Pola Kolaborasi ala Dedi Supandi untuk Membangun Majalengka

Pola Kolaborasi ala Dedi Supandi untuk Membangun Majalengka

Erick Disy Darmawan - detikJabar
Kamis, 11 Jul 2024 20:15 WIB
Pj Bupati Majalengka Dedi Supandi.
Pj Bupati Majalengka Dedi Supandi. (Foto: Erick Disy Darmawan/detikJabar)
Majalengka - Gaya kepemimpinan Dedi Supandi membawa angin segar bagi Kabupaten Majalengka. Sejak dilantik menjadi Pj Bupati Majalengka per 19 Desember 2023 lalu, Dedi langsung berbenah kekurangan-kekurangan yang ada di daerah berjuluk 'Kota Angin' itu.

Sejumlah keluhan masyarakat pun direspons dengan cepat. Bahkan di awal menahkodai Majalengka, Dedi banyak menerima keluhan dari masyarakat. Stadion Warung Jambu adalah salah satu objek yang dikeluhkan.

Selama bertahun-tahun masyarakat kerap mengeluhkan kondisi Stadion Warung Jambu yang dianggap kumuh. Mendengar keluhan ini, tanpa basa-basi Dedi langsung meninjau stadion tersebut dan segara memperbaikinya dengan menggelontorkan anggaran sebesar Rp3,1 miliar.

Tak hanya stadion, infrastruktur jalan juga kerap dikeluhkan masyarakat. Dedi pun langsung membetuk Unit Reaksi Cepat Tambal Jalan (URCTJ) untuk menjawab keluhan tersebut agar bisa ditangani dengan cepat.

Gebrakan yang dilakukan Dedi itu langsung membawa dampak positif untuk Majalengka. Bahkan gaya kepemimpinannya itu, sukses membetot hati masyarakat.

Dedi mengaku, terobosan-terobosan yang dilakukannya itu tak lepas dari prinsip kolaboratif government atau pemerintahan gotong royong. Oleh karena itu, dirinya bisa leluasa tanpa menunda-nunda setiap keluhan masyarakat.

"Kolaborasi itu menjadi bagian yang paling penting. Alhasil dari situ, dari sentuhan kolaboratif, gabungan kolaborasi dengan inovasi muncullah beberapa konsep dan itu ternyata warga masyarakat mengapresiasi banyak hal," kata Dedi saat diwawancarai detikJabar.

Prinsip kolaboratif government yang diterapkan di Majalengka saat ini, kata Dedi, sejatinya berawal dari keterbatasan anggaran. Dengan kekuatan APBD 2024 senilai Rp3,4 triliun, Dedi menganggap, dirinya tidak akan bisa berbuat banyak untuk membenahi Majalengka. Pasalnya serapan anggaran untuk honor PPPK saja sudah cukup besar terkuras.

"Banyak sekali program kegiatan 2024 yang sebetulnya masyarakat membutuhkan dan harus dibenahi, tetapi terbatasnya kondisi anggaran, termasuk juga pola alur tentang penganggaran. Masa kita ada beberapa permasalahan diselesaikan menunggu (anggaran) perubahan, atau harus 2025. Ya kan keburu selesai," ujar Dedi.

Dedi menyampaikan, langkah tersebut dinilai efektif dalam merespons setiap keluhan masyarakat. Terbukti, saat ini beberapa contoh program yang telah ia jalankan merupakan hasil kolaboratif dengan berbagai pihak.

"Contoh kolaboratif yang kita lakukan itu adalah terkait dengan PJU. PJU itukan tidak ada anggarannya, dan kami saat ini sudah mengajukan 1.200 lampu PJU untuk penerangan di Majalengka. Yang kedua kaitan dengan pembangunan beberapa sarana dan penyelesaiannya misalnya GGM, belum lagi kegiatan sarana untuk PMI itu juga kolaboratif. Belum lagi tentang beberapa objek wisata, itu juga kita lakukan kolaboratif," papar dia.

"Termasuk unit reaksi cepat tambal jalan pada kenyataannya pun juga ada kolaboratifnya, dengan dunia usaha dan juga masyarakat yang ada. Kolaboratif itu masuk dari berbagai sisi, ada kolaborasi dalam penanganan bencana. Kami pernah melakukan penanganan saat banjir di Kertajati. Kolaboratifnya kita gabungkan antara kemampuan Pemda, gotong royong masyarakat, BBWS, termasuk Pemprov dan pusat juga turun. Akhirnya penanganan itupun bisa selesai cepat dalam rangka penanganan darurat," tambahnya.


(dir/dir)


Hide Ads