Kebijakan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang melarang kegiatan study tour bagi sekolah-sekolah di wilayahnya berdampak luas, terutama pada sektor pariwisata. Salah satu yang paling merasakan dampaknya adalah perusahaan penyedia jasa transportasi bus pariwisata, seperti PO Tifanha di Cirebon.
Manager Marketing PO Tifanha, Irfan Firmansyah, mengungkapkan sejak kebijakan ini diterapkan, jumlah pemesanan bus mengalami penurunan drastis. Bahkan, sekitar 50 persen konsumen mereka memilih untuk membatalkan pesanan.
"Sangat berdampak sekali pada perusahaan otobus, sedikitnya 50 persen konsumen kami memilih untuk membatalkan pesanan," ujar Irfan pada Minggu (9/3/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, sebagian besar sekolah yang sebelumnya sudah merencanakan perjalanan study tour pascalebaran 2025, yakni pada April dan Mei 2025 terpaksa membatalkan agenda mereka.
Dari data sementara yang dikumpulkan PO Tifanha, setidaknya ada 30 pemesanan untuk periode April-Mei 2025. Namun, 10 di antaranya sudah dibatalkan, sementara sisanya memilih untuk mengubah tujuan perjalanan ke dalam kota atau dalam provinsi.
"Ada juga yang mengubah rute, yang semula ke Jawa Tengah dan Jawa Timur menjadi wisata dalam kota atau provinsi. Kami pun harus mengembalikan uang ke konsumen karena kondisi seperti ini," ungkapnya.
Ia menambahkan kebijakan ini memberikan pukulan telak bagi bisnis transportasi wisata, mengingat study tour sekolah biasanya menjadi agenda tahunan yang rutin berlangsung. Selain periode April-Mei, bulan Oktober biasanya diisi dengan kunjungan industri, sementara akhir tahun menjadi waktu favorit untuk study tour liburan semester.
"Untuk yang Oktober dan akhir tahun, belum terlihat dampaknya apakah akan dibatalkan juga atau tidak. Kita masih menunggu perkembangan," kata Irfan.
Meski mengalami kerugian signifikan, PO Tifanha tetap berusaha bertahan dengan mencari pasar baru di luar segmen sekolah. Irfan menegaskan layanan bus mereka masih tetap tersedia bagi pelanggan dari kalangan perkantoran serta wisata religi atau ziarah, yang tidak terdampak oleh kebijakan ini.
"Sebetulnya banyak pelanggan yang terpaksa membatalkan perjalanan karena aturan ini. Padahal, untuk mendapatkan bus, mereka sudah melakukan pemesanan jauh-jauh hari," pungkasnya.
(iqk/iqk)