kecelakaan, Ditemukan Membusuk di Kolong Jembatan
Dikabarkan hilang usai mengalami kecelakaan selama dua pekan, Agis Gustiandi (27) warga Bojongkokosan, Kecamatan Parungkuda, Kabupaten Sukabumi ditemukan dengan kondisi mengenaskan di bawah kolong jembatan Sekarwangi, Kecamatan Cibadak, Senin pagi (28/7/2025).
Kondisi tubuh pria malang itu membusuk, sebagian tinggal tulang belulang. Agis sempat dicari keluarganya sejak kecelakaan yang terjadi pada Jumat (11/7/2025) subuh.
Saat itu, iring-iringan dua sepeda motor melaju dari arah Sukabumi menuju Parungkuda. Entah bagaimana motor yang ditumpangi Agis mengalami kecelakaan di atas jembatan, diduga bersenggolan dengan mobil Avanza yang datang dari arah berlawanan.
"Saat kejadian, yang bawa motor itu tidak sadarkan diri. Temannya sempat lihat Agis masih jalan. Ada juga saksi yang sempat lihat anak itu sempoyongan di tengah-tengah jembatan," ungkap Asep Juanda, paman korban saat ditemui di RS Sekarwangi, Cibadak.
Menurut Asep, Agis merupakan anak dari paman kandungnya. Ia adalah anak sulung dari dua bersaudara, meski beda ibu.
"Sudah jelas itu almarhum Agis, karena dompet dan KTP masih utuh di saku celananya," ujar Asep.
Keluarga sempat berharap Agis selamat dan menyebarkan informasi pencarian lewat media sosial. Namun harapan itu pupus ketika seorang pemulung yang sedang mencari barang bekas di aliran sungai di bawah jembatan mencium bau busuk.
"Saya sempat minta untuk dilaporkan ke polisi soal hilangnya Agis, sementara keluarga korban temannya Agis saat itu memilih menyelesaikan secara kekeluargaan dengan pihak mobil," kata Asep.
Penemuan jasad Agis membuat geger warga sekitar. Saat ditemukan, tubuhnya sudah dalam kondisi tinggal tulang dan pakaian yang melekat. Polisi yang menerima laporan langsung melakukan olah TKP dan membawa jenazah ke RSUD Sekarwangi untuk proses identifikasi.
Aksi Heroik Damkar Sukabumi Selamatkan Bocah dari Sumur
Tak ada yang menyangka siang itu akan berubah menegangkan kala Paska (8), bocah laki-laki dari Kampung Cikupa, Desa Sagaranten, Kabupaten Sukabumi, terperosok ke dalam sumur tua yang tak lagi dipakai.
Seperti biasa anak-anak bermain tanpa mengira bahaya mengintai di tanah yang mereka pijak. Ia jatuh ke dalam sumur saat mengejar layangan.
Sumur itu diketahui berada di pekarangan rumah warga. Lubangnya nyaris rata dengan tanah, ditutup kayu-kayu lapuk yang tak lagi kuat menahan beban. Saat Paska melintas, kayu penutup patah. Tubuh kecilnya langsung terjerembap ke dalam sumur sedalam sekitar 15 meter. Di dasarnya, air setinggi dua meter menanti.
Di atas tanah, keluarga dan warga panik. Dalam waktu singkat, laporan darurat diterima Pos Pemadam Kebakaran Sektor IX Sagaranten. Supyadin, Komandan Pleton, segera bersiap.
Bersama tiga anggotanya Randi Koswara, Ricky Gian, dan Abdul Fatah, langsung meluncur. Mereka hanya butuh waktu dua menit untuk tiba di lokasi. Jaraknya memang tak jauh, tapi situasinya saat itu benar-benar mendesak.
"Saat itu saya menyiapkan peralatan pribadi saya, satu webbing, satu figure eight, tiga carabiner, dua prusik, dan dua tali statis. Saya langsung meluncur bersama anggota karena lokasinya dekat," kata Supyadin kepada detikJabar, Rabu (30/7/2025).
Ketika mereka tiba, Supyadin melihat sosok kecil di dasar sumur. Paska masih bertahan. Warga menyodorkan sebatang kayu, yang digenggam erat oleh anak itu. Tangan dan kakinya bertahan pada dinding sumur yang lembab dan licin.
"Pas turun saya lihat anak ini sudah dalam kondisi depresi berat, seperti ketakutan," ujar Supyadin.
Ia tidak berpikir panjang. Dengan perlengkapan yang dibawa, Supyadin menuruni sumur. Di bawah sana, ia mengikatkan tali statis pada tubuh Paska. Sementara itu, di atas, tiga anggota timnya bekerja cepat dan sigap.
Randi, Ricky, dan Abdul bertugas mengatur sistem tali dan penyeimbang. Mereka mengangkat tubuh Paska secara perlahan dari dasar sumur, memastikan anak itu tidak terguncang atau terbentur dinding sumur sempit.
Begitu tubuh kecil itu berhasil terangkat, Ricky menyambut dan menyerahkan langsung Paska ke pelukan orang tuanya yang sudah menunggu dengan cemas.
Tak berhenti di situ, mereka kembali menurunkan sistem tali untuk mengangkat Supyadin yang masih berada di dasar sumur. Koordinasi antar personel berjalan nyaris tanpa kata hanya mengandalkan bahasa isyarat dan pemahaman tim yang sudah terlatih.
"Anak dulu yang diselamatkan ke atas, saya menyusul setelahnya," tuturnya.
Cinta Diputus Anak Pacar Diculik
Siti Aisyah (32), tak bisa menahan rasa haru saat menceritakan kembali empat hari paling mencekam dalam hidupnya. Anaknya hilang dibawa pria yang ternyata mantan pacarnya.
Kisah Siti terungkap setelah rekaman CCTV pelaku saat membawa sang anak beredar. Kisah inipun dibenarkan pihak kepolisian.
Siti bukan hanya kehilangan jejak anak semata wayangnya, Elnino Rayyan Abdillah (5), tapi juga harus menghadapi ancaman dari pria yang pernah dicintainya.
"Dia memang dekat sama anak saya. Kami pacaran hampir delapan bulan, tapi sebulan terakhir saya putuskan, karena saya nggak sanggup lagi. Dia nggak terima," ujar Siti lirih melalui sambungan telepon dengan detikJabar, Rabu (30/7/2025).
Karena harus bekerja di Solo, Siti menitipkan anaknya kepada sang kakak di Kampung Cibodas, Desa Berekah, Kecamatan Bojonggenteng, Kabupaten Sukabumi. Tapi semua berubah pada Kamis (24/7/2025) sore.
"Jam tiga sore dia datang ke rumah kakak saya. Terus pas kakak salat Maghrib, anak saya dibawa pergi," katanya.
"Nggak pamit, nggak izin. Tiba-tiba anak saya sudah nggak ada," sambung dia.
Kepanikan melanda hati Siti. Tapi di tengah ketakutan, Siti menemukan secercah harapan, kepolisian bergerak cepat. Ia melaporkan kejadian itu ke Polres Sukabumi, dan tim dari Unit PPA Satreskrim langsung menindaklanjuti.
"Saya benar-benar salut sama Polres Sukabumi. Mereka langsung serius tangani, anak saya dinyatakan hilang dan langsung disebar informasinya ke jaringan kepolisian," ujarnya.
Rekaman CCTV di sekitar lokasi memperkuat dugaan penculikan. Polisi bekerja lintas daerah. Hingga akhirnya, titik terang muncul dari wilayah Tangerang.
"kabar saat itu saya terima, yang nemuin pertama itu kepolisian dari Polres Sukabumi yang dibantu anggota polisi Tangerang. Mungkin karena laporan dari Polres Sukabumi sudah masuk jaringan kepolisian seluruh Indonesia ya. Jadi langsung ditindak," kata Siti.
Saat anaknya ditemukan, Siti masih berada di Lamongan. Ia sebelumnya sempat dihubungi pelaku yang memintanya datang ke kampung halamannya.
"Dia suruh saya ke Lamongan kalau mau lihat anak. Tapi pas saya sampai, dia malah balik ke Jakarta. Saya sampai bingung. Tapi saya enggak nyangka polisi bisa temukan secepat itu," ucapnya, nada suaranya tersendat.
Koin Kuno di Pesisir Ujunggenteng
Sopyan, nelayan asal Kampung Cipaku, Desa Ujunggenteng, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi sedang berativitas seperti biasa mencari ikan di pesisir.
Kondisi air laut yang surut, membuat Sopyan bisa berjalan tenang menyusuri pesisir. Di tengah aktivitasnya, tiba-tiba mata Sopyan secara tak sengaja melihat benda kecil berkilauan, yang membuatnya penasaran.
Posisi benda berkilau itu muncul dari balik pasir pantai. Setelah ditelisik lebih dekat, benda itu berupa koin-koin kuno yang belakangan membawa aroma sejarah yang lama terkubur, tentang pasar ikan di era kolonial Belanda.
"Pas jalan nemu koin ini, karena tidak tahu koin apa kemudian dia (Sopyan) ngasih tahu ke saya," tutur Asep JK, Ketua Rukun Nelayan Ujunggenteng, yang juga masih berstatus kerabat Sopyan sang penemu koin-koin itu kepada detikJabar, Rabu (30/7/2025).
Sopyan tak tahu bahwa temuannya akan memicu demam baru. Setelah diunggah ke media sosial, foto-foto dan video soal temuan koin itu-pun viral. Warga mulai berdatangan. Pesisir Ujunggenteng seketika berubah jadi arena perburuan harta karun.
"Ternyata lama kelamaan ramai di Facebook, banyak orang yang ambil, ramai kabarnya kan katanya harta karun. Nah saya juga ngambil, dapat segini. Ini ada tahunnya 1909, ada 1920, ada 1859. Pecahannya juga beragam," ucap Asep sambil menunjukkan beberapa keping logam yang masih utuh bentuknya.
Asep tak hanya menyaksikan. Ia turun langsung, dan dari mulut ke mulut, muncul cerita-cerita lama.
"Dulunya itu, kata kakek saya, di sini ada peninggalan Belanda. Ada pasar ikan. Mungkin ini peninggalannya. Semingguan ini ramai. Ada yang dapat 200 keping, ada yang 100. Saya juga dapat 60 koin," ungkapnya.
Asep pun segera bergerak melapor tentang temuan itu. Hal itu dipicu semakin ramainya warga yang berdatangan ke lokasi tersebut.
"Saya laporkan ke pihak desa, ke danpos AL, ke Disbudpora. Kemarin datang ke Ujunggenteng," katanya.
Menurutnya, adanya abrasi di pesisir yang terus terjadi jadi pemicu munculnya koin-koin itu. "Ini dari ombak, kebawa ombak. Ombak datang terus surut, kita nemu ini. Sepertinya prosesnya (ke daratan) lama, terseret ombak, ketimbun pasir, lalu jadi abrasi, si koin ini bermunculan," jelas Asep.
Namun, proses pencarian warga tak berlangsung lama. Hanya dilakukan saat surut, bahkan kini kabarnya dihentikan total.
"Kalau lagi pasang enggak ada yang nyari. Tapi kalau surut, banyak lagi yang nyari. Cuma disetop dulu sama aparat, enggak boleh, takut ada apa-apa katanya," imbuhnya.
Sebagai tokoh nelayan, ia berharap ada kejelasan terkait munculnya koin-koin itu. "Harapannya bisa diungkap sebenarnya koin apa, dari mana. Karena sebagai masyarakat nelayan, saya penasaran juga ini," kata Asep.
Simak Video "Video: Momen Kadis Lingkungan Hidup Sukabumi Bungkam Usai Jadi Tersangka"
[Gambas:Video 20detik]
(sya/mso)