Cara Abdullah Jaga Tradisi Leluhur Lewat Bubur Harisah Khas Timur Tengah

Cara Abdullah Jaga Tradisi Leluhur Lewat Bubur Harisah Khas Timur Tengah

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Senin, 18 Mar 2024 15:30 WIB
Abdullah tengah menyiapkan bubur Harisah untuk dibagikan ke jemaah masjid
Abdullah tengah menyiapkan bubur Harisah untuk dibagikan ke jemaah masjid (Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar).
Cirebon -

Sudah menjadi kegiatan rutin yang dilakukan Abdullah setiap bulan Ramadan untuk mempersiapkan sajian bubur khas Timur Tengah. Terlihat, Abdullah bersama sang adik Fatimah, sedang sibuk memasukkan bubur ke dalam wadah yang terbuat dari styrofoam.

Bubur yang diberi nama bubur Harisah tersebut akan dibagikan kepada jemaah Masjid Asyafi'ie Bayasut, Kota Cirebon. Abdullah menuturkan, tradisi membagikan bubur Harisah di Masjid Asyafi'ie Bayasut saat Ramadan sudah berlangsung selama 4 generasi.

"Takjil bubur ini sudah dilakukan selama 4 turunan, dari kakek saya yang bernama Muhammad bin Islam bin Muhammad Bayasut. Saya sudah turunan ke-4," tutur Abdullah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Abdullah memperkirakan, proses pembuatan bubur Harisah sudah dilakukan kakeknya sejak tahun 1922. Bubur Harisah tersebut dibagikan secara gratis kepada warga sekitar dan jemaah yang datang ke Masjid Asyafi'i Bayasut. Dalam sehari Abdullah mempersiapkan 100 porsi bubur Harisah.

Untuk membuat 100 porsi bubur Harisah, Abdullah membutuhkan waktu sekitar 3 jam. Dengan bahan-bahan yang terdiri dari 5 kilogram beras dan1 kilogram daging kambing. Ditambah dengan rempah-rempah yang terdiri dari salam, sereh, kapulaga dan santan kelapa. Bahan-bahan tersebut, Abdullah olah hingga berubah menjadi bubur.

ADVERTISEMENT

Nampak, bubur dengan warna kecoklatan, dengan dengan butiran rempah-rempah. Meski tidak berkuah, saat dimakan, bubur Harisah terasa lembut di mulut dengan cita rasa campuran rempah, daging kambing dan santan kelapa yang sangat kuat.

Menurut Abdullah, nama bubur Harisah khas Timur Tengah sendiri memiliki arti berhenti. "Makna nya berhenti untuk buka bersama di Masjid Asyafi'ie Bayasut," tutur Abdullah.

Sejarah Masjid Asyafi'ie Bayasut

Masjid Asyafi'ie Bayasut merupakan masjid yang sudah berusia 1 abad lebih. Didirikan oleh kakak beradik pendatang dari Timur Tengah, bernama Syekh Muhammad Bin Islam Bayasut dan Abdullah bin Islam Bayasut pada tahun 1918. Keduanya merupakan kakek dari Abdullah.

Karena jaraknya cukup dekat dengan Masjid Merah Panjunan, untuk membedakan, Masjid Asyafi'ie Bayasut sering disebut juga sebagai masjid hijau. Selama bulan Ramadan Masjid Asyafi'i Bayasut mengadakan berbagai macam kegiatan seperti kajian rutin, belajar bahasa Arab, salat tarawih, itikaf dan tabligh akbar.

"Awalnya bentuk masjidnya tidak begitu, itu dibangun lagi 5 tahun lalu, dahulu mah warnanya hijau dan lantainya masih biasa," tutur lelaki yang memiliki nama lengkap Abdullah bin Islam bin Muhammad Bayasut,

Pasca di renovasi Masjid Asyafi'ie Bayasut, berubah menjadi warna kuning dan tiang berwarna putih. Dengan Lantai dan dinding yang sudah berkeramik. Masjid Asyafi'ie Bayasut terletak di Kampung Arab, Jalan Pekarungan, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon.

(mso/mso)


Hide Ads