DBD di Kota Cirebon Tercatat 164 Kasus, 1 Meninggal Dunia

DBD di Kota Cirebon Tercatat 164 Kasus, 1 Meninggal Dunia

Ony Syahroni - detikJabar
Selasa, 23 Apr 2024 18:00 WIB
Kepala Dinas Kesehatan Kota Cirebon, Siti Maria
Kepala Dinas Kesehatan Kota Cirebon, Siti Maria (Foto: Ony Syahroni/detikJabar)
Cirebon -

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cirebon mencatat kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayahnya telah mencapai 164 kasus. Dari ratusan kasus tersebut, satu di antaranya dilaporkan meninggal dunia.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Cirebon, Siti Maria mengatakan, 164 kasus DBD itu merupakan jumlah kasus yang tercatat selama periode Januari - April 2024.

Menurut Siti, jumlah kasus DBD di Kota Cirebon yang tercatat tahun ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya dalam periode yang sama. Di mana selama periode Januari-April 2023, jumlah kasus DBD di Kota Cirebon ada sebanyak 70 kasus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika dilihat dari perbandingan antara tahun 2023 dan 2024 dalam periode yang sama, maka jumlah kasus DBD yang tercatat pada tahun ini mengalami peningkatan lebih dari dua kali lipat.

"Tahun kemarin sampai April itu ada 70 kasus. Untuk tahun sekarang sampai April ada 164 kasus dan ini Aprilnya belum selesai," kata Siti Mariah kepada detikJabar di Kota Cirebon, Senin (22/4/2024).

ADVERTISEMENT

"Jadi memang peningkatannya tajam. Tahun ini untuk kasus DBD selama Januari-April itu ada satu orang yang meninggal dunia," kata Siti menambahkan.

Menurut Siti, dari total kasus DBD yang tercatat saat ini, jumlah kasus terbanyak ada di dua wilayah. Yakni di Kelurahan Kalijaga dan wilayah Majasem, kelurahan Karyamulya. Di dua wilayah itu, jumlah kasus DBD masing-masing tercatat ada sebanyak 23 kasus.

"Jumlah tertinggi ada di Majasem dan di kelurahan Kalijaga. Jumlahnya sama, ada 23 kasus," kata Siti.

Di tengah meningkatnya jumlah kasus DBD tahun ini, Dinkes Kota Cirebon pun mengimbau masyarakat agar meningkatkan kesadaran dalam melakukan pencegahan.

Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah menerapkan 3M. Yaitu menguras tempat penampungan air, menutup tempat-tempat penampungan air dan mendaur ulang berbagai barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti.

Di sisi lain, Dinkes Kota Cirebon juga telah menyiapkan berbagai program untuk mencegah terjadinya kasus DBD di wilayahnya. Seperti fogging hingga melibatkan petugas jumantik atau juru pemantau jentik.

"Apabila memenuhi syarat nanti dilakukan fogging. Ada persyaratannya. Misalkan ada beberapa rumah warga yang memang ada jentik nyamuk. Kemudian yang demam tidak hanya yang sakit DBD saja, tapi ada juga di situ yang demam. Kita tidak begitu mudah (melakukan fogging)," kata dia.

"Di samping itu juga kan ada program-program lain. Seperti Jumantik, kemudian bagaimana anak-anak usia sekolah dilatih untuk bisa menjadi Jumantik," ucap Siti menambahkan.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads