Tidak jauh dari keraton Kacirebonan, tepatnya di Jalan Pulasaren, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon, terdapat penjual serabi legendaris yang sudah ada sejak puluhan tahun lalu.
Dikenal dengan nama 'serabi Pulasaren' usaha yang digeluti oleh Pat (50) ini sudah ada sejak 50 tahun lalu. Pat merupakan generasi kedua yang meneruskan usaha ibunya.
"Dari tahun 70an sudah ada, itu yang jualan ibu saya, saya cuman lanjutin, sampai sekarang banyak sudah tau juga dari TikTok, sama YouTube," tutur Pat saat berbincang dengan detikJabar, Jumat (7/6/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pat menceritakan awal mula usaha serabi yang digeluti keluarganya itu. Mulanya, sang ibu berjualan sejak tahun 1970-an. Sebelum di Jalan Pulasaren, ibunya yang Bernama Wartini membuka usaha itu di dekat Pasar Kanoman.
"Dulu ibu jualannya nggak di sini, tapi di dekat keraton Kanoman, baru tahun 2004 dilanjutkan sama saya, sudah 20 tahunan lah," tutur Pat.
Meski penjual serabi menjamur, namun Pat mengaku serabi yang dijualnya berbeda dengan yang lainnya. Dari segi citarasa, serabi Pat punya ciri khas lantaran dibuat tanpa bahan pengawet.
"Serabi Pulasaren itu tahan lama, nggak pakai pengawet kaya gituan, ada yang dibawa ke Surabaya juga nggak basi, soalnya banyak orang dari luar kota Cirebon juga pada beli di sini," tutur Pat.
Ada sekitar 45 varian rasa serabi yang dijual Pat, dari mulai serabi polos, serabi tempe, serabi ayam, serabi sosis, serabi oreg, serabi keju, serabi coklat, serabi susu, serabi nangka, serabi kerang dan masih banyak lagi.
"Dari awal jualan juga emang varianya banyak," tutur Pat.
![]() |
detikJabar mencoba mencicipi serabi buatan Pat dengan rasa ayam dan telur. Saat dimakan, rasa telur dan suwiran daging ayam yang dicampur dengan adonan tepung beras dan parutan kelapa terasa nikmat di mulut.
Apalagi jika ditambah dengan saus, rasa pedas yang menyatu dengan serbi menciptakan rasa pedas gurih sekaligus. Untuk proses pembuatanya sendiri, masih menggunakan cetakan tradisional yang terbuat dari tanah liat.
Usaha yang dilakoni Pat ini ramai dikunjungi. Pat bahkan mengaku habis 10 kilo adonan serabi dalam sehari.
"Untuk totalnya sih kurang pasti jadi berapa serabi, soalnya nggak ngitungin, tapi 100 lebih serabi mah ada," tutur Pat.
Saban hari, serabi milik Pat selalu kebanjiran pembeli, menurut Pat untuk menghindari antrian kebanyakan pembeli memesan terlebih dahulu lalu diambil kemudian. Untuk harga serabinya sendiri cukup bervariasi dari mulai harga Rp 5.000 - Rp 15.000.
Serabi Pulasaren milik Pat buka dari jam 11:00 - 20:00 WIB. Menurut Pat, penghasilan dari berjualan serabi cukup untuk menghidupi keluarganya, bahkan bisa menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi.
"Ada yang udah lulus S1 yang laki-laki, kuliah di kampus yang ada di Cirebon. Buat penghasilan mah tergantung, namanya juga orang jualan, tinggal disyukuri saja," pungkas Pat.
(dir/dir)