Objek wisata (Obwis) Situ Sangiang, yang terletak di Desa Sangiang, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka, memiliki kisah asal-usul yang kaya dan menarik. Dari cerita tutur yang melegenda di telinga masyarakat, danau ini berkaitan dengan kerajaan Telaga Mangung.
Tokoh Masyarakat Diding Jaenudin menceritakan, danau ini terbentuk akibat peristiwa menghilangnya kerajaan Telaga Mangung. Cerita dimulai dengan seorang kesatria asal Cirebon bernama Palembangghunung atau Sakyawira yang menikahi Putri Telaga Mangung, Simbar Kencana.
Kerajaan Telaga Mangung dikenal sangat subur dan makmur. Namun Palembangghunung merasa iri dengan keberhasilan mertuanya itu. Dia lalu berambisi untuk merebut tahta kerajaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun telah diangkat menjadi patih, Palembanggunung berkhianat dan berusaha mengkudeta, bahkan 'membunuh' Telaga Mangung, sang raja. Setelah Telaga Mangung lenyap, Palembangghunung naik tahta menjadi raja.
Setelah melenyapkan Telaga Mangung, namun kebusukan Palembangghunung tidak langsung terungkap. Singkat cerita, ulahnya tercium. Simbar Kencana pun berniat balas dendam.
Seolah tidak terjadi apa-apa, Simbar Kencana masih bermesra-mesraan dengan Palembangghunung untuk mencari kelemahannya. Setelah mengetahui kelemahannya, Simbar Kencana langsung membunuh Palembangghunung. Ia kemudian naik tahta menjadi ratu, dan memindahkan kerajaan ke daerah Walang Suji yang berada di daerah Banjaran-Talaga.
![]() |
Simbar Kencana memindahkan kerajaan tersebut karena tidak ingin mengingat masa kelam kerajaannya. Setelah kejadian itu juga, menurut cerita tutur, lokasi kerajaan tersebut berubah menjadi sebuah danau yang kini dikenal sebagai Situ Sangiang setelah Telaga Mangung menghilang.
"Kalau menurut cerita legenda yang berada di masyarakat sekitar Sangiang, bahwa itu adalah merupakan, dulunya kan Situ Sangiang ada yang namanya Kerajaan Telaga. Nah ketika Kerajaan Telaga menghilang akibat kudetanya menantu (Palembangghunung) kepada mertuanya (Telaga Manggung), maka katanya hilang kerajaan berubah menjadi Situ Sangiang," kata Diding saat diwawancarai detikJabar, Sabtu (8/2/2025).
Namun, cerita terbentuknya Situ Sangiang memiliki beberapa versi. Ada yang mengatakan bahwa Telaga Mangung menghilang secara misterius setelah kejadian tersebut, dan kerajaannya berubah menjadi Situ Sangiang. Ada pula yang menyebutkan bahwa danau itu telah ada sejak zaman Kerajaan Telaga Mangung.
Menurut versi lain, Situ Sangiang diduga bekas sebuah kawah gunung berapi yang kemudian membentuk danau yang indah. Namun demikian, masyarakat sekitar meyakini bahwa Situ Sangiang adalah tempat yang sakral, dan dipercaya bisa memberikan berkah, seperti kesembuhan atau keberuntungan.
"Untuk Situ Sangiang sendiri memang ada berbagai versi ya. Namanya juga kita kan ngambilnya dari sisi cerita legenda. Ada juga dari sisi penelitian gitu ya. Kalau untuk dari para peneliti arkeologi, itu untuk Situ Sangiang sendiri adalah itu bekas kepundan (kawah) gunung berapi yang berubah menjadi situ," ujar Diding.
Kendati demikian, Situ Sangiang kini dikenal sebagai tempat wisata religi, di mana banyak peziarah datang untuk berkunjung ke makam keramat Sunan Parung. Selain itu, danau sekitar 17 hektare ini juga memiliki pesona alam yang menenangkan, dengan luas keseluruhan kawasan lebih dari 50 hektare, termasuk hutan di sekitarnya.
"Sebelum ada wisata alam, Situ Sangiang sudah ada wisata religinya. Yang kebanyakan sekarang ini adalah para wisata religi yang berziarah ke makam keramat Sunan Parung," ucap Diding.
![]() |
Di dalam danau ini juga terdapat ikan-ikan yang dianggap sakral. Seperti ikan lele yang konon merupakan jelmaan dari prajurit setia Telaga Mangung yang menghilang bersama kerajaannya.
"(Mitosnya) yang menjadi ikan itu adalah (jelmaan) yang setia kepada Telaga Manggung. Yang setia karena Telaga Manggung nya menghilang makanya katanya prajuritnya juga ikut menghilang, dan berubah menjadi ikan-ikan itu katanya seperti itu," tuturnya.
Selain itu juga, Situ Sangiang menjadi destinasi wisata religi yang penting bagi masyarakat sekitar. Para peziarah biasa datang untuk berdoa hingga membersihkan diri, baik jasmani maupun rohani, dengan mandi di Situ Sangiang menggunakan kain putih sebagai bagian dari ritual suci.
Sebagian orang juga meyakini bahwa air dari Situ Sangiang dapat memberikan keberkahan, seperti mempercepat perjodohan atau bahkan menyembuhkan penyakit. Dengan segala kisah mistis dan keindahan alamnya, Situ Sangiang menjadi simbol penting dalam sejarah dan budaya Majalengka yang menyimpan banyak misteri yang tak lekang oleh waktu.
Tak hanya itu, Situ Sangiang juga memiliki keunikan lain, yakni perubahan tingkat air danau yang bergantung pada musim. Saat musim hujan, danau ini justru mengalami penyusutan atau surut. Sebaliknya, saat musim kemarau, air di danau justru meningkat dan danau ini terlihat penuh.
(dir/dir)