Kegagalan Robiin (42) duduk di kursi legislatif untuk kedua kalinya, membuatnya ingin mencari nafkah sampai ke luar negeri. Warga Kecamatan Patrol, Kabupaten Indramayu itu sebelumnya berprofesi sebagai anggota DPRD Indramayu periode 2014-2019.
Namun niatnya menghidupi keluarga itu berakhir tak mujur. Robiin dikabarkan dipaksa kerja sebagai scammer atau penipuan online di Myanmar.
Semua berawal dari tawaran kerja yang ia dapatkan dari media sosial Facebook. Setelah perekonomiannya terancam setelah gagal nyaleg, Robiin tidak berpikir panjang. Info lowongan kerja itu langsung ia respon.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melalui sosial media, Robiin diberi tahu temannya agar melamar di sosial media Facebook, lalu diarahkan langsung ke aplikasi WhatsApp. Hingga sekitar bulan September pada tahun 2023 lalu, lamaran kerja dilayangkan Robiin dan berangkat ke Thailand sebagai admin HRD di salah satu perusahaan tekstil.
Dalam perjanjian kerja tersebut, Robiin mendapat iming-iming upah yang fantastis mencapai Rp16 juta per bulan, mendapatkan bonus dan cuti. Bahkan, Robiin yang berangkat secara ilegal itu dijanjikan akan mendapatkan visa kerja.
Tak ada yang menyangka, kondisi pahit malah dialami Robiin. Bukan bekerja sebagai admin HRD, Robiin justru dibuang ke sekitar perbatasan Myanmar.
Bahkan, Robiin selain harus bekerja selama puluhan jam, ia juga sering mendapatkan hukuman (siksaan). Apalagi, ia yang dipaksa sebagai seorang scammer dan dituntut untuk memenuhi target 100 kontak dalam sehari.
"Tidak sesuai karena saat ini bukan di negara Thailand saat ini suami saya ada di Myanmar di perbatasan dan dia dipekerjakan sebagai online scamming," cerita Yuli Asmi (40), Istri Robiin.
Diceritakan Yuli, suaminya tersebut tak hanya dipaksa bekerja selama belasan hingga 24 jam. Robiin pun acapkali mendapat hukuman lantaran tidak bisa mencapai target kerja. Yaitu mencari seratus kontak dalam sehari.
Hantaman kayu balok hingga setruman pun seringkali mengenai tubuh Robiin selama dipekerjakan sebagai scammer untuk mencari kontak orang Eropa. Bahkan, Robiin sempat dipaksa bekerja selama 24 jam.
"Dalam satu hari itu dia harus mencari seratus kontak dalam sehari. Itu pasti dapat hukum. Suami saya pernah dihukum disetrum karena targetnya belum selesai jadi harus bekerja hampir 24 jam itu," ucap Yuli sambil menahan rasa pilunya.
Yuli mengaku beberapa kali masih berkomunikasi dengan suaminya. Meskipun hal itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Tak tega mendengar kondisi suaminya di luar negeri, membuat Yuli cemas.
Berbagai upaya pun dilakukan Yuli demi kepulangan sang suami. Namun nahas, hingga saat ini upaya untuk memulangkan suami ke tanah air tak kunjung mendapatkan hasil.
"Saya sendiri ada (komunikasi), karena saya sudah melapor ke banyak pihak, saya sudah melapor ke Polda, saya sudah melapor ke Kemenlu, sudah audiensi dengan Komnas HAM dan Perempuan juga jadi tapi ternyata evakuasi kan belum terjadi. Dia menanyakan perkembangan itu sih," tuturnya.
Di sisi lain, Yuli pun masih merasa cemas lantaran ancaman akan hukuman lebih berat bisa menimpa suami. Apalagi hal itu jika informasi tentang suami viral.
"Kalau penyiksaan itu apabila viral sebenarnya mereka pasti habis. Mereka itu akan di sekap tidak boleh dikasih makan sama sekali, kalaupun dikasih makan itu makanan sisa dan kondisinya sangat buruk," ujarnya.
Yuli mengaku keberangkatan suaminya ke luar negeri memang tidak sesuai dengan prosedur. "Kalau itu memang tidak tahu karena tidak ada agen ya. Kalau keluarga, saya sendiri mengetahuinya. Tidak ada izin dari pemerintah," ungkapnya.
"Suami saya pernah dijual ke perusahaan lain dan itu di perusahaan sekarang ada 27 WNI di sana," sambungnya.
Informasi adanya dugaan penyiksaan terhadap Robiin yang merupakan mantan anggota DPRD Indramayu menuai respons pemerintah daerah. Pemerintah saat ini tengah fokus mencari lokasi keberadaan Robbin di Myanmar.
Kepala Bidang Penempatan Kerja Disnakertrans Indramayu, Asep Kurniawan memastikan pemerintah daerah memastikan akan membantu pemulangan Robiin. Upaya koordinasi baik secara lisan atau formal digencarkan kepada berbagai pihak terkait.
"Bersurat langsung dengan KBRI, Kemenlu, mungkin dengan BP2MI, Kemnaker mungkin secara by phone sudah saya koordinasi nanti," kata Asep, Jumat (11/10/2024).
Robiin diduga menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO). Disnakertrans Indramayu mengaku kesulitan untuk pertanggung jawaban dari pelaku karena terjadi di luar negeri. Apalagi, informasi lowongan kerja yang membuat Robbin pergi ke luar negeri tersebut datang dari sebuah media sosial bukan agen perseorang atau perusahaan penyalur.
"Betul itu nomor dari Thailand ya. Nah ini sulit. Kalau mungkin orang sini mungkin kita bisa telusuri. Tapi karena medsos yang secara keluarga sendiri nggak banyak mengetahui," terang Asep.
Untuk saat ini kata Asep, pemerintah daerah lebih memfokuskan upaya pencarian lokasi sekaligus evakuasi para korban di Myanmar.
"Kita fokus pemulangan dulu. Ini jangan sampai terulang kembali, karena sebenarnya ini di info nasional sudah ramai sekali dan sudah ditindaklanjuti dengan cepat," ujarnya.
"Ini masih dugaan ya ada yang disebut penipuan. Tapi konteksnya dari mulai mekanisme sudah terlihat ini tidak sesuai prosedur apalagi ada penyiksaan ada eksploitasi, ini sudah masuk," sambung Asep.
Yuli Banting Tulang Ngojek-Dagang Kue Demi Hidupi Keluarga
Pada tahun 2019 silam menjadi akhir bagi Robiin menyandang status sebagai anggota DPRD Indramayu. Kala itu, Robiin lolos ke parlemen dari Partai Nasdem nomor urut 4 di daerah pemilihan 6 pada periode 2014-2019.
Di tahun 2019, Robiin kembali berjuang mempertahankan kursi legislatif. Ia pun kembali nyaleg dari partai dan dapil yang sama. Namun, pada pemilihan legislatif periode 2019-2024, jumlah suara yang diperoleh Robiin tidak memenuhi syarat untuk lolos ke parlemen.
"Jadi di 2014-2019 itu dia masuk ke legislatif. Nah ketika perang di 2019 itu kan gagal, jadi di situ awalnya," kenang Yuli.
Diakui Yuli, upaya Robiin pada pencalonan keduanya sangat maksimal. Bahkan, ia sudah mengeluarkan banyak modal untuk menggaet suara. Dari kondisi itu, Robiin lantas tergiur dengan tawaran kerja yang didapatnya dari media sosial.
Namun nestapa harus dialaminya. Angan untuk bekerja di luar negeri, berakhir beban berat yang harus dipikul Yuli.
Di tengah kerisauannya soal kondisi sang suami yang terjebak jadi scammer di Indramayu, Yuli juga harus banting tulang demi bisa bertahan hidup dengan tiga anaknya. Sudah berbulan-bulan, Yuli tak bertemu bahkan tak mendapatkan nafkah dari sang suami.
"Saya miris ya, di sini bukan hanya suami saya yang menjadi korban tapi saya dan anak-anak pun ikut menjadi korban. Karena untuk saat ini saya harus menggantikan peran suami saya mencari nafkah harus mengedukasi juga anak-anak saya. Saya pun harus ber-advokasi supaya pemerintah bisa evakuasi suami saya dan teman-temannya," katanya.
Yuli kini tinggal bersama ketiga anaknya. Tak hanya berharap keselamatan suaminya, Yuli pun harus mencari nafkah untuk membiayai keluarga.
"Untuk kebutuhan anak-anak saya ya saya dagang, saya memang nggak kerja karena saya juga harus mengurusi anak-anak sekolah kan," keluh Yuli.
Ketika itu, Yuli masih tinggal di rumah orang tua yang berada di Desa Arjasari, Kecamatan Patrol, Kabupaten Indramayu. Di samping ia mengurusi ketiga anaknya yang masih sekolah, ia pun berjualan kue basah di rumahnya.
Hal itu dilakukan karena rumahnya yang berada di Desa Bugel sudah dijual. Sesaat setelah Robiin gagal masuk legislatif untuk kali keduanya.
Tak hanya jualan kue. Demi bisa mendapat uang, Yuli sempat menjadi ojek dadakan. Ia menerima jasa antar tetangga-tetangga sekitarnya.
"Bikin kue basah itu. Terkadang ketika saya belum pindah ke Bekasi, saya ya sering ngojek maksudnya sering ngantar tetangga-tetangga. Apapun itu lah kalau bisa menghasilkan uang," terang Yuli.
Namun pendapatan yang diperoleh, dirasakan Yuli tidak cukup. Ia dan ketiga anaknya pun kini terpaksa tinggal di Bekasi yang merupakan tempat tinggal keluarga besarnya.
"Iya sama di sini juga jualan kue basah. Ya lumayan aja hasilnya. Tapi di sini bisa saling bantu lah sama kakak kalau misal kurang," ungkapnya.
(aau/sud)