Bubur sura tentu tidak asing bagi sebagian masyarakat saat memasuki bulan Muharam atau awal bulan di tahun Hijriah. Tradisi pembuatan bubur sura juga masih dilestarikan sebagian masyarakat di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Salah satunya dilakukan warga di Desa Larangan, Kecamatan Lohbener, Kabupaten Indramayu. Sejak pagi, warga berdatangan di rumah Tarjaya, salah satu tokoh masyarakat desa setempat. Tidak sedikit mereka membawa aneka pangan hasil bumi hingga buah-buahan untuk dijadikan bahan pembuatan bubur sura.
"Alhamdulillah guyub, intinya menjalin silaturahmi. Ada yang bawa makanan hasil bumi kayak laos, ubi dan sebagainya," kata Tarjaya kepada detikJabar, Kamis (25/7/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Antusias warga terlihat saat membuat bubur sura. Sedikitnya, warga menggunakan dua penggorengan besar saat memasak bubur khas bulan Muharam tersebut.
Menurut Tarjaya, bubur sura ini tergolong cukup unik. Pasalnya, bukan hanya terbuat dari beras. Bubur ini dibuat dari bahan aneka macam pangan hasil bumi, buah-buahan hingga rempah-rempah.
Tradisi bubur sura selain mempererat tali silaturahmi, makanan yang ada sejak zaman dulu itu dipercaya memiliki banyak khasiat untuk kesehatan tubuh.
"Itu kan bahan-bahannya alami semua tanpa kimia. Dulunya itu sebagai makanan berkhasiat (obat) tapi karena saking banyaknya jumlah bahan ya sekitar 10 lebih lah, makanya orang tua dulu jadikan obat itu seperti bubur," ujarnya.
Bagi Tarjaya, tradisi bubur sura ini sudah dilakukan selama dua tahun belakangan. Ia pun bertekad meneruskan kebiasaan orang tuanya.
"Ya kalau bukan kita siapa lagi yang meneruskan. Dulu masih banyak yang bikin bubur khususnya di Desa Larangan. Tapi sekarang mulai jarang," ungkapnya.
(sud/sud)