Cirebon salah satu destinasi wisata di Jawa Barat (Jabar). Selain wisata religi dan belanja, daerah berjuluk Kota Udang ini juga menyuguhkan wisata kuliner yang jempolan. Salah satunya empal gentong.
Empal gentong memiliki sejarah dan keunikannya sehingga diburu wisatawan. Pedagang empal gentong di Cirebon, baik di Kota Cirebon maupun Kabupaten Cirebon menjamur. Harganya pun variatif, ada yang belasan ribu hingga puluhan ribu.
Mirip Gulai
Empal gentong merupakan sajian kuliner khas Cirebon yang terdiri dari potongan daging dan dipadukan dengan kuah santan berwarna kuning. Saat disajikan, setiap satu mangkuk empal gentong biasanya akan ditaburi oleh potongan daun kucai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sepintas, kuah kuning yang ada di empal gentong membuat makanan tersebut hampir menyerupai gulai. Namun, empal gentong khas Cirebon memiliki citarasanya tersendiri dan mampu memanjakan lidah bagi siapa saja yang menyantapnya.
Hasil Akulturasi Budaya
Dosen Sejarah UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon Tendi mengungkapkan, empal gentong merupakan sajian kuliner yang diperkirakan sudah ada sejak ratusan tahun lalu, tepatnya sekitar abad ke-15.
Tendi mengatakan, makanan berkuah kuning itu lahir atas adanya percampuran budaya dari berbagai bangsa atau negara. Seperti Indonesia, Arab, India hingga Tiongkok. Hal ini mengingat Cirebon sendiri merupakan daerah yang dulunya menjadi tempat pertemuan masyarakat dari berbagai negara.
"Karena dulunya Cirebon itu menjadi melting pot atau tempat pertemuan," kata Tendi saat berbincang dengan detikJabar di Cirebon, baru-baru ini.
Sehingga, akulturasi budaya tercipta bahkan hingga ke menu makanan seperti salah satunya empal gentong yang kini dikenal sebagai sajian kuliner khas Cirebon. "Kalau dilihat dari bentuknya kan seperti gulai khas Arab dan India. Sedangkan (unsur) nusantara, tiongkok dan India, itu bisa dilihat dari bumbu-bumbunya. Jadi Nusantara, Tiongkok dan India itu rempahnya kuat," kata Tendi.
"Kalau dilihat dari gulainya sendiri kan itu (khas) Arab dan India. Karena kalau lihat masakan yang ada di India, itu tidak jauh berbeda seperti itu. Sedangkan untuk rasanya, itu berasal dari lokal (Indonesia) rempah-rempahnya, yang bercampur dengan teknik-teknik memasak masyarakat Tiongkok dan India," kata Tendi menambahkan.
![]() |
Misteri 'Rahim' Empal Gentong
Tendi sendiri belum bisa memastikan pertama kali empal gentong 'dilahirkan', atau daerah yang menjadi rahim empal gentong diciptakan. Namun, banyak yang berpendapat jika makanan tersebut lahir di Desa Battembat, Kecamatan Tengahtani, Kabupaten Cirebon.
Terkait dengan hal tersebut, kata Tendi, Desa Battembat sendiri merupakan daerah yang dikenal sebagai pusat penjagalan hewan. Seperti sapi maupun kerbau.
Di tengah banyaknya daging hewan tersebut, tidak sedikit masyarakat di sekitar kawasan itu yang kemudian memanfaatkannya untuk membuat empal gentong. Hanya saja, kata Tendi, pada zaman dulu masyarakat hanya membuat empal gentong untuk kebutuhan pribadi, tidak untuk dijual.
"Yang terkenal memang dari sana (Desa Battembat, Kecamatan Tengahtani). Karena dikenal sebagai produsen daging juga, ada tempat penjagalan di sana. Tapi dulu itu, memasak (empal gentong) dilakukan di masing-masing rumah dan tidak menjadi komoditas dagang tertentu," kata Tendi.
"Tapi ketika makanan itu menjadi sesuatu objek yang bisa diperjualbelikan dan kebetulan terkenalnya di sana, sehingga orang menyangkanya (empal gentong) berasal dari sana (Desa Battembat, Kecamatan Tengahtani)," sambung dia.
Warisan Budaya
Saat ini, empal gentong sendiri dikenal sebagai salah satu makanan khas Cirebon. Saat berkunjung ke daerah ini, rasanya tidak akan sulit untuk menemukan para pedagang empal gentong.
Warung atau rumah makan yang menjajakan makanan ini bisa dengan mudah ditemukan di wilayah Kota maupun Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Empal gentong pun telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB). Mengutip situs resmi Warisan Budaya Kemendikbud, sesuai dengan namanya, daging dan jeroan di empal gentong dimasak di dalam gentong dari tanah liat selama lebih dari 10 jam. Yang dimasak juga tidak terbatas hanya daging, tetapi juga jeroan seperti limpa, paru, hati, usus, babat, bahkan kepala sapi pun masuk.
Pembeli bisa memilih daging atau jeroan yang dikehendakinya. Setelah itu daging dalam gentong tadi akan dipotong kecil-kecil dan disiram dengan kuah. Di atasnya lalu ditaburi bawang goreng dan daun bawang. Empal gentong bisa disajikan dengan nasi atau lontong, sesuai selera pengunjung.
(sud/sud)