Jumlah pria yang memilih vasektomi atau Metode Operasi Pria (MOP) di Kota Cirebon mengalami kenaikan dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. Mengutip data Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Kota Cirebon, saat ini jumlah pria yang vasektomi di Kota Cirebon sebanyak 80 orang.
Pada tahun 2021 sebanyak 27 laki-laki yang memilih prosedur vasektomi atau MOP untuk program keluarga berencana. Kemudian, pada tahun 2022 sebanyak 52 laki-laki yang menjalani MOP, lalu pada tahun 2023 sebanyak 67 orang laki-laki yang menejalani MOP, sedangkan pada 2024 ada jumlahnya terus naik menjadi 80 laki-laki yang memilih MOP sebagai alat kontrasepsi.
Kepala DP3APPKB Kota Cirebon Suwarso Budi mengatakan ada banyak faktor yang menyebabkan naiknya penggunaan alat kontrasepsi vasektomi di Kota Cirebon. "Banyak faktor pendorong, seperti halangan perempuan untuk KB, sehingga laki-laki yang ber-KB, terus kecenderungan untuk menunda anak, sudah logis cara berpikirnya. Secara umum keluarga muda cenderung membatasi jumlah anak, dan juga ada kesadaran untuk meningkatkan kualitas keluarga," tutur Suwarso, Jumat (2/5/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu juga, tenaga kesehatan yang mudah di akses juga jadi alasan lain kenapa angka vasektomi naik di Kota Cirebon. "Tenaga kesehatan juga sudah tercukupi di Kota Cirebon. Kalau sekarang, hari ini mau vasektomi juga bisa, kalau sudah memenuhi persyaratan, kemarin saja ada 10 orang yang ditolak, karena belum memenuhi persyaratan," tutur Suwarso.
Mengenai kewajiban vasektomi dan pemasangan alat kontrasepsi di Kota Cirebon sebagai syarat untuk menerima bantuan sosial, menurut Suwarso, harus dianalisis secara mendalam. Pasalnya, di Kota Cirebon sendiri mengalami penurunan angka kelahiran total atau TFR (Total Fertility Rate) dalam beberapa tahun terakhir.
"Idealnya 2.1, artinya 1 orang ibu itu melahirkan 2 sampai 3 anak. Dengan angka itu populasi penduduk akan terjaga, atau nggak minus. Nah di Kota Cirebon, di tahun 2024 sudah menyentuh 1,97 artinya 1 orang ibu, rata-rata mempunyai 1 sampai 2 orang anak, kecenderungannya di bawah 2, sedangkan minimal untuk keberlangsungan generasi itu anak 2, mengantikan ibu dan ayahnya," tutur Suwarso.
Suwarso khawatir ketika angka kelahiran terus menurun akan menjadi bom waktu di kemudian hari. "Kalau populasi sedikit ketersediaan tenaga kerja berkurang, produktivitas menurun, laju pertumbuhan menurun. Tugas kita menjaga penduduk tumbuh berimbang, antara laju penduduk dan daya dukung ekonomi" tutur Suwarso.
Oleh karena itu, DP3APPKB Kota Cirebon mendorong perencanaan keluarga bagi generasi muda agar keluarganya berkualitas dan proporsi kelahiran tetap terjaga. "Kita punya progam sekolah keluarga, pusat perbelanjaan keluarga, pendamping keluarga, pendamping siklus hidup, kita juga mendorong mencegah terjadinya stunting di Kota Cirebon," tutur Suwarso.
(sud/sud)