Jejak zaman penjajahan masih terlihat di berbagai daerah, dari berupa infrastruktur hingga bangunan. Di Kabupaten Indramayu misalnya, sejumlah bangunan zaman Belanda masih tersebar di beberapa wilayah termasuk di Kawasan Pecinan.
Penelusuran detikJabar pada Jumat (7/6/2024), kawasan itu terletak di sekitar Jalan Cimanuk hingga Jalan Veteran, Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu. Sepanjang jalan sebelah timur sungai Cimanuk Lama tampak bangunan megah khas era kolonial masih berdiri tegak. Meski kesan terbengkalai terlihat dari beberapa bangunan yang lapuk dan tidak terawat.
Baca juga: Kembang Gula Ebo yang Tawarkan Nostalgia |
Di ujung jalan Cimanuk, detikJabar mencoba berbincang dengan seorang warga setempat. Herman (65) menjelaskan deretan bangunan tua itu tak lain sisa dari zaman penjajahan Belanda. Terbukti dari segi gaya bangunan khas Belanda dengan pengaruh model bangunan Tiongkok.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terlebih kata Herman, dulu wilayah yang tak jauh dari jantung pemerintahan Kabupaten Indramayu ini dikenal dengan sebutan Kawasan Pecinan atau Kawasan Penduduk Cina.
"Dulu tuh namanya pecinan, penduduk Cina. Saya saja lahir tahun 1956, ini sudah ada dari zaman Belanda," ujar Herman saat ditemui detikJabar, Jumat (7/6/2024).
Dimungkinkan lanjut Herman, kawasan ini menjadi salah satu permukiman sekaligus tempat beraktivitas warga Tionghoa.
Kala itu, letaknya yang strategis membuat kawasan Pecinan ini sempat menjadi salah satu pusat ekonomi di Kabupaten Indramayu. Pelabuhan besar dan jalur rel kereta api mengapit wilayah ini sehingga memudahkan aktivitas perniagaan.
"Di sini dulu kota kan di situ pelabuhan, belakang kali tuh. Kota-nya di sini, sentra ekonomi. Yang di depan itu rel kereta api dari Jatibarang ke Paoman zaman penjajahan Belanda," ujarnya.
Konon, deretan bangunan tua itu dahulu memiliki fungsi beragam. Mulai dari gudang barang, pabrik makanan olahan hingga pabrik penggilingan padi.
Utamanya kata Herman, kawasan ini lebih didominasi aktivitas hilir mudik transaksi pangan terutama padi. Terbukti di kawasan ini banyak bangunan bekas penggilingan padi.
"Di sini tuh penggilingan padi semua banyak. Di sekitar sini aja ada 5 tuh sampai jalan Veteran," katanya.
Seiring waktu berjalan, sibuknya aktivitas di pusat ekonomi itu memudar. Fungsi dari bangunan tua itu tidak lagi seperti sedianya setelah melewati masa penjajahan.
Namun, saat itu kondisi bangunan tergolong cukup baik dan rapi. Bahkan, banyak industri film yang melirik kawasan Pecinan sebagai tempat shooting.
Bahkan diceritakan Herman, ia sempat menjadi seorang figuran saat pengambilan gambar film, salah satunya film berjudul 'pasukan berani mati' tahun 1982.
"Pernah ikut shooting film pasukan berani mati. Ya cuma sebagai figuran aja, kalau malam dibayar Rp 5 ribu, kalau siang Rp 7.500," ungkapnya.
Sayangnya kata Herman, momen itu tinggal kenangan. Sebagian bangunan-bangunan tua pun mulai terhapus. Selain sudah marak pembaruan juga beberapa terlihat terbengkalai.
"Dulu masih utuh bangunannya, sekarang mah sudah direhab semua. Ya sekitar 50 persen mah ada yang direhab," ujarnya.
Herman berharap, kondisi bangunan sisa zaman Belanda ini tetap dilestarikan hingga menjadi kota tua di Kabupaten Indramayu.
"Kalau ada sedikit perhatian dari pemerintah mah mungkin bisa jadi kota tua," harapannya.
(dir/dir)