Cerita Ikan di Situ Sangiang yang Konon Jelmaan Prajurit Kerajaan

Kabupaten Majalengka

Cerita Ikan di Situ Sangiang yang Konon Jelmaan Prajurit Kerajaan

Erick Disy Darmawan - detikJabar
Minggu, 09 Feb 2025 14:00 WIB
Ikan di Situ Sangiang
Ikan di Situ Sangiang (Foto: Erick Disy Darmawan/detikJabar)
Majalengka -

Objek wisata (Obwis) Situ Sangiang yang terletak di Desa Sangiang, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka, bukan hanya dikenal karena keindahan alamnya, tetapi juga menyimpan berbagai cerita mistis yang mengelilingi tempat tersebut. Salah satunya adalah mitos tentang ikan-ikan yang hidup di sana.

Mitos ini berkembang di kalangan masyarakat setempat dan menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah dan budaya Situ Sangiang. Ikan-ikan yang hidup di Situ Sangiang memiliki cerita yang sangat kental dengan kerajaan Telaga Mangung.

Dalam cerita legenda yang berkembang di masyarakat, Telaga Mangung menghilang dan kerajaannya berubah menjadi Situ Sangiang. Tak hanya itu, ternyata para prajurit yang setia pada raja juga berubah menjadi ikan lele.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tokoh Masyarakat Diding Jaenudin menyampaikan, menurut cerita legenda, ikan-ikan di Situ Sangiang adalah jelmaan atau reinkarnasi dari prajurit dan satria-satria kerajaan Telaga Mangung yang setia kepada rajanya. Ketika kerajaan Telaga Mangung hilang, prajurit-prajurit yang setia berubah menjadi ikan yang kini hidup di danau tersebut.

"Ikan lele itu dulunya jelmaan atau renkarnasinya dari prajurit Telaga Manggung yang dulu ngahiyang. Ikan itu adalah yang setia kepada Telaga Manggung. Karena Telaga Manggung-nya menghilang makanya, katanya, prajuritnya juga ikut menghilang, dan berubah menjadi ikan-ikan itu, katanya seperti itu," kata Diding saat diwawancarai detikJabar, Sabtu (8/2/2025).

ADVERTISEMENT
Ikan di Situ SangiangIkan di Situ Sangiang Foto: Erick Disy Darmawan/detikJabar



Salah satu hal yang membuat ikan-ikan ini unik adalah keberadaannya yang tidak berada di tengah danau, melainkan di pinggir-pinggir air. Masyarakat percaya bahwa ikan-ikan tersebut sudah terbiasa mendekati pinggiran untuk diberi makan oleh pengunjung.

"Ya, kalau menurut logika saja dulu ya, ketika kita mengumpan (ngasih makan) ikan, ikannya itu nyamperin sendiri. Artinya mereka itu jadi kebiasaan diumpan yang di pinggir, jadi mereka ke sini gitu," ujar Diding.

Selain itu, ada mitos tentang larangan orang untuk menangkap ikan-ikan tersebut. Hal ini terkait dengan upaya untuk menjaga kelestarian ikan dan menghormati mitos yang berkembang.

"Ada yang menanyakan, kenapa ikannya kok nggak boleh diambil gitu ya? Yang pertama mungkin lebih ke sisi konservasinya ya, supaya lestari gitu. Terus untuk yang mistisnya, ya itu, katanya ikan-ikan di sini itu adalah jelmaan dari reinkarnasinya para penggawa dan juga para satria-satria kerajaan Telaga Manggung yang dulu ngahiyang, jadi berubah menjadi ikan seperti itu. Makanya dijaga supaya ikannya tidak punah gitu," jelasnya.

Menurut cerita yang beredar, lanjut Diding, ada juga yang mempercayai bahwa jika seseorang mengambil ikan dari Situ Sangiang, maka akan mendapat malapetaka. Bahkan bisa mengancam keselamatan jiwa.

"Kalau ngambil ikan di sana yang pertama mungkin katanya nih, katanya ya, yang ngambilnya itu bisa meninggal gitu, katanya seperti itu. Tapi Wallahu a'lam ya," ucapnya.

Diceritakan Diding, kisah ini juga diperkuat dari pengalaman seorang wisatawan dari Sumedang yang tanpa sengaja membawa pulang ikan dari Situ Sangiang dan merawatnya di rumah. Setelah beberapa waktu, orang tersebut jatuh sakit parah dan hampir tidak tertolong.

Setelah diketahui bahwa ikan yang dibawa pulang adalah ikan dari Situ Sangiang, ia pun diminta untuk mengembalikannya ke danau, dan akhirnya sembuh. Kisah ini semakin memperkuat kepercayaan masyarakat bahwa ikan-ikan di sana harus dijaga dan tidak boleh diambil.

"Tapi yang jelas memang ini ada cerita mistis sedikit, ada tamu yang kebetulan tidak sengaja. Kan dulu kalau ngambil air itu pakai kompan, sekarang juga masih sama pakai kompan, ngambil air itu suka sambil nyelam. Sambil nyelam, terus yang ngambilnya itu sedapat nyelamnya aja, jadi nggak kita penuhkan nggak. Dan ternyata ada satu orang yang tidak sengaja, ada ikan yang masuk. Ikan kecil, ikan parai, semacam beunteur gitu ya. Keliatannya itu ya, sadarnya itu ketika sudah ke bawa ke rumah. Itu katanya orang Sumedang," kata Diding saat bercerita.

"Ketika sudah datang ke rumah kok ada ikan? Makannya daripada di ke sana kan lagi jauh, udah dipiara aja dimasukkan ke bak mandi. Dan ternyata malamnya itu sakit keras dan katanya hampir tidak tertolong lah. Ternyatanya sama yang orang ngerti (dukun), ternyata ini ada yang terbawa. Diceritakan lah yang terbawa itu adalah ikan. Nah ternyata orang yang ngerti suruh kembali ke sini (Situ Sangiang). Dan alhamdulillah ketika sudah dikembali ke sini, sembuh. Yang jelas, kalau kita, lebih ke bagus lah ada cerita seperti itu supaya ikannya lestari gitu," sambungnya.

Diding juga menceritakan kisah mistis lainnya soal ikan tersebut. Seperti saat peristiwa DI/TII, pada masa itu, beberapa orang yang makan ikan lele dari Situ Sangiang dilaporkan mengalami kematian. Meskipun tidak dapat dipastikan apakah kematian tersebut disebabkan oleh ikan tersebut atau faktor lainnya, namun kisah ini tetap menjadi bagian dari cerita rakyat yang berkembang di Sangiang.

"Dulu zaman DI juga, orang-orang tua kita dulu ngobrol di sini kan dulunya bukan ikan-ikan yang seperti terlihat sekarang. Ikan lele juga sekarang itu, ikan lele jumbo. Kalau dulu mah ikan lele yang ada patilnya yang suka nyengat kalau ke keraba. Nah itu memang disakralkan," beber Diding.

"Dan dulu waktu zaman DI itu, katanya pernah dimakan oleh para DI. Dan ternyata banyak yang meninggal di sana. Nggak tahu juga apakah itu mungkin karena makan lele itu, atau mungkin juga karena memang kelaparan. Karena dia nggak bisa keluar lagi," tambahnya.

Di samping itu, ikan-ikan di Situ Sangiang juga dianggap memiliki hubungan erat dengan kelestarian alam dan tradisi setempat. Masyarakat yang ingin menyimpan kenangan-kenangan di danau ini diperbolehkan untuk menebar ikan di sana. Namun dengan syarat bahwa jenis ikan yang ditebar tidak mengganggu habitat asli dan tidak boleh diambil kembali.

"Kalau yang sekarang ada itu ada ikan lele ya, tapi ikan lelenya bukan lokal, tapi jumbo. Terus ikan mas, ikan koi juga, ada yang nanam gitu. Kalau di Sangiang itu ada yang ingin menyimpan kenangan-kenangan, boleh. Ada misalnya mau menyimpan di sini ikan apalah gitu asal tidak mengganggu habitat di sini, ya boleh.Tapi jangan diambil lagi. Udah aja simpan gitu," pungkasnya.




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads