Di perempatan jalan Desa Palimanan Timur dan depan Balai Desa Palimanan Barat, Kabupaten Cirebon, berdiri patung-patung gajah yang menarik perhatian pengguna jalan. Namun, tak banyak yang tahu makna sejarah dan simbolisme di balik patung-patung ini.
Bagi sebagian besar masyarakat, gajah-gajah tersebut hanyalah monumen tanpa arti yang dalam. Padahal, keberadaan patung-patung ini bukan tanpa alasan. Menurut R Chaidir Susilaningrat seorang pegiat budaya Cirebon, patung gajah tersebut mencerminkan sejarah dan asal-usul nama Palimanan.
"Nama Palimanan berasal dari kata 'liman', yang berarti gajah," jelas Chaidir, Senin (11/11/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Chaidir menuturkan bahwa penamaan daerah di Cirebon, bahkan di banyak wilayah Jawa, sering kali terinspirasi oleh ciri khas atau keunikan setempat, mulai dari tanaman hingga hewan.
"Di Cirebon ada Kelurahan Pegajahan yang asal katanya adalah gajah, dan Palimanan pun berasal dari kata liman atau gajah," ujarnya.
Namun, Chaidir juga menekankan bahwa bukan berarti wilayah Palimanan dulu dihuni oleh banyak gajah. Ia memperkirakan, daerah ini dulunya menjadi tempat khusus untuk memelihara atau mengurung gajah.
"Di Cirebon, gajah tidak dikenal sebagai hewan tunggangan raja seperti di India atau Sumatera. Wilayah ini mungkin hanya berfungsi sebagai kandang gajah," tambahnya.
Jejak Kekuasaan Prabu Siliwangi
Sejarah Cirebon ternyata jauh lebih kompleks, dengan banyak kerajaan kecil yang sempat berdiri di wilayah ini. Menurut Chaidir, sekitar abad ke-11 hingga ke-13, Cirebon menjadi bagian dari Kerajaan Wanagiri, salah satu dari kerajaan kecil yang berada di bawah kekuasaan Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran.
"Di wilayah utara ada Kerajaan Singapura, di selatan ada Indraprahasta, di timur ada Japura, dan di barat ada Wanagiri," jelasnya.
Palimanan menjadi salah satu wilayah kekuasaan Kerajaan Wanagiri yang memiliki peran penting dalam jaringan kerajaan kecil di sekitar Cirebon. Wilayah barat Cirebon yang kini dikenal sebagai Palimanan merupakan bagian dari kekuasaan Kerajaan Wanagiri, sementara wilayah tengahnya saat itu masih berupa hutan belantara.
Sebagai bagian dari upaya membuka permukiman baru, Pangeran Cakrabuana yang diperintahkan oleh gurunya mulai membuka hutan di wilayah tengah Cirebon yang kemudian menjadi Kampung Caruban, cikal bakal dari Kerajaan Cirebon.
Keberadaan patung gajah di Palimanan sesungguhnya menjadi simbol pengingat akan jejak sejarah yang hampir terlupakan. Meski tidak semua masyarakat memahami makna di balik patung ini, gajah tersebut menjadi penghubung dengan sejarah panjang daerah Cirebon dan keberadaan kerajaan-kerajaan kecil yang pernah bernaung di bawah kekuasaan Pajajaran.
"Harapannya, dengan mengetahui makna di balik patung-patung gajah ini, masyarakat Cirebon dapat lebih menghargai sejarah lokal dan terus melestarikannya," pungkas Chaidir.
(sud/sud)