Jika biasanya orang berziarah ke makam wali sanga secara bersama-sama, dengan membawa bekal yang cukup untuk di perjalanan. Namun, berbeda dengan Toni, di usianya yang ke 54 tahun, Toni memutuskan untuk berziarah wali sanga dengan cara solo backpacker atau musafir.
"Saya tuh ingin ziarah ke sembilan wali, kebetulan sekarang ini lagi di Cirebon, buat ke makam Sunan Gunung Jati dan nyari makam kuno yang ada di Cirebon, kayak makam Nyai Endang Geulis. Selama di Cirebon, tidurnya itu yah di masjid, namanya backpacker religi," tutur Toni, belum lama ini.
Saat ditemui di Pasar Loak Cirebon, Toni menceritakan, sekitar setahun yang lalu, dirinya berangkat dari rumahnya di Kuningan, Jawa Barat, hanya dengan membawa satu tas ransel yang berisi p3k dan sedikit pakaian, tanpa membawa uang ataupun alat komunikasi sama sekali. Tak lupa juga, sebelum melakukan perjalanan, Toni izin terlebih dahulu kepada istri dan anak-anaknya, serta menyiapkan bekal untuk mereka selama Toni pergi berziarah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Iyah izin dulu sama istri, karena tujuannya perjalanan spiritual, kalau anaknya mah dua, sudah pada nikah semua, cucunya empat, kebetulan di Kuningan masih punya usaha dan aset," tutur Toni.
Menurut Toni, di usianya yang sudah tak lagi muda, ada alasan tersendiri kenapa ia melakukan perjalanan untuk mengunjungi makam wali songo dan tokoh leluhur zaman dahulu.
"Tujuannya buat perjalanan spiritual atas dasar dorongan hati, dan napak tilas sejarah para wali, serta silaturahmi. Untuk tidurnya di masjid, jadi salat tahajud dan duha saya teratur, doain saja semoga lancar sampai Madura," tutur Toni.
Toni sendiri tidak mematok akan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengunjungi makam sembilan wali. Bagi Toni, tidak masalah perjalanan ia akan menghabiskan waktu lama, asalkan perjalanannya bermakna dan sampai pada tujuan.
"Nggak ada patokan, saya santai saja. Ini saja jualan sudah satu tahun, untuk wali yang berhasil dikunjungi itu dari Jawa Tengah yakni di Demak, dan Kudus, sama sekalian main ke Pati dan Sragen, kebetulan di sana ada teman," tutur Toni.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup selama di perjalanan, Toni berjualan pipa rokok atau cangklong. Menurut Toni, mulanya ia membeli pipa rokok hanya untuk dirinya sendiri. Tak lama kemudian, ia mulai memberanikan diri membeli lagi beberapa pipa rokok untuk dijual kembali.
"Lama-lama akhirnya saya jadi pedagang saja, karena ternyata banyak orang yang suka pipa rokok. Yang saya jual ada dua jenis, pertama pipa rokok kayu asem, dan pipa rasa kopi yang berasal dari kopi yang dilebur lalu dibentuk pipa, untuk harganya sekitar Rp 35.000,"tutur Toni.
Selain menjual pipa rokok, Toni juga berjualan uang koin lama dan batu akik. Uang koin lama tersebut merupakan milik Toni sendiri, yang sengaja ia jual untuk menghidupinya selama melakukan perjalanan ziarah sembilan wali, satu koin uang lama, Toni hargai Rp 20.000.
"Saya juga suka koleksi benda antik, cuman karena terkendala biaya, akhirnya saya cuman bisa mengoleksi koin antik. Ini lihat saja kebanyakan koin keluaran 1973 - 1978, itu kamu belum lahir. Dapatnya dari kota-kota yang sudah saya kunjungi, kadang ada orang yang ngasih atau dititipin untuk dijualin," tutur Toni.
Dalam sehari, Toni bisa mendapatkan uang sekitar Rp 50.000 sampai Rp 300.000 . Jika uang dari hasil berjualan pipa rokok, batu akik dan uang koin dirasa sudah cukup,Toni akan kembali melanjutkan perjalanan berziarahnya ke makam wali sanga lain yang belum dikunjungi.
"Iyah nanti habis dari Cirebon ini, ke Jawa Timur dahulu, di sana banyak wali dan makam tokoh juga, nanti rencana mau ke Banten sama Madura," tutur Toni.
Selama setahun melakukan perjalanan, ada banyak pengalaman berharga yang Toni temui, salah satunya menemukan banyak teman baru di perjalanan, bahkan beberapa orang yang pernah ditemui juga sama seperti Toni, yakni melakukan perjalanan ziarah wali sanga sendiri.
Menurut Toni, meski berasal dari daerah dari berbeda, dan tidak saling mengenal, tetapi, mereka memiliki ikatan solidaritas yang kuat.
"Saya sering menemukan orang yang melakukan perjalanan juga, bahkan ada yang melakukan perjalanannya dengan jalan kaki, kayak dari Cirebon sampai Banten itu jalan kaki, bahkan pas saya ke Pati, saya menemui orang yang sudah sebulan jalan kaki untuk ziarah. Kalau saya mending masih sambil berdagang, terus kalau uangnya kumpul baru bisa naik mobil," tutur Toni.
Besar harapan Toni, setelah ia berhasil menyelesaikan ziarah wali sanga ia akan mendapatkan banyak pelajaran dan menambah keimanan dirinya. "Semoga dapat menambah keimanan,karena di umur segini kita mau apalagi," pungkas Toni.
(yum/yum)