Mimpi Berujung Nestapa Perempuan Indramayu Kena Jebakan Pengantin Pesanan

Round-Up

Mimpi Berujung Nestapa Perempuan Indramayu Kena Jebakan Pengantin Pesanan

Tim detikJabar - detikJabar
Sabtu, 15 Feb 2025 09:30 WIB
Couple wearing wedding ring at wedding day of them.
Ilustrasi pernikahan (Foto: Getty Images/iStockphoto/Jikaboom).
Indramayu -

Kasus perdagangan manusia berkedok pernikahan kerap menjadi momok bagi perempuan muda di daerah-daerah tertentu. Janji kehidupan yang lebih baik, impian hidup mapan, hingga rayuan tentang rumah tangga harmonis kerap menjadi umpan yang menjebak mereka dalam realitas pahit. Hal ini serupa dengan kisah perempuan inisial SP asal Indramayu.

Impian membangun rumah tangga bahagia, bagi perempuan berusia 22 tahun ini berubah menjadi kisah getir yang menyesakkan. Perempuan asal Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu ini diduga menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) berkedok pernikahan dengan pria asal Cina.

Awalnya, kehidupan rumah tangga yang diimpikannya seolah menjadi kenyataan. SP menjalani pernikahan dan kemudian mengikuti suaminya ke negeri seberang. Namun, dalam waktu singkat, kenyataan pahit mulai menghantui.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perjalanan SP menuju babak baru kehidupannya berlangsung cepat. Menurut penuturan ibunya Sutri, tidak ada tanda-tanda mencurigakan saat putrinya menikah secara siri dengan pria asal Cina.

"Nggak tahu (diduga jadi korban TPPO). Ya awalnya mau tunangan terus nikah terus ya udah ke Cina gitu aja. Nggak ada curiga," ujar Sutri, Jumat (14/2/2025).

ADVERTISEMENT

Usai menikah, SP sempat dibawa ke sebuah hotel di Jakarta sebelum akhirnya berangkat menyusul suaminya ke Cina. Keputusan yang awalnya tampak seperti langkah wajar dalam membangun rumah tangga itu justru menjadi awal dari kisah pilu.

Sebulan pertama tinggal bersama suaminya, SP mulai merasakan ada yang tidak beres. Ia mengaku, tidak mendapatkan nafkah yang cukup, hanya diberikan uang belanja untuk kebutuhan sehari-hari. Lebih dari itu, ia tidak diizinkan mengirimkan uang ke orang tuanya di Indramayu.

Di sisi lain, kebebasannya pun seolah terenggut. Dalam kondisi sakit sekalipun, ia masih dipaksa melayani suaminya. Tekanan demi tekanan membuatnya semakin tertekan hingga akhirnya ia mengadu kepada orang tuanya di Indonesia.

"Ya begitu pengen balik nangis. Istilahnya nggak dikasih jajan, nafkah, cuma makan aja. Cuma ya nggak betah kalau caranya begitu mah," kata Sutri menirukan keluhan anaknya.

Kekhawatiran keluarga memuncak. Sutri dan suaminya pun memutuskan untuk mengambil langkah hukum. Mereka melaporkan dugaan kasus ini ke pihak berwajib dengan harapan SP bisa segera kembali ke Indonesia.

"Harapannya suruh pulang. Khawatir diapa-apain sama suaminya, suruh pulang aja," tutur Sutri.

Langkah hukum pun diambil. Dengan didampingi Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Indramayu, keluarga SP melaporkan dua orang warga negara Indonesia yang diduga berperan sebagai perekrut calon pengantin pesanan.

"Ada 2 orang perekrut sama pihak agensi. Identitas sudah ada," ujar Ketua DPC SBMI Indramayu, Akhmad Jaenuri, usai melaporkan kasus ini ke Mapolres Indramayu, Kamis kemarin.

Dugaan bahwa SP menjadi korban TPPO semakin kuat ketika ditemukan fakta bahwa Pemerintah Desa asalnya tidak pernah mengeluarkan dokumen pernikahan luar negeri. Padahal, secara administratif, SP kini telah tercatat sebagai istri resmi pria asal Cina tersebut.

"Saya sudah telusuri pernikahan luar negeri ini, Pemerintah Desa tidak mengeluarkan sepucuk surat apapun," ungkap Akhmad Jaenuri.




(sya/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads