Pengamat Bicara Peluang dan Modal Politik di Pilwalkot Cirebon 2024

Pengamat Bicara Peluang dan Modal Politik di Pilwalkot Cirebon 2024

Ony Syahroni - detikJabar
Selasa, 07 Mei 2024 16:37 WIB
Gedung Balai Kota Cirebon
Gedung Balai Kota Cirebon. Foto: Ony Syahroni/detikJabar
Cirebon -

Sejumlah nama mulai mencuat menjelang Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) Cirebon 2024. Setidaknya ada beberapa nama dari berbagai latar belakang yang dinilai memiliki peluang untuk maju dalam kontestasi politik lima tahunan itu. Mulai dari kalangan politisi, birokrat hingga pengusaha.

Namun ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan untuk dijadikan sebagai modal bagi mereka yang ingin ikut berkontestasi dalam Pilwalkot Cirebon 2024. Di antaranya modal ekonomi, sosial, budaya dan modal simbolik.

Demikian dikatakan oleh pengamat politik dari Universitas Gunung Jati (UGJ) Cirebon, Khaerudin Imawan. Menurutnya, keempat modal tersebut merupakan faktor penting untuk bisa meraih tingkat popularitas maupun elektabilitas bagi setiap calon yang akan maju dalam Pilwalkot Cirebon 2024.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Untuk mencapai tingkat popularitas dan elektabilitas tentu ada langkah-langkah. Pertama, mereka harus mengukur diri, seberapa besar mereka memiliki modal atau kapital. Sejauh ini kapital dikonotasikan uang," kata Wakil Dekan FISIP UGJ itu, Selasa (7/4/2024).

Namun, menurutnya modal ekonomi sendiri bukan satu-satunya faktor yang bisa memengaruhi tingkat popularitas maupun elektabilitas bagi setiap calon yang ingin maju dalam kontestasi Pilkada. Sebab, ada beberapa hal lain yang tidak kalah penting untuk diperhatikan.

ADVERTISEMENT

"Kapital ini menjadi faktor. Tapi bukan satu-satunya faktor. Karena banyak orang yang kemudian punya uang besar tapi zonk elektabilitasnya. Sementara ada orang yang uangnya pas-pasan tapi bisa jadi. Artinya, kekayaan finansial tidak menjamin mereka bisa mendapatkan elektabilitas," kata Khaerudin.

Untuk itu, bagi calon yang ingin maju dalam Pilwalkot Cirebon 2024 harus juga memperhatikan atau memiliki beberapa modal lain, antara lain yaitu modal sosial, budaya hingga modal simbolik.

"Modal sosial itu indikatornya adalah bagaimana dia menyosialisasikan diri di masyarakat. Bermasyarakat dengan baik, melayani, guyub dan lain sebagainya. Calon yang ingin berkontestasi harus introspeksi diri, seberapa besar modal sosial yang dia miliki," kata Khaerudin.

Sementara dari sisi budaya, hal tersebut dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari dari setiap individu. Baik dilihat dari cara bekerja dan lain sebagainya.

"Modal budaya tersebut adalah yang terimplementasi dari kehidupan sehari-hari. Seperti budaya kerja di tempat kerjanya, gotong royong, kemudian pendidikan. Karena pendidikan juga akan melahirkan praktik-praktik setiap personal di tengah masyarakat. Cara pandang orang terhadap setiap masalah tergantung dari aspek pendidikannya," kata Khaerudin yang juga menjabat sebagai Wakil Dekan FISIP UGJ Cirebon.

Selanjutnya adalah modal simbolik. Ia menjelaskan, modal simbolik yang dimaksud adalah sesuatu yang tampak atau melekat dari diri setiap individu. Seperti paras, penampilan, cara berkomunikasi dan lain sebagainya.

"Ekonomi, sosial, budaya, simbolik ini dipertaruhkan untuk mendapatkan modal politik. Caranya bagaimana? Ada strategi konversi. Yang nggak punya uang, gimana caranya bisa tertutup oleh modal sosial. Dengan begitu orang-orang akan datang karena menganggap dia bagus, guyub dengan masyarakat, jaringan luas. Orang-orang akan rela, kalau kita ibaratkan pakai gerakan koin satu orang Rp1.000 misalnya," kata Khaerudin.

"Terus yang tidak punya modal sosial tapi punya uang, bagaimana caranya untuk memenuhi modal sosial ini. Artinya dia sudah waktunya beradaptasi, meluangkan waktu untuk turun ke masyarakat. Itu bisa mengimbangi modal sosial dia. Begitu pun dengan modal budaya termasuk modal simbolik. Semua bisa dipertukarkan. Contohnya, Komeng itu nggak banyak keluarkan uang, tapi dia simboliknya tinggi," sambung dia.

Politisi yang Berpeluang Maju di Pilwalkot Cirebon

Untuk Pilwalkot Cirebon 2024, Khaerudin menyebut ada beberapa nama dari berbagai latar belakang yang memiliki peluang untuk ikut berkontestasi dalam pesta demokrasi lima tahunan itu.

Dari kalangan politisi, ada nama Fitria Pamungkaswati. Menurut Khaerudin, ketua DPC PDIP Kota Cirebon itu cukup memiliki peluang untuk maju dalam Pilwalkot Cirebon 2024. Namun ada beberapa catatan bagi Fitria jika ingin maju di Pilwalkot 2024.

"Dari PDIP ada Fitria Pamungkaswati. Modal simboliknya dia sebagai ketua (DPC PDIP), dia perempuan. Tapi coba pertimbangkan modal ekonomi dia, dan jaringan relasi dia. Apakah cukup di internal partai atau punya jaringan lain. Kemudian modal budaya, dia punya modal apa secara budaya, termasuk modal sosial," kata dia.

Selain Fitria, politisi perempuan lainnya yang disebut memiliki peluang maju dalam Pilwalkot Cirebon 2024 adalah Eti Herawati. Ia merupakan mantan Wakil Wali Kota Cirebon yang juga menjabat sebagai Ketua DPD NasDem Kota Cirebon.

Meski berstatus sebagai mantan wali kota Cirebon di periode sebelumnya, namun tetap ada beberapa modal penting yang harus dimiliki Eti jika ingin maju lagi dalam Pilwalkot 2024.

"Walaupun Eti digadang-gadang memiliki popularitas tinggi, tapi kalau ternyata modal sosialnya lemah dan hanya bermodalkan status, berat juga," kata Khaerudin.

Adapun nama politisi lain yang dianggap berpeluang maju dalam Pilwalkot Cirebon 2024 berasal dari Partai Gerindra. Khususnya kader Gerindra yang kini duduk di DPRD Kota Cirebon.

"Dari Gerindra mungkin belum terlihat. Tapi hitung-hitungan modal politik (dari Gerindra) adalah mereka yang duduk sebagai anggota legislatif sekarang dan yang terpilih. Dia punya modal. Mas Ruri (Ruri Tri Lesmana) misalkan. Dia sebagai pimpinan dewan (Ketua DPRD Kota Cirebon) modal politiknya sudah ada, modal sosial punya. Tapi masih perlu pembuktian," kata Khaerudin.

Selanjutnya, nama lainnya yang juga dinilai berpeluang maju dalam Pilwalkot Cirebon 2024 adalah Dani Mardani. Khaerudin menilai ketua DPD PAN Kota Cirebon itu memiliki modal cukup untuk ikut berkontestasi dalam Pilwalkot Cirebon 2024.

"Mas Dani sudah gembar-gembor dapat legitimasi politik (rekomendasi dari DPP PAN). Artinya modal politik sudah kuat. Modal sosial lumayan, relasi lumayan, kemudian kedekatan dengan masyarakat di konstituennya oke. Karena dia terbukti menjadi anggota dewan 4 periode," kata Khaerudin.

Selain Dani Mardani, kalangan politisi yang dinilai memiliki modal cukup untuk maju dalam Pilwalkot Cirebon 2024 adalah Handarujati Kalamullah. Dia merupakan politisi Partai Demokrat yang saat ini duduk di DPRD Kota Cirebon.

"Dari Demokrat ada Mas Andru (Handarujati Kalamullah). Mas Andru juga punya banyak modal di sini," ucap Khaerudin.

Kalangan Pengusaha dan Birokrat

Selain nama-nama yang tadi disebutkan, ada juga sosok lain yang dinilai berpeluang maju dalam Pilwalkot Cirebon 2024. Sosok yang dimaksud adalah Bamunas Setiawan Budiman. Pria yang akrab disapa Oki itu merupakan seorang pengusaha sekaligus politisi dari PDIP.

Sebagai seorang pengusaha, Oki dianggap memiliki modal ekonomi yang cukup. Modal itulah yang membuatnya dianggap memiliki peluang untuk maju dalam Pilwalkot Cirebon 2024.

"Saya kira di Cirebon banyak pengusaha-pengusaha. Bos Grage (Grage Mall) yang digadang-gadang, itu juga orang PDIP lama. Bisa jadi dengan modal ekonomi dia yang masih mapan, bisa jadi akan menjadi cara dia untuk mendapatkan rekomendasi," kata Khaerudin.

Sekadar informasi, dalam Pilwalkot Cirebon, Bamunas atau Oki sendiri sebenarnya bukan orang baru. Ia merupakan sosok yang pernah maju dalam kontestasi politik tersebut.

Pada Pilwalkot Cirebon 2018 misalnya, ia maju sebagai calon wali kota berpasangan dengan Effendi Edo. Namun, pada Pilwalkot 2018 lalu, pasangan Bamunas-Effendi Edo kalah dari pasangan Nashrudin Azis-Eti Herawati.

Menjelang Pilwalkot Cirebon 2024, Khaerudin memandang Bamunas merupakan salah satu sosok yang memiliki peluang untuk kembali maju sebagai calon wali kota.

Selain Bamunas, sosok lain yang dianggap memiliki peluang yang sama adalah Agus Mulyadi. Agus yang kini menjabat sebagai Pj Wali Kota Cirebon itu dinilai memiliki modal yang cukup untuk maju berkontestasi dalam Pilwalkot 2024.

"Birokrat ketika dia menjadi sosok birokrat, itu sebagian besar modal politik sudah dimiliki. Karena dia sudah bisa memengaruhi birokrasi. Dia sudah bisa menjembatani kepentingan pemerintah dalam hal ini eksekutif dan legislatif. Politik anggaran dia sudah berkecimpung di dalamnya dengan anggota legislatif. Maka modal politik dia sudah tertata di situ," kata Khaerudin.

Dari sisi modal sosial, Agus Mulyadi juga dianggap sebagai sosok yang memiliki jaringan. Baik di dalam pemerintahan maupun di luar pemerintah.

"Dia punya jaringan birokrat, jaringan ASN dan jaringan organisasi-organisasi yang memang biasa menjadi ruang lingkup kinerja pemerintah daerah. Tapi balik lagi, mampu tidak dia mengonversi sosok simboliknya menjadi modal-modal lainnya yang kira-kira sama-sama memperkuat," kata Khaerudin.

Di samping itu, ada juga faktor lain yang bisa menjadi penentu bagi Agus Mulyadi ketika ingin mengikuti kontestasi politik Pilwalkot Cirebon 2024. Dalam hal ini yaitu terkait dengan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja atau pelayanan pemerintah Kota Cirebon yang kini dipimipin Agus.

"Karena birokrat juga tidak sepenuhnya memiliki peluang tinggi. Karena ada faktor X. Misalkan tingkat kepercayaan publik terhadap pejabat, tingkat kepercayaan publik terhadap layanan pemerintah, kepercayaan publik terhadap kinerja personal. Sekarang menjadi Pj (Wali Kota) sudah sekian bulan, ada tidak progres atau akselerasi yang bisa dia jual, bahwa ini lah saya. Nah itu kan kita belum tahu. Karena dia hanya menjalankan kebijakan-kebijakan yang kemarin. Ide-ide originalitasnya belum muncul. Nah faktor X yang saya maksud di sini juga penting," kata Khaerudin.

(sud/sud)


Hide Ads