Sebuah warisan budaya khas Cirebon, batik Ciwaringin berhasil memikat hati seorang pecinta seni sejarah asal Republik Ceko, Miss Sarah. Wanita yang dikenal sebagai spesialis seni sejarah ini tak hanya terpesona oleh keindahan motif batik, tetapi juga oleh proses pembuatannya yang unik dan ramah lingkungan.
Batik Ciwaringin berbeda dari batik lainnya yang sering kali menggunakan pewarnaan kimiawi. Di desa Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, para pengrajin masih setia menggunakan bahan-bahan alami dalam setiap tahap pembuatan batik, mulai dari pewarnaan hingga pengeringan. Pohon mahoni, salah satu sumber pewarna alami, menjadi andalan dalam menciptakan warna merah yang khas pada batik Ciwaringin.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Cirebon, Abraham Mohammad, mengungkapkan bahwa Miss Sarah pertama kali mengetahui tentang batik Ciwaringin melalui promosi di media sosial. Dalam kunjungannya ke Cirebon beberapa waktu lalu, Miss Sarah mengunjungi Museum Cakra Buana untuk melihat langsung batik Ciwaringin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Beliau sangat antusias dan mengapresiasi kearifan lokal yang masih terjaga di sini," ujar Abraham, Kamis (26/9/2024).
Menurut Abraham, Kabupaten Cirebon memang menjadi salah satu daerah yang masih mempertahankan tradisi pembuatan batik dengan bahan alami, sesuatu yang semakin langka di tengah perkembangan industri batik yang lebih modern.
"Hanya beberapa daerah di Indonesia yang masih melestarikan teknik ini, dan Ciwaringin adalah salah satunya," tambahnya.
![]() |
Kunjungan Miss Sarah ke Cirebon membuka peluang baru bagi promosi batik Ciwaringin ke kancah internasional. Abraham mengungkapkan bahwa ada kemungkinan Disbudpar Cirebon akan diundang ke Republik Ceko untuk mempromosikan batik Ciwaringin lebih lanjut.
"Ini adalah kesempatan besar untuk memperkenalkan batik Ciwaringin ke dunia," katanya.
Ketertarikan Miss Sarah bukanlah hal yang biasa. Sebagai seorang yang telah lama berkecimpung dalam dunia seni dan sejarah, dia mengaku baru pertama kali menemukan batik yang seluruh prosesnya menggunakan bahan alami.
"Saya terkesan dengan cara para pembatik Ciwaringin menjaga kelestarian alam melalui penggunaan pewarna dari tumbuhan. Ini tidak hanya indah, tapi juga memberikan nilai tambah pada batik itu sendiri," ungkap Miss Sarah.
Ia menilai, dengan pewarna alami seeprti yang dilakukan oleh pembatik Ciwaringin. Tentunya sangat menjaga kelestarian alam serta dapat meningkatkan nilai tambah bagi batik itu sendiri.
"Setelah dijelaskan lebih lanjut, saya sangat kagum karena warna yang digunakan pakai pewarna alami dari tumbuhan. Bukan hanya itu saja, batiknya juga punya nilai lebih karena menggunakan pewarna alami," bebernya.
(yum/yum)