Sore itu, Carli (85) tampak terbaring lemah di atas kasurnya. Pria yang dikenal sebagai pencipta lagu tarling pada era 1980-an ini kini tengah berjuang melawan berbagai penyakit komplikasi yang menyerangnya. Selain faktor usia, kondisi kesehatannya semakin memburuk, tetapi ingatannya tentang karya-karyanya yang dulu meledak di pasaran tetap kuat.
Carli, yang kini tinggal di Desa Benda, Kecamatan Karangampel, Kabupaten Indramayu, masih ingat jelas salah satu karya pertamanya yang berhasil menembus dapur rekaman, berjudul Sewu Siji atau Seribu Satu. Lagu tersebut merupakan titik awal kesuksesannya sebagai pencipta lagu tarling pada era 1980 hingga 1990-an.
Baca juga: Pamor Si Hitam dari Majalengka |
"Masih (ingat). Ya pertama rekaman tuh Sewu Siji terus ya akeh lah. Baka kontrol catetane ya ana 40 lagu e (ya pertama rekaman tuh Seribu Satu terus ya banyak lah. Kalau kontrol catatan ada sekitar 40 lagu)," ujar Carli saat ditemui detikJabar di Desa Benda, Kecamatan Karangampel, Kabupaten Indramayu, belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Istri Carli, Dasinih (67), yang setia mendampingi sang suami selama bertahun-tahun, kemudian mengambil sebuah dokumen dari balik lemari di kamar mereka. Dokumen itu berisi lirik-lirik lagu ciptaan Carli, meskipun beberapa di antaranya telah rusak dimakan usia dan sebagian lagi dimakan tikus.
"Sing paling seneng ya kuen Jam Siji Bengi, terus apa maning gah akeh sih. Angel mikirane soal e beli mikiri kuen siji bae (yang paling suka yaitu Jam Satu Malam, terus apa lagi ya banyak sih. Susah mengingatnya soalnya tidak mikirin satu lagu saja)," ungkap Carli sambil mengingat karya-karyanya.
Dasinih menjelaskan bahwa kondisi fisik suaminya mulai melemah lima tahun terakhir. Namun, dalam tiga bulan terakhir, kondisinya semakin menurun akibat komplikasi berbagai penyakit, seperti kolesterol, asam urat, dan diabetes. "Kolesterol, asam urat, diabetes kering tapi sedikit nggak banyak. Mulai ngederop ya 5 tahun. Parahnya baru 3 bulanan," kata istri Carli, Dasinih.
Sebelum menikah pada tahun 1984, Carli dikenal sebagai pribadi yang kreatif. Selain menciptakan lagu, ia juga hobi melukis dan bahkan mahir sebagai tukang bangunan. Lagu-lagu ciptaannya tak hanya diminati penyanyi lokal, tetapi juga dibawakan oleh artis tarling dari wilayah Cirebon hingga Kuningan. "Ya banyak ada yang dari Cirebon, Kuningan, terus orang sininya di Jatibarang, Indramayu. Kayak Yoyo S kan Indramayu tuh," jelas Dasinih.
Sayangnya, Carli kerap menjadi korban ketidakadilan. Ia sering menerima bayaran yang tidak sepadan dengan karya-karyanya, bahkan seringkali hanya dibayar secara dicicil. "Bayarannya tidak pasti, sering dicicil," tambah Dasinih.
Pada akhir 1980-an, beberapa lagu ciptaan Carli berhasil masuk dapur rekaman. Namun, saat itu, satu lagu hanya dihargai sekitar Rp10 ribu. "Yang Rp20 ribu tuh bagi saya sih gede waktu itu tuh. Bisa beli beras satu karung 25 kilogram," kata Dasinih sambil tersenyum.
Meskipun banyak penyanyi yang membawakan lagunya, hanya sedikit yang benar-benar peduli dengan kondisi Carli saat ini. Salah satu yang masih berhubungan dan mencari tahu kondisi Carli adalah penyanyi tarling terkenal, Diana Sastra. "Paling kemarin aja Diana Sastra yang cari alamat sampai datang ke sini," ujarnya.
(iqk/iqk)