Pesisir Ujunggenteng mendadak jadi lokasi perburuan yang tidak biasa. Bukan ikan, bukan pula hasil bumi. Melainkan koin-koin kuno yang muncul dari balik pasir basah, seolah ditarik waktu dari masa lalu.
Abrasi yang terus menggerus garis pantai seperti membuka lembaran sejarah yang lama terkubur. Warga yang awalnya hanya lewat, mendadak terpaku saat mendapati kilauan logam di sela pasir. Begitulah cerita ini bermula.
Pasar Ikan dan Gudang Garam
Sudiar Effendi (66), tokoh masyarakat di Ujunggenteng, mengaitkan fenomena ini dengan sejarah lama kampungnya. Ia tak langsung menyebut kata "harta karun", tapi bicara tentang jejak ekonomi dan pasar tua peninggalan kolonial.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami akan menjelaskan fenomena penemuan koin di Pantai Ujunggenteng yang tidak sengaja ditemukan saat abrasi pantai. Sehingga menjadi ramai di masyarakat," katanya membuka pembicaraan, Jumat (1/8/2025).
Menurut penuturan para orang tua zaman dahulu, lanjut Sudiar, Ujunggenteng pernah menjadi pusat sentra ekonomi masyarakat. Ada tempat pelelangan ikan di masa silam, sebelum akhirnya dipindah ke sebelah selatan. Di kawasan itu juga berdiri pabrik dan gudang garam.
"Konon katanya menurut sejarah Ujunggenteng, para pendahulu pernah bercerita adanya kegiatan pusat sentra ekonomi masyarakat setempat, tempat pelelangan ikan sebelum dipindah ke sebelah selatan, lalu ada pabrik dan gudang garam," ungkapnya.
Ia menduga, koin-koin yang kini ditemukan warga merupakan sisa aktivitas perdagangan di masa lampau.
"Mungkin waktu itu, zaman penjajahan, ada aktivitas transaksi jual beli ikan, sentra ekonomi lah. Pendahulu kita sedang transaksi dengan uang koin, mungkin ada yang terjatuh, atau tidak berlaku lagi sehingga dibuang atau disimpan," tuturnya.
![]() |
Sudiar mengatakan, sebelum tahun 1950-an, kawasan Ujunggenteng memang sudah ramai oleh aktivitas perikanan. Kapal-kapal nelayan dan perahu dagang bersandar di pelabuhan kecil yang kini sudah tinggal jejak.
"Sebelum tahun 50-an, Ujunggenteng tempat pelabuhan perikanan yang ramai," katanya.
Menurutnya, koin-koin itu kemungkinan terbawa arus dan pasir, hingga akhirnya muncul ke permukaan karena abrasi. Hal itu pula yang membuat warga mendadak ramai-ramai datang ke pantai.
"Masyarakat menemukan koin itu tidak sengaja, karena abrasi, sehingga ramai di masyarakat dan mengundang perburuan koin itu," imbuhnya.
Koin Menghijau dan Harapan Nelayan
Keterangan senada disampaikan Asep JK, Ketua Rukun Nelayan Ujunggenteng. Ia menyebut warga mulai berdatangan sejak unggahan koin kuno viral di media sosial.
"Warga banyak yang ambil koin itu, karena kondisinya ada yang sudah seperti lapuk karena air laut yang mengandung garam, ada yang menghijau," katanya.
Sebagian warga, kata Asep, bahkan mencoba membersihkan dan mengilapkan logam itu untuk mengetahui jenis dan tahun pembuatan koin.
![]() |
"Tidak sedikit warga yang mengkilapkan koin-koin itu. Kami sangat berharap ada informasi kaitan koin-koin itu," ujar Asep.
Menurutnya, informasi resmi dari pemerintah atau sejarawan penting agar warga tidak hanya menebak-nebak asal-usul temuan tersebut.
Sudut Sejarawan, dari Pelabuhan Hingga Para Naturalis
Menurut Irman Firmansyah, sejarawan sekaligus Ketua Yayasan Dapuran Kipahare yang juga penulis buku Soekaboemi The Untold Stories, kawasan Ujunggenteng sudah dikenal sejak ratusan tahun lalu.
"Ya Ujunggenteng kan sempat jadi pelabuhan, jadi kawasan wisata, gudang komoditas dan gudang garam juga sempat ada," ujarnya saat dimintai konfirmasi.
Irman menjelaskan bahwa Ujunggenteng sudah dikenal sejak abad ke-17. Bahkan, para naturalis dari Eropa kerap menyambangi kawasan itu pada abad ke-18 dan ke-19 jauh sebelum pelabuhan modern seperti dermaga steiger dibangun.
"Iya lama itu, dari abad 17 udah dikenal. Abad 18-19 para naturalis udah ke situ sebelum dermaga steiger dibangun," imbuh Irman.
Temuan koin itu, menurutnya, bisa jadi bukti material dari aktivitas niaga masa lampau yang selama ini hanya hidup di cerita-cerita tua.
(sya/dir)