Ratusan pemuda di Kabupaten Demak antusias mengikuti seleksi magang ke Jepang yang digelar Pemkab Demak bersama Kementerian Ketenagakerjaan RI. Salah satunya, Surya Jati Kusuma (24), pemuda asal Desa Mranak, Wonosalam, yang punya tekad kuat belajar budaya disiplin Negeri Sakura.
"Budaya Jepang itu budaya negara yang pekerjaannya disiplin, maju dan saya ingin belajar di sana," kata Surya saat ditemui detikJateng usai tes wawancara di Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian (Dinnakerin) Demak, Kamis (30/10/2025).
Lulusan SMAN 2 Demak itu berharap bisa lolos dan ditempatkan di industri konstruksi bangunan. Ia ingin menimba ilmu di Jepang, lalu pulang membawa pengalaman untuk membangun daerahnya sendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pengennya (masuk) industri konstruksi bangunan, agar (setelah program magang selesai) bisa membangun negara sendiri, daerah sendiri," ucapnya.
Sebelum mendaftar, Surya sudah lebih dulu belajar bahasa Jepang di sebuah Lembaga Pelatihan Kerja (LPK). Dari sanalah ia mengetahui ada seleksi magang yang dibuka pemerintah.
"Belajar bahasa Jepang dua bulan di LPK. Terus ada instruksi, ada seleksi, saya ikut," ujarnya.
Kepala Dinnakerin Demak, Agus Kriyanto, mengatakan ada 264 peserta yang mendaftar seleksi magang Jepang tahun ini. Sebagian besar berasal dari Demak, dan seluruh peserta berjenis kelamin laki-laki.
"Pendaftarnya itu ada 264 orang laki-laki semua. Sebagian besar berasal dari Demak, ada 200-an orang. Sisanya ada yang dari luar daerah," jelas Agus.
Agus menuturkan, peserta harus melalui beberapa tahapan tes, mulai dari matematika, kesamaptaan, ketahanan fisik, hingga wawancara. Pada tahap pertama ini, Pemkab Demak memberikan dukungan penuh tanpa memungut biaya.
"Ada beberapa rangkaian seleksi yang harus mereka lalui. Di seleksi daerah tahap satu ini ada tes matematika, kesamaptaan, ketahanan fisik, dan wawancara," kata Agus.
"Untuk tahap ini gratis dari Pemkab Demak. Nanti selanjutnya seleksi daerah tahap dua kita fasilitasi penginapannya, mungkin tempat-tempat mereka berkegiatan. Tapi tidak ada anggaran dari Pemkab lagi," imbuhnya.
Peserta yang lolos nantinya akan magang selama maksimal tiga tahun di Jepang. Jika performa dinilai baik dan perusahaan masih membutuhkan, masa magang bisa diperpanjang hingga lima tahun.
"Magang ini batasan tiga taun dulu, tapi setiap tahun ada evaluasi. Nanti setelah tiga tahun ada evaluasi besar akan datang, kalau dari perusahaan masih membutuhkan dan yang bersangkutan masih berkeinginan, bisa tambah dua tahun," terang Agus.
Para peserta juga dijanjikan gaji belasan juta rupiah per bulan, dengan biaya hidup yang sudah ditanggung perusahaan.
"Minimal (gaji) Rp11 juta Jepang, belum termasuk lembur, itu bisa dapat sekitar Rp14-15 juta sebulan," katanya.
Agus berharap, para pemuda yang berangkat magang ke Jepang dapat kembali dengan keterampilan dan kedisiplinan tinggi, bahkan menjadi wirausahawan di daerahnya.
"Harapan kami setelah dari sana (Jepang), pertama skill-nya dapat, kemudian yang kedua tentang kedisiplinan. Di sana biar mereka bergaul dengan orang-orang dari negara-negara yang lain untuk meningkatkan kompetensi dan produktivitasnya," ujar Agus.
"Setelah kembali ke sini, mereka bisa berwirausaha tapi dengan modal dan soft skill yang dimiliki dari Jepang. Sudah banyak contoh-contohnya yang sukses setelah dari Jepang," pungkasnya.
(akn/ega)











































