Tidak jauh dari Jalan Pantura Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, terdapat sebuah warung serabi yang cukup unik. Berbeda dengan serabi pada umumnya, serabi Gupak ini disajikan dengan kuah santan dan gula merah.
Uniknya, serabi mungil berwarna hijau buatan Warsinih (54) disajikan dengan cara berbeda. Saat disajikan, serabinya terlihat seperti 'berenang' di dalam kuah santan dan gula merah.
Dari cara itu, Warsinih kemudian menamai tempat usahanya dengan sebutan Serabi Gupak. Gupak dalam bahasa Jawa Dermayu berarti renang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kan gupak di santan sama gula, iya renang," kata pemilik warung serabi Gupak, Warsinih, Kamis (5/9/2024).
Diceritakan Warsinih, ia memulai berjualan serabi Gupak sejak tahun 2017 lalu. Mulanya, ia hanya mencoba jualan serabi tetapi dengan sajian lain.
"Dari tahun 2017. Ya ngarang aja lah karena dari dulu kue serabi sudah ada," ujarnya.
![]() |
detikJabar mencoba mencicipi kue serabi unik buatan Warsinih. Saat disantap, rasa serabi mungil berwarna hijau seperti serabi umumnya. Namun, aroma pandan cukup terasa.
Apalagi, perpaduan rasa gurih dari santan padan dan manisnya gula merah. Menambah sensasi kelezatan tersendiri saat menyantap kue satu-satunya di Indramayu tersebut.
Usaha yang digeluti Warsinih tak pernah sepi pengunjung. Dalam sehari, ia bisa menghabiskan 10 sampai 15 kilogram tepung terigu untuk adonan serabi. Untuk kuahnya, Warsinih biasa menghabiskan sekitar 20 butir kelapa dan 10 hingga 20 kilogram gula merah.
"Kalau bulan bala (bulan Safar) kadang-kadang kan banyak yang cari buat cimplo itu bisa nyampe 20 hingga 40 kilogram (tepung terigu)," jelasnya.
Untuk satu porsi serabi Gupak, Warsinih membanderol harga hanya Rp6 ribu. Yaitu berisi 5 serabi dan 2 bungkus santan dan gula merah.
"Uangnya ya kadang-kadang dapat Rp2 juta, kadang lebih," kata Warsilah sebut omzet penjualan setiap harinya.
Tak hanya warga Kecamatan Kandanghaur, serabi Gupak Warsinih cukup terkenal di seluruh Kabupaten Indramayu. Selain berkunjung secara langsung banyak dari pelanggan yang pesan melalui jasa penitipan (jastip).
Maryana (30) misalnya, sebagai jastiper ia rela menunggu waktu lama untuk mendapatkan sejumlah bungkus serabi gupak sesuai ia pesan. Ia mengaku sudah lama menyukai kue serabi gupak.
"Banyak yang upload di media sosial. Jadi kita coba cari tahu tempatnya di mana. Sudah lama sih tahu itu dari tahun 2019 cuman biasanya nitip sama teman, kalau kebetulan lewat ya datang sendiri," kata Maryana.
Menurutnya, rasa gurih dan manis serabi gupak buatan Warsinih menjadi khas tersendiri. "Kalau ini kan ada santan dan gulanya," ungkapnya.
Tenarnya kue serabi gupak bikin Maryana ikut ketiban cuan. Sebagai jastiper ia sering menerima pesanan. Bahkan, dalam sehari ia bisa menerima untung Rp100 ribu lebih.
"Saya kalau jual harganya Rp10 ribu. Karena kan jaraknya jauh ya, saya di Haurgeulis," ujarnya.
(dir/dir)