Ikromi Ikhsan, pria asal Cirebon, Jawa Barat memiliki mimpi besar untuk mengubah nasib keluarganya. Dengan tekad bulat, ia memutuskan merantau ke Jepang untuk mencari peruntungan di negara tersebut.
Tahun ini merupakan tahun ke lima bagi Ikromi Ikhsan menetap di negeri Sakura. Ikromi mulai meninggalkan tanah air sejak tahun 2019 silam. Ingin memberikan kehidupan lebih baik bagi keluarga, menjadi alasan kuat bagi Ikromi merantau ke negara yang terkenal dengan disiplin dan teknologinya itu.
detikJabar berkesempatan berbincang-bincang langsung dengan Ikromi Ikhsan. Pria 29 tahun itu pun banyak bercerita tentang perjalanan hidupnya dalam hal pekerjaan.
Sebelum memutuskan berangkat di Jepang, Ikromi sendiri sempat menekuni beberapa bidang pekerjaan di Indonesia. Selepas lulus sekolah pada tahun 2013, Ikromi awalnya bekerja sebagai penjual ayam goreng selama beberapa tahun.
"Awal lulus sekolah saya kerja di Chicken (ayam goreng) pinggir jalan. Kurang lebih sekitar dua tahunan," kata Ikromi saat dihubungi melalui sambungan telepon, baru-baru ini.
Setelahnya, ia mulai melamar pekerjaan dan diterima di sebuah perusahaan otomotif di Jakarta. Dua tahun berselang, Ikromi kembali melamar pekerjaan dan diterima di perusahaan lain.
Adapun bisa bekerja di Jepang sebenarnya telah menjadi cita-cita bagi Ikromi sejak lama. Uang dari hasil bekerja di beberapa perusahaan di Indonesia itu pun sengaja ia tabung sebagai modal untuk bisa bekerja di Negeri Matahari Terbit.
"Emang dari dulu udah pengen ke Jepang, sejak lulus SMA. Cuma dulu kan belum ada biayanya," kata Ikromi.
Hanya saja, untuk bisa bekerja di Jepang ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada berbagai persiapan yang harus dilakukan oleh Ikromi.
Sebelum berangkat ke Jepang, Ikromi lebih dulu mengikuti program pelatihan di salah satu Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) yang ada di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Ada berbagai hal yang ia pelajari di lembaga tersebut, termasuk soal bahasa.
"Di LPK kita belajar dulu. Kurang lebih enam bulan kita belajar, termasuk belajar bahasa," terang dia.
Untuk bisa bekerja di perusahaan Jepang, ada beberapa tes yang dilalui oleh Ikromi. Seperti tes psikotes, tes wawancara dan lain sebagainya.
"Prosesnya kita wawancara dulu via zoom. Awal wawancara itu ada penerjemahnya. Karena kan kita waktu daftar belum ngerti bahasa Jepang sama sekali," kata Ikromi.
"Untuk tesnya itu ada tes psikotes dan tes fisik. Kalau tesnya lolos semua dan tes wawancara tahap satu lolos, nanti dilanjut wawancara tahap dua langsung dengan perusahaannya. Nanti didampingi sama penerjemah. Setelah wawancara dengan perusahaan Jepang, baru kita pelatihan bahasa," sambung dia.
Singkat cerita, Ikromi pun akhirnya diterima di sebuah perusahaan di Jepang. Ia bekerja di sebuah perusahaan kayu yang ada di Osaka, Jepang.
Termotivasi Gaji Besar
Menurut Ikromi, gaji yang ia dapat dari hasil bekerja di perusahaan di Jepang itu jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan saat dia bekerja di Indonesia. "(Gajinya) kalau dibandingkan dengan waktu (kerja) di Indonesia sih emang jauh," ucap Ikromi.
Saat ini, dengan bekerja di perusahaan yang ada di Jepang tersebut, Ikromi mengatakan gaji yang ia dapat setiap bulannya yaitu berkisar antara Rp11 juta - Rp15 juta.
"Kalau saya kan pakainya visa magang. Kalau buat kerja, visa itu ada tiga (macam). Sebenarnya ada beberapa, cuma secara umum yang banyak orang tahu itu tiga," terang Ikromi.
"Dan kalau visa yang magang itu biasanya (gajinya) paling rendah. Kalau di Osaka, mungkin kalau dirupiahkan sekitar Rp11 juta - Rp15 juta (per bulan). Itu buat yang visa magang. Dan itu baru gaji pokoknya saja," kata dia menambahkan.
Sedikit mengulas soal visa, Ikromi menjelaskan visa magang tersebut berlaku maksimal lima tahun. Oleh karena itu, setelah lima tahun bekerja di Jepang, ia berencana akan pulang ke Indonesia.
"Kalau visa magang itu maksimal lima tahun. Rencananya bulan 12 (Desember 2024) ini saya juga mau pulang (ke Indonesia)," kata Ikromi.
Ikromi sendiri mengaku termotivasi bekerja di Jepang karena melihat gaji yang lebih besar. Menurutnya, gaji yang diterima saat ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan gaji saat dia bekerja di perusahaan yang ada di Indonesia.
"(Alasan kerja ke Jepang) terutama memang karena gaji sih. Karena tujuan ke Jepang memang buat cari uang," kata dia.
Dengan gaji yang mencapai belasan juta rupiah itu, Ikromi rutin mengirim sebagian uang untuk keluarganya di Indonesia. Sedangkan sebagiannya lagi, ia tabung dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari di Jepang.
"Kalau saya sendiri, gaji itu 50 persennya saya kirim ke Indonesia (untuk keluarga). Sedangkan 50 persennya lagi buat kebutuhan sehari-hari di sini. Tabungan juga ada," kata dia.
Simak Video "Video Kementerian P2MI Lirik 400 Ribu Loker di Jerman: Pasar yang Menjanjikan"
(dir/dir)