Perjuangan Hidup Hendrik di Balik Segarnya Es Tape Bakung Khas Cirebon

Perjuangan Hidup Hendrik di Balik Segarnya Es Tape Bakung Khas Cirebon

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Sabtu, 07 Des 2024 06:00 WIB
Es Tape Bakung Cirebon.
Es Tape Bakung Cirebon. Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar
Cirebon -

Di samping Jalan Slamet Riyadi, Sukapura, Kecamatan Kejaksaan, Kota Cirebon, terdapat penjualan minuman es khas Cirebon, yakni es tapai atau tape ketan asal Bakung, yang dijual oleh seorang bapak bernama Hendrik (48). Sebagai minuman khas Cirebon, menurut Hendrik, ada beberapa keunikan yang dimiliki es tape Bakung.

Dimulai dari asal namanya, menurut Hendrik, es tape Bakung sendiri diambil dari nama sebuah desa yang ada di Kecamatan Jamblang, Kabupaten Cirebon. Di sana, lanjut Hendrik, menjadi sentra produksi tape di Cirebon.

"Kenapa disebut es tape Bakung, karena tapenya khusus berasal dari Desa Bakung, bukan dari tempat lain, disebut khas Cirebon, karena di luar Cirebon tidak ada," tutur Hendrik, belum lama ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hendrik memaparkan, kualitas tape dari Desa Bakung berbeda dengan yang diproduksi di tempat lain. Tape Bakung memiliki tekstur warna ketan yang hijau. Menurut Hendrik, warna hijau tersebut berasal dari daun katuk, yang difermentasikan bersama ketan. Selain dari warnanya, tape Bakung juga memiliki rasa yang manis, berbeda dengan tape pada umumnya yang cenderung memiliki rasa yang asam.

"Tapi Kalau orang kan tahu tape itu asam, tapi kalau tape dari Bakung itu manis," tutur Hendrik.

ADVERTISEMENT

Sebagai orang yang tinggal di Desa Bakung, untuk asal usul tape Bakung, Hendrik sendiri kurang mengetahui. Tapi menurut Hendrik, tape sudah di produksi di Desa Bakung sudah sejak lama, dan diproduksi secara turun temurun hingga sekarang. Namun, mulai lebih dikenal kembali, karena adanya promosi yang dilakukan di media sosial.

"Misal saudara saya yang bikin, itu turun temurun. Di Bakung masih banyak juga yang memproduksi tape, kebanyakan produksinya rumahan. Cuma baru terkenalnya beberapa tahun ke belakang, karena promosi lewat sosmed, yang dari luar kota juga banyak yang pesen, apalagi kalau deket Lebaran, itu sudah dipesenin semua, sampe kita beli juga udah nggak ada," tutur Hendrik.

Untuk cara pembuatan es tape Bakungnya sendiri, pertama persiapkan gula batu dan tape Bakungnya terlebih dahulu, lalu, tape Bakung dimasukkan ke dalam panci yang di dalamnya sudah ada beberapa lembar daun pisang. Setelah itu, dibiarkan sampai air yang ada dalam tapenya mengendap keluar.

"Gula batunya dicairkan atau dimasak, lalu untuk airnya itu berasal dari fermentasi tape yang ada di dalam panci, nah air itu yang nantinya jadi campuran sama gula, terus dimasukkan ke panci satunya. Untuk ukuran air yang dihasilkan tergantung kualitas tapenya, kalau tapenya bagus airnya banyak, " tutur Hendrik sambil menunjukkan panci yang berisi tape dan airnya.

Untuk penyajiannya, Hendrik akan menaruh es batu dalam gelas terlebih dahulu, lalu, ditambahkan air tape dan tape Bakungnya. Saat diminum, es tape Bakung memiliki rasa manis yang segar yang berasal dari perpaduan air tape dan gula batu. Untuk tapenya memiliki tekstur yang lembut saat dimakan. Lembut dan manisnya tape Bakung, akan membuat tenggorokan anda terasa lebih segar. Cocok diminum saat haus, atau cuaca panas.

Hendrik juga mengatakan, setidaknya ada dua penjual es tape legendaris di Cirebon. Pertama yang di dekat sungai Tangkil, dan yang kedua ada di dekat Masjid At Taqwa Cirebon.

"Kalau yang tukang esnya, kayak yang di dekat Masjid At Taqwa, sama yang di dekat jembatan Tangkil itu legendaris semua, sudah lama dibandingkan sama saya, dan yang jual di sana turun temurun,"tutur Hendrik.

Selain dijadikan minuman penyegar, tape Bakung juga bisa diolah menjadi bahan tambahan dalam membuat kue. "Biasanya buat pancake yang dibuat dari tape, jadi pancake tape. Ada juga yang dibuat bolu tape, itu yang umumnya, selain dibuat es tadi," tutur Hendrik.

Menurut Hendrik, tape Bakung memiliki banyak manfaat, salah satunya mempercepat penyembuhan luka setelah operasi. "Tapi kadang ada yang air tape nya murni, itu biasanya buat penyembuhan pasca operasi, biar lukanya cepat kering," tutur Hendrik.

Es Tape Bakung Mang Hendrik, buka dari pukul 13:00 sampai pukul 18:00. Berlokasi tidak jauh dari palang pintu kereta api Krucuk, yang ada di Jalan Slamet Riyadi, Kota Cirebon. Untuk satu porsinya dihargai Rp 4.000, sedangkan untuk air tapenya saja, dibanderol dengan harga yang cukup murah, yakni Rp 2.000 per gelas.

Guru PAUD

Sebelum memutuskan untuk berjualan es tape Bakung, Hendrik bekerja sebagai mekanik kendaraan roda dua. Baru, sekitar tahun 2017, setelah belasan tahun menjadi mekanik, Hendrik berhenti dari pekerjaannya menjadi mekanik, dan memilih untuk berjualan es tape Bakung.

Hendrik memaparkan, ada alasan tersendiri kenapa ia memilih berjualan jajanan tradisional yang berupa es tape Bakung. Menurut Hendrik, selain karena jarang yang jual, bahan pembuatan es tape Bakung juga mudah didapatkan. Apalagi, salah satu saudaranya juga memproduksi tape Bakung.

"Karena saya tinggal di Bakung, dan di sana jadi sentra tape. Saudara juga ada yang jualan tapenya, jadi lebih simpel buat nyari bahan pembuatannya," tutur Hendrik.

Di tahun-tahun pertama Hendrik berjualan, dagangan es tape Bakungnya laris dibeli pembeli. Kala itu, dalam sehari, Hendrik bisa mendapatkan omzet sekitar ratusan ribu rupiah per hari. "Kalau pas 2017 sih rame, habis diatas 50 porsi, omzet nya bisa sampe Rp 300.000 sampai Rp 500.000," tutur Hendrik.

Namun, itu dahulu, setelah adanya COVID 19, es tape Bakungnya mulai sepi pembeli. Hingga sekarang, Hendrik hanya mampu menjual es tape Bakung sebanyak 30 gelas sehari, dengan omzet di bawah Rp 150.000.

"Karena lihat cuacanya juga, paling banyak untuk sekarang itu 30 porsi, paling sehari dapatnya cuman Rp 120.000, malah kadang dapatnya Rp 100.000 kurang," tutur Hendrik.

Semenjak pendapatan dari jualan es tapenya menurun drastis. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Hendrik memutuskan untuk membantu mengajar sebagai guru honorer di salah satu taman kanak-kanak atau PAUD yang ada di desanya. Setelah selesai mengajar, baru Hendrik mulai berjualan es tape Bakung.

"Sekarang kayaknya kalau dari es tape saja nggak cukup, jadi kalau pagi saya ngajar PAUD di Bakung, baru siangnya saya mulai dagang. Itu saya mulai ngajar sekitar tahun 2021, pas masih ada COVID 19 tuh," tutur Hendrik.

Hendrik sendiri memiliki 3 orang anak, yang paling besar anaknya sudah mulai menginjakkan kaki di salah satu perguruan tinggi di Cirebon. Bagi Hendrik, meski ia hanya seorang pedagang, Hendrik berkeinginan agar semua anak-anaknya kelak bisa bersekolah hingga perguruan tinggi. Hendrik percaya bahwa pendidikan penting, dan bisa mengubah nasib seseorang.

"Anaknya sudah 3, yang satu baru masuk kuliah, yang satu SMP yang satunya lagi masih SD. Selagi saya mampu, pendidikan akan tetap saya utamakan, karena pendidikan paling penting," tutur Hendrik.

Hendrik sadar, untuk bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi, dibutuhkan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu, meski berat, tapi Hendrik akan tetap semangat bekerja agar anak bisa tetap bersekolah.

"Mungkin saya nggak mampu buat menguliahkan anak, cuman yah dipaksa saja, insyaallah ada jalannya. Jangan sampai anak sama lah sama orang tuanya, masa nggak ada kemajuan. Yah minimal si anak pekerjaannya lebih baik dari orang tuanya," pungkas Hendrik.

Es Tape Bakung Hendrik sendiri, buka dari pukul 13:00 sampai pukul 18:00. Berlokasi tidak jauh dari palang pintu kereta api Krucuk, yang ada di Jalan Slamet Riyadi, Kota Cirebon. Untuk satu porsinya dihargai Rp 4.000, sedangkan untuk air tapenya saja, dibanderol dengan harga yang cukup murah, yakni Rp 2.000.

(sud/sud)


Hide Ads