Keraton Kanoman kembali menggelar pembacaan Babad Cirebon tepat pada Senin (8/7/2024) malam atau 1 Muharram 1446 H dalam kalender Islam. Pembacaan Babad Cirebon berlangsung khidmat dengan aroma kemenyan yang menyelimuti seisi ruangan.
Berbeda dengan tahun sebelumnya dimana pembacaan babad dilaksanakan di Witana. Khusus di tahun ini, akibat hujan deras, pembacaan babad dipindahkan di ruangan Prabayaksa, Keraton Kanoman.
Juru bicara Kesultanan Kanoman Ratu Raja Arimbi Nurtina memaparkan, tujuan diadakan pembacaan babad ini adalah untuk memberikan edukasi khususnya pada generasi muda, agar selalu mengingat tanah asal usulnya. Tradisi pembacaan babad, lanjut Arimbi, sudah berlangsung selama ratusan tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tradisi ini sudah dilakukan kurang lebih sejak tahun 1529 M, bahkan mungkin bisa sebelum tahun tersebut," tutur Ratu Raja Arimbi Nurtina, Senin (8/6/2024).
Arimbi mengungkap, Babad Cirebon berisi tentang awal mula pembentukan Cirebon, yang dimulai di wilayah Lemahwungkuk, kala itu Lemahwungkuk masih menjadi daerah yang sepi yang dihuni oleh beberapa orang saja. Namun, setelah Raden Walangsungsang, anak dari Prabu Siliwangi membabat alas Kebon pesisir, bersama dengan Ki Danusela tempat yang tadinya sepi, mulai ramai dihuni orang.
Proses pembabatan tersebut, menggunakan Golok Cabang yang menjadi pemberian dari seorang Pendeta Buda Parwa yang bernama Sanghiyang Nago dari Gunung Siangkup. Pembukaan alas inilah yang menjadi tanda hari lahirnya Cirebon.
"Cirebon sebagai pedukuhan yang dibuka oleh Ki Danusela atau Ki Gedeng Alang-alang pada Ahad kliwon, tepatnya pada 1 Suro 1367 Saka / 866 H / 1445 M, bersama Pangeran Walangsungsang atau Cakrabuana," jelas Arimbi.
Menurut Arimbi, titik awal pembabatan alas tersebut terjadi di tempat yang sekarang bernama Bangsal Witana, berasal dari kata Wi yang berarti pembuka, dan Tana yang berarti tanah atau tanah pembuka. Bangsal Witana sendiri berlokasi di bagian dalam Keraton Kanoman.
"Dari situlah, kemudian Kesultanan Kanoman berargumentasi dan berkeyakinan bahwa Cirebon kini telah berusia 578 tahun, merujuk pada Sajarah Pakuwuan Caruban, yang dibangun oleh Pangeran Cakrabuwana dan Ki Danusela, yang mana setiap tahunnya pada tanggal 1 Ram-Ji-Ji / Muharram (Sura) selalu diadakan Pembacaan Babad Cirebon di Keraton Kanoman Cirebon," tutur Arimbi.
Sebelum pembacaan Babad Cirebon, pada sore harinya, dilaksanakan doa tawasul kepada Pangeran Cakrabuana yang bertempat di bangsal Witana. Prosesi pembacaan babad diawali dengan pembukaan, sambutan Kanjeng Gusti Sultan Raja Muhammad Emirudin dan sambutan dari pemerintah daerah, lalu diakhiri dengan doa penutup.
(mso/mso)