Kepiting Soka dan Setitik Cahaya bagi Nelayan Indramayu Menuju Sejahtera

Kepiting Soka dan Setitik Cahaya bagi Nelayan Indramayu Menuju Sejahtera

Sudedi Rasmadi - detikJabar
Selasa, 25 Feb 2025 07:30 WIB
Potret budidaya kepiting soka di Indramayu.
Potret budidaya kepiting soka di Indramayu (Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar).
Indramayu -

Nafas lega dirasakan Karsupi (32), nelayan asal Desa Totoran, Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu. Ratusan alat bubuh yang jadi andalan untuk menghidupi keluarga kini semakin membaik.

Menangkap kepiting di muara atau tambak sudah menjadi aktivitas Karsupi sejak remaja. Bahkan, menjual kepiting hasil tangkapannya menjadi salah satu sumber matapencahariannya hingga saat ini, meski hasilnya tak sebanding dengan kebutuhannya.

"Ya dulu dapat cuma sekitar Rp50 ribu hasil jual kepiting nya," ujar Karsupi kepada detikJabar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagi Karsupi, keberlanjutan perkembangbiakan kepiting tetap dijaga. Terutama saat mendapat kepiting bertelur, ia langsung melepasnya.

"Kalau saya sih misal dapat kepiting bertelur, saya lepas lagi biar tetap berkembang biak lagi. Intinya jangan serakah lah," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Bagi Karsupi, inovasi budidaya kepiting yang kini hadir di kampung halamannya menjadi gerbang menuju sejahtera. Sebab, secara penghasilan, Karsupi mengaku, lebih meningkat dibanding sebelumnya.

"Bubuh banyak 170 unit yang dikelola. Perhari bisa dapat Rp100 ribu rata-rata, kadang bisa sampai Rp500 ribu sehari," ucapnya.

Budidaya kepiting soka di Desa Totoran lahir dari sebuah kegagalan. Sarma salah satunya, mulanya mencoba budidaya penggemukan kepiting.

Potret budidaya kepiting soka di Indramayu.Potret budidaya kepiting soka di Indramayu (Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar).

Namun, setelah mengeluarkan banyak modal, 600 bibit yang ia tanam di 20 kerambah justru gagal. Hasil panen hanya mencapai 20 ekor kepiting saja.

"Nah pas kita panen itu gagal total. Dari 600 ekor bibit hanya bisa dipanen 20 ekor. Ya kerugian sekitar Rp20 juta mah ada," kata Sarma.

Sarma yang selalu ingin mengembangkan potensi ekonomi di Desanya tak pernah hilang akal. Yaa, dia pun akhirnya dipertemukan dengan proses budidaya kepiting soka.

Mengandalkan modal dari investor lokal dan tenaga seadanya, Sarma akhirnya kembali memanfaatkan petak tambaknya untuk mengelola kepiting terutama kepiting soka.

"Nah mulai November 2024 itu sudah tanam bibit kepiting. Bibitnya ya dari para pencari kepiting itu," katanya.

Menurut Sarma, usaha kali ini cukup menjanjikan. Apalagi bisa berpotensi membantu meningkatkan ekonomi warga sekitar terutama mereka pencari kepiting.

"Tidak ada kendala signifikan. Malah banyak support sama masyarakat. Ini bisa jadi sarana ekonomi baru bagi warga setempat," katanya.

Dalam prosesnya, hasil tangkapan pencari kepiting kemudian dibeli Sarma untuk dijadikan bibit kepiting soka. Dua orang karyawannya memotong bagian kaki kepiting (molting) sebelum dimasukkan ke dalam boks untuk ditebarkan ke tambak.

"Proses molting kepiting setiap jam setelah tebar," ujarnya.

Kepiting soka bisa dipanen setiap harinya. Dalam sehari, Sarma bisa memanen 5 sampai 10 kilogram kepiting soka.

"Bibit kita beli dengan harga Rp25 ribu per kilogram. Setelah jadi soka dibayar Rp110 perkilogram," katanya.

Saat ini, total luas tambak budidaya kepiting soka baru mencapai 3.500 meter persegi. Dengan kapasitas maksimal mencapai 10 ribu ekor kepiting.

Rencananya, usaha para pembudidaya akan semakin ditingkatkan dengan target mencapai 22 ribu ekor kepiting soka.




(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads