Jepang menjadi salah satu negara tujuan yang diimpikan banyak orang. Negara yang aman, bersih, penuh teknologi membuat banyak masyarakat Indonesia memilih untuk meniti karier di negeri Sakura tersebut.
Dua sosok yang juga mengambil langkah tersebut adalah alumnus program fast track program studi Bahasa dan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (FIB Unair). Mereka adalah Laily Raffi Firdausy dan Manuela Bernarda Serang.
Keduanya membagikan pengalaman bekerjanya di Jepang. Menurut Laily, populasi produktif di Jepang terus menurun, sehingga mereka mulai mencari tenaga profesional dari berbagai negara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebutuhan tenaga kerja di negara tersebut tinggi yang menyebar di berbagai bidang.
"Termasuk bidang sosial humaniora punya peluang besar, tidak hanya di bidang penerjemahan atau perhotelan, tapi juga HR, logistik, dan industri kreatif," tutur Laily dikutip dari laman resmi Unair, Rabu (29/10/2025).
Tips Bekerja di Jepang
Berdasarkan pengalamannya, Laily membagikan tips bagi mahasiswa yang ingin bekerja di Jepang, yakni:
1. Bersiap dan Jangan Ketinggalan Informasi
Tips pertama yang diberikan Laily berkaitan dengan persiapan. Ia mengingatkan agar mahasiswa selalu peka terhadap informasi terbaru tentang program bekerja di Jepang.
2. Tingkatkan Nilai
Masa berkuliah merupakan waktu yang tepat untuk meningkatkan value atau nilai diri sendiri menurut Laily. Pastikan untuk memanfaatkan setiap kesempatan, aktif di organisasi, dan perdalam pengalaman agar Curriculum Vitae (CV) semakin kaya.
3. Sertifikasi Bahasa
Jika ingin bekerja di Jepang, detikers diharuskan mengerti bahasa mereka. Laily menyarankan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa dan mengejar sertifikasi seperti JPLT N2.
4. Memahami Budaya Kerja di Jepang
Tips terakhir yang Laily sampaikan adalah pentingnya memahami budaya kerja di Jepang. Pekerja di Jepang menekankan kedisiplinan dan etika bisnis.
"Kefasihan bahasa Jepang memang penting, tapi sikap terbuka, sopan, dan semangat belajar juga menjadi nilai tambah ketika kalian bekerja di perusahaan Jepang," tegasnya.
5. Kemampuan Berpikir Kritis Perlu Ditingkatkan
Sedangkan Manuela atau yang akrab dipanggil Nela menambahkan tips lainnya. Menurutnya, belajar bahasa dan sastra Jepang itu tak selalu soal bahasa.
"Tetapi juga tentang memahami karya sastra, nilai-nilai budaya, dan karakteristik masyarakat Jepang," jelasnya.
Nela menyarankan agar mahasiswa meningkatkan kemampuan berpikir kritis, memahami perbedaan budaya, dan mampu berkomunikasi yang adaptif.
"Ketika kompetensi global bertemu dengan jurusan kita, maka lahir kemampuan berkomunikasi lintas budaya. Itu yang membuat lulusan Sastra Jepang memiliki peluang luas di berbagai sektor, tidak hanya di bidang pengajaran atau penerjemah," tandas Nela.
(det/nwk)











































