Tidak jauh dari lokasi Bandara Udara Cakrabuana Cirebon, terdapat sebuah situs makam bersejarah yang sudah berusia ratusan tahun. Lokasinya di Jalan Jendral Sudirman, Wanacala, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon.
Sebelum memasuki situs, terlihat, sebuah pohon besar berdaun lebat. Di bawahnya terdapat anak tangga dan gapura kembar berwarna merah yang menjadi pintu masuk dari situs makam Pangeran Suryanegara.
Selain letaknya di dataran tinggi perbukitan, Situs Pangeran Suryanegara memiliki area yang cukup luas, hampir mencapai 1.000 meter atau 1 hektare. Di sekelilingnya terdapat pagar yang terbuat dari susunan bata berwarna merah. Sebagian bata-bata tersebut ada yang sudah berlumut, lapuk dan hancur karena dimakan usia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk lokasi makam Pangeran Suryanegara sendiri terletak di bagian depan situs, dengan dilindungi sebuah bangunan berwarna putih dan pintu yang terbuat dari kayu. Di dalamnya, terdapat dua makam, yakni makam Pangeran Suryanegara dan juga makam istrinya. Sedangkan di area belakang makam, terdapat deretan kuburan dan makam kuno.
![]() |
Salah satu deretan makam kuno yang menarik perhatian adalah 13 makam yang letaknya berjejer, dikelilingi tembok batu bata merah berlumut. Di salah satu sudut tembok bahkan terlihat sudah ada yang runtuh. Sedangkan di bagian batu nisannya, tidak ada nama atau keterangan siapa yang dimakamkan tersebut, yang ada hanya ada lafadz Allahu Akbar, yang ditulis dengan cara diukir.
Menurut juru kunci makam, Dewata, 13 makam kuno tersebut merupakan makam para panglima yang berjuang bersama Pangeran Suryanegara, dikenal juga sebagai Makam 13 Panglima. "Ini namanya Makam 13 Panglima yang ikut berjuang bersama Pangeran Suryanegara," tutur Dewata, belum lama ini.
Dewata memaparkan, Pangeran Suryanegara merupakan pejuang dari KeratonKasepuhan. Ia dikenal sebagai Sultan Kasepuhan yang merupakan adik dari Sultan Matangaji, yang dikenal sebagai seorang sultan pemberani dalam melawan penjajah Kolonial Belanda.
Kala itu, sekitar abad ke-19, setelah kakaknya meninggal, Pangeran Suryanegara melanjutkan perjuangan kakaknya melawan pemerintah Hindia Belanda, bersama para panglima, kiai dan rakyat Cirebon. Ia ikut bertempur dalam perang Cirebon atau perang Kedondong.
"Selepas kakaknya meninggal, perjuangannya dilanjutkan Pangeran Suryanegara yang memberontak melawan Belanda, itu Pangeran Suryanegara pimpinan dari perang Kedongdong," tutur Dewata.
![]() |
Menurut Dewata, mulanya, Pangeran Suryanegara dimakamkan bersama keluarga sultan lain di Astana Gunung Sembung, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon. Namun, karena ada yang tidak suka kepada Pangeran Suryanegara, membuat jasad Pangeran Suryanegara dipindahkan ke Wanacala, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon.
"Ada yang nggak suka, jadi dipindahkan ke sini. Katanya sih kalau kata cerita, pas mau dipindahkan, meski sudah meninggal, dia pindah sendiri, cuman nggak tahu juga, namanya cerita orang dulu," tutur Dewata.
Menurut Dewata, Wanacala berasal dari kata Wana yang berarti hutan dan Cala berarti pemberani. Dulunya merupakan daerah hutan perbukitan, yang terkenal sebagai pusat perjuangan rakyat Cirebon. Di dekat musala , terdapat sebuah sumur keramat yang usianya sudah ratusan tahun.
Karena istimewanya, menurut Dewata, tanah dan air di situs Pangeran Suryanegara, pernah diambil untuk dibawa ke IKN, Kalimantan Timur."Iyah pernah, waktu itu dibawa ke IKN, di Cirebon yang diambil itu dua, satunya dari Gunung Jati, katanya buat buka tanah di sana," tutur Dewata.
Di bagian lain, terdapat pula delapan makam berukuran besar, yang juga dikelilingi tembok berwarna merah. Menurut Dewata, hingga hari tidak diketahui siapa sosok yang terkubur dalam 8 makam misterius tersebut. Selain makam yang masih menjadi misteri, terdapat pula sebuah pohon yang dikenal dengan nama pohon Nagasari.
Konon, menurut cerita pengunjung yang datang ke situs, dahulu, pohon tersebut merupakan sebuah naga yang ingin mengabdi kepada Sunan Gunung Jati, tetapi, karena bentuknya naga, membuat orang takut. Akhirnya, oleh Sunan Gunung Jati, naga tersebut diperintahkan untuk berubah menjadi sebuah pohon, yang sekarang dikenal dengan pohon nagasari.
Ciri khas dari pohon nagasari memiliki dahan kuat dan berbau wangi ketika dibakar. Oleh sebagian orang, pohon Nagasari dipercaya sebagai pusaka tolak bala. Meski begitu, Dewata menegaskan, apapun tujuannya datang ke situs, tetap untuk minta pertolongan atau sesuatu kepada Allah SWT.
"Apapun tujuannya datang ke sini, tetap mintanya ke Allah," tegas Dewata.
Dewata sendiri merupakan generasi kelima yang menjadi juru kunci di makam Pangeran Suryanegara. Menurut Dewata, selain makam kuno, di sekitar makam Pangeran Suryanegara juga terdapat makam para juri kunci terdahulu yang sudah meninggal. Menurut Dewata, situs Pangeran Suryanegara biasanya akan ramai dikunjungi peziarah di setiap malam Jumat.
"Banyak dikunjungi, biasanya malam jumat kliwon di sini ada tawasulan," pungkas Dewata.
(orb/orb)