Angka kematian akibat demam berdarah dengue (DBD) di Jawa Barat terus mengalami kenaikan dari hari ke hari. Penjabat (Pj) Gubernur Jabar Bey Machmudin meminta kepala daerah terjun langsung memberantas sarang nyamuk.
Data dinas kesehatan hingga tanggal 25 Maret 2024, kasus DBD telah terjadi sebanyak 11.729 kasus dengan angka kematian mencapai 105 orang. Jumlah itu meningkat 671 kasus DBD dan 9 kematian dalam kurun waktu lima hari.
Bey Machmudin mengatakan pihaknya masih terus berupaya menekan kasus penyebaran DBD dengan memasifkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan 3M plus. Dia juga meminta kepala daerah untuk turun langsung melakukan PSN.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya juga akan meminta seluruh kepala daerah untuk turun ke lapangan bersama masyarakat melakukan pembersihan sarang nyamuk," kata Bey, Selasa (26/3/2024).
Selain itu, Bey mengungkapkan Pemprov Jabar melalui dinas kesehatan akan menyiapkan alat NS-1, yakni sebuah alat pendeteksi pasien DBD secara cepat. Bey menegaskan, pemprov berupaya maksimal menekan angka kematian akibat DBD.
"Disiapkan NS-1, alat yang dapat mengetahui secara cepat apakah seseorang itu DBD atau tidak," ucapnya.
"Jadi yang kita tekankan adalah bagaimana menekan kematian, dan menekan kasusnya, tapi utama menekan kasus yang meninggal dunia," ujarnya menambahkan.
Adapun dari 11.729 kasus DBD dan 105 angka kematian, empat daerah menjadi penyumbang terbanyak. Keempat daerah itu ialah Kabupaten Subang, Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kota Bogor.
Sementara Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Imran Pambudi menambahkan, Jabar menjadi yang utama dalam pencegahan DBD karena memiliki kepadatan penduduk yang tinggi.
Karena itu kata dia, Kemenkes telah mengalokasikan beberapa logistik untuk Jawa Barat, yakni alat NS-1, larvasida (bubuk Abate), insektisida, dan lainnya.
"Untuk Jabar menjadi yang utama, penduduk paling banyak dan risiko paling tinggi karena padat penduduk. Jadi memang kita harus mitigasi," singkat Imran.
(bba/sud)