Penjabat (Pj) Bupati Cirebon, Wahyu Mijaya, menghadiri rapat koordinasi pelaksanaan deteksi dini preventif dan respons penyakit di Hotel Aston, Kecamatan Kedawung, Selasa (10/9/2024). Dalam rapat yang diinisiasi oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon tersebut, Wahyu menekankan pentingnya percepatan penanganan penyakit menular dan tidak menular di Kabupaten Cirebon.
Rapat koordinasi tersebut dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk camat, kapolsek, komandan koramil, direktur rumah sakit, perwakilan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), serta berbagai profesi lainnya. Wahyu menyampaikan, Pemkab Cirebon berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menangani masalah kesehatan yang ada, seperti demam berdarah dengue (DBD), tuberkulosis (TB), kematian ibu dan anak, stunting, dan lain-lain.
"Proses penanganan ini diharapkan dapat dilakukan dengan sinergi. Harapannya, kita dapat melihat pemetaan yang lebih jelas, seperti pemetaan per kecamatan. Apa masalahnya di setiap kecamatan, kita cari inovasinya," ujar Wahyu seusai rapat koordinasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wahyu juga menegaskan bahwa penanganan masalah kesehatan bukan hanya tanggung jawab Dinas Kesehatan, melainkan menjadi urusan bersama. "Dengan koordinasi ini, kita bisa lebih mudah menyelesaikan masalah-masalah yang ada," tambahnya.
Pemkab Cirebon, lanjut Wahyu, memberikan perhatian khusus terhadap kasus-kasus DBD dan TB yang masih cukup tinggi. Hingga Juli 2024, tercatat ada sekitar 1.400 kasus DBD di Kabupaten Cirebon, dengan enam di antaranya berujung kematian. "Ini menjadi perhatian serius bagi kita semua. Bagaimana caranya menangani kasus ini secara efektif melalui kolaborasi semua pihak," kata Wahyu.
Senada dengan Wahyu, Kepala Dinkes Kabupaten Cirebon, Neneng Hasanah, mengungkapkan bahwa kasus DBD di tahun 2024 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Neneng menekankan pentingnya upaya preventif untuk menekan angka kematian akibat DBD.
"Kematian yang terjadi umumnya disebabkan oleh keterlambatan mendapatkan pelayanan kesehatan," jelas Neneng. Ia juga mengimbau masyarakat untuk menjaga lingkungan, terutama dalam hal pemberantasan jentik nyamuk.
Neneng menyarankan agar di setiap keluarga terdapat juru pemantau jentik (Jumantik) yang bertugas memeriksa dan memberantas jentik nyamuk. "Di daerah endemis, kita akan mendorong adanya inovasi untuk meningkatkan peran Jumantik sehingga kasus DBD dapat menurun dan tidak ada lagi kematian," pungkasnya.
(sud/sud)