Di simpang tiga Cibelok dekat Pasar Harjamukti, Jalan Kanggraksan, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, terdapat penjual makanan khas Cirebon berupa mi koclok yang sudah berjualan selama puluhan tahun. Namanya Mie Koclok Mang Udin.
Generasi kedua dari Mie Koclok Mang Udin, Yudi (46) memaparkan ayahnya yang bernama Juhanta, sudah berjualan mi koclok sejak tahun 1970-an "Ada empat puluh tahunan mah, mulai saya kecil itu bapak sudah berjualan di sini, sekitar tahun 1979 lah. Ciri khasnya namanya Mie Koclok Mang Udin, padahal nama aslinya mah Juhanta, karena orang dulu kan namanya bisa nggak sesuai sama KTP," tutur Yudi, Kamis (24/10/2024).
Kala itu, lanjut Yudi, ayahnya berjualan tidak menggunakan gerobak, tetapi dengan cara dipikul. Namun, beberapa tahun setelahnya, ayahnya berjualan menetap menggunakan gerobak di Jalan Kanggraksan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yudi memaparkan, seiring bertambahnya usia, Juhanta yang kini sudah berusia 81 tahun, masih tetap berjualan. Namun, dibantu oleh Yudi. "Kebetulan bapak sudah sepuh ya, jadi saya bantu-bantu bapak saja, karena kemungkinan diteruskan sama saya juga," tutur Yudi.
Menurut Yudi, jika biasanya pedagang mi koclok akan membuka lapaknya di sore atau malam hari. Tetapi, Mie Koclok Mang Udin buka dari pagi hari sampai siang hari. Menurutnya, hal ini sengaja ia lakukan, karena sudah sejak puluhan tahun lalu, ayahnya berjualan mi koclok di pagi hari.
"Kalau di sini memang ciri khasnya buka dari pagi hari sekitar jam 06:00 - 14:00 WIB, habis nggak habis itu jam 2 siang pulang. Soalnya dari saya kecil itu jualannya pagi, jadi sering disebut mi koclok pagi," tutur Yudi.
Menurut Yudi, keunikan dari mi koclok adalah dari kuahnya, yang terbuat dari santan kelapa, tepung beras dan campuran rempah-rempah. "Untuk jaga cita rasa, pembuatan santannya itu nggak boleh ditinggal, takutnya nanti malah menggumpal. Karena jualannya pagi saya buat santannya itu sekitar jam 3 pagi," tutur Yudi.
Selain santan, bahan lain yang digunakan untuk membuat mi koclok adalah telur, mi, suwiran ayam, bawang goreng, daun bawang, taoge dan juga sambal bubuk. Yudi mengatakan, berbeda dengan di tempat lain, sambal yang digunakan untuk mi kocloknya merupakan sambal bubuk yang dibuat secara mandiri.
"Saya pakainya sambal kering, soalnya kalau pakai cabai basah itu pada nggak mau. Untuk cabai keringnya juga kita buat dan racik sendiri, nggak beli. Raciknya juga dengan cara ditumbuk sampai lembut jadi bubuk," tutur Yudi.
Perpaduan kuah yang terbuat dari tepung beras, santan kelapa dan rempah-rempah, yang dicampur dengan mi, telur, sayuran dan suwiran ayam, menciptakan sensasi rasa mi koclok yang sedap, kenyal sekaligus gurih. Apalagi, jika ditambah sambal bubuk, rasa pedas-kenyalnya akan lebih terasa di mulut.
Dengan harga Rp 20.000 per porsi, dalam sehari, Yudi, bisa menjual puluhan porsi mi koclok. "Paling banyak itu 50-60 porsi sehari, untuk omzetnya bisa tinggal di kali saja, satu porsinya kan Rp 20.000," pungkas Yudi.
(sud/sud)