Seorang pria berusia 49 tahun, ayah dari dua anak, menunjukkan rasa penyesalan yang mendalam setelah tindakan emosionalnya memicu insiden menghebohkan.
Pria ini, yang berasal dari Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, merantai dua leher anaknya dengan gembok. Peristiwa yang terjadi pada Selasa (12/11) tersebut membetot perhatian publik, khususnya di kalangan warganet Majalengka.
Pria itu mengaku menyesal atas tindakan ekstremnya. Kepada detikJabar pada Jumat (15/11/2024), ia menjelaskan bahwa aksinya dilatarbelakangi rasa kesal terhadap perilaku anak-anaknya yang dianggapnya di luar batas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya juga menyesal atas kejadian kemarin itu," kata ayah kedua anak tersebut saat diwawancarai, Jumat (15/11/2024).
Dia melakukan aksi tersebut karena kesal dengan kelakuan kedua anaknya. Kedua anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) itu diduga kerap melakukan aksi pencurian.
Berawal diduga mencuri ponsel tetangganya, ayahnya semakin naik pitam setelah diketahui anaknya juga diduga mencuri uangnya sendiri sebesar Rp50 ribu.
"Jadi anak saya tuh nakal, nakalnya melebihi batas. (Nakalnya) seperti orang besar aja (seperti orang dewasa). Pokoknya begitu lah kalau diceritakan mah malu sayanya juga," jelas dia.
Namun, setelah kejadian tersebut, pria ini berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya meskipun menghadapi situasi serupa di masa mendatang. "Saya sangat menyesal, dan saya tidak akan melakukannya lagi," tambahnya dengan penuh penyesalan.
Kondisi Anak
Kepala Desa/Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Yuda Henri Saputra memastikan, dua bocah yang lehernya dirantai gembok oleh ayahnya tidak mengalami trauma. Begitupun dari segi fisik, kedua anak tersebut tidak mengalami cedera ataupun luka.
"Si anak baik-baik saja tidak mengalami trauma ataupun hal-hal yang lain," kata Yuda kepada detikJabar, Jumat (15/11/2024).
Yuda menyampaikan, kedua bocah tersebut tampak sudah melupakan aksi 'pemborgolan' yang dilakukan ayahnya itu. Pasalnya, mereka masih beraktivitas seperti biasa.
"Bahkan masih beraktivitas normal, sekolah juga masih masuk," ujar dia.
Digembok Selama Satu Hari
Yuda mengatakan anak tersebut dirantai dan digembok oleh orang tuanya kurang lebih selama satu hari. Anak tersebut diketahui menerima perlakuan seperti demikian dari orang tuanya setelah mereka berhasil melarikan diri karena lapar.
"Si anak kelaparan, akhirnya si anak tersebut jalan menuju rumah neneknya. Ketika di jalan, warga menanyakan. Kamu kenapa dirantai? Warga mungkin, bukan memaklumi atau apa ya. Dengan sifat atau keadaan keluarga. Intinya seolah-olah menyalahkan bapak (bapaknya). Ya kami juga menyayangkan lah hal tersebut," ujar Yuda.
"Akhirnya, sampai lah di rumah neneknya dan ibunya pun berada di sana. Karena saat kejadian, ibunya berada di rumah neneknya. Jadi si bapak sama si anak teh, ditinggalkan di rumah mereka. Setelah di sana, akhirnya warga sudah mulai ramai. Terus ada perangkat desa yang lewat, akhirnya diberhentikan, akhirnya memanggil semua perangkat, dan berusaha melepaskan dulu rantai," tambahnya.
Berujung Damai
Sementara itu, polisi juga sempat turun tangan menangani kasus ini. Bukan untuk memeriksa orang tua kedua bocah tersebut, namun polisi hanya memberikan arahan agar aksi serupa tidak terjadi lagi.
"Tidak ada pemeriksaan terhadap orang tua karena sudah disampaikan oleh aparat desa. Saya mengimbau kepada masyarakat Kabupaten Majalengka memberikan pembinaan kepada anak-anak. Jangan sampai terjadi kejadian serupa," ujar Kasubsi PIDM Sie Humas Polres Majalengka Ipda Riyana.
Riyana berujar, kasus tersebut berujung damai. Baik orang tua dengan anaknya, maupun dengan tetangganya. "Udah damai," pungkasnya.
(yum/yum)