Kala Krisis Pangan Melanda Cirebon di Masa Hindia Belanda

Lorong Waktu

Kala Krisis Pangan Melanda Cirebon di Masa Hindia Belanda

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Sabtu, 09 Mar 2024 10:00 WIB
Krisis pangan di Cirebon masa Hindia Belanda.
Krisis pangan di Cirebon masa Hindia Belanda. Foto: Arsip foto lawas perpustakaan Leiden
Cirebon -

Masa awal abad ke 20, menjadi masa yang cukup berat di Cirebon. Kondisi masyarakat Cirebon pada masa itu sangat memprihatinkan, akibat berbagai macam krisis.

Kondisi itu terlihat dalam jepretan lensa lawas dalam foto koleksi Belanda milik Charles Olke van der Plas di Karesidenan Cirebon tahun 1930. Foto yang tersimpan di koleksi perpustakaan Leiden tersebut diberi judul Ondervoede kinderen in de desa Plajangan ten zuidoosten van Cheribon tijdens een inspectiereis van Charles Olke van der Plas, resident van Cheribon, gedurende de economische crisis van de jaren 1930.

Dalam bahasa Indonesia berarti anak-anak yang kekurangan gizi di desa Plajangan di Tenggara Cirebon selama perjalanan inspeksi Charles Olke van der Plas, penduduk Cirebon selama krisis ekonomi tahun 1930an.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam foto memperlihatkan, bagaimana kondisi penduduk masyarakat Cirebon di wilayah Ciledug, Pangenan, Karang Sembung. Penduduk Cirebon, khususnya beberapa anak-anak laki-laki terlihat tidak memakai pakaian dengan kondisi perut yang membuncit dan pergelangan tangan serta kaki yang kecil. Kepala yang botak dan tidak memakai alas kaki.

Anak perempuan dan orang tua pun kondisinya tidak jauh berbeda, terlihat pergelangan tangan dan kaki yang kecil. Di bagian dada tampak tulang dada yang terlihat. Gizi buruk yang dialami menandakan mereka sedang mengalami krisis pangan.

ADVERTISEMENT
Krisis pangan di Cirebon masa Hindia Belanda.Krisis pangan di Cirebon masa Hindia Belanda. Foto: Arsip foto Perpustakaan Leiden.

Menurut pegiat sejarah dari komunitas Cirebon History krisis pangan di Cirebon terjadi sekitar tahun 1900-1930. "Dalam keterangan, terjadi krisis pangan di wilayah Pangenan-Ciledug-gebang dan wilayah Cirebon timur lainnya," tutur Lingga, Kamis (7/3/2024).

Masih menurut Lingga, pada masa itu, Cirebon memang sering dilanda krisis, dari mulai krisis pangan, penyakit malaria, kolera. Bahkan krisis air juga sering melanda Cirebon. Lingga menuturkan selama krisis pangan berlangsung, banyak masyarakat Cirebon yang tewas akibat kelaparan dan kekurangan gizi. Tetapi Lingga belum menemukan catatan pasti mengenai jumlah korban akibat krisis pangan di Cirebon.

Menurut Lingga, ada banyak faktor yang menyebabkan krisis pangan diantaranya krisis Malaise, sebuah krisis ekonomi yang melanda dunia pada masa itu, akibat krisis ini harga barang ekspor jatuh, banyak dari pribumi buruh pabrik menjadi pengangguran serta meningkatnya tingkat kejahatan. Ditambah kebijakan tanam paksa yang masih berlaku.

Mengatasi Cirebon yang sering mengalami banyak krisis. Menurut Lingga, sekitar tahun 1920an, pemerintah kolonial Cirebon mewacanakan semboyan, Per Aspera ad Astra yang berarti dari jerih payah menuju bintang. Semboyan ini bermakna dari kesusahan menuju pencerahan untuk Cirebon yang lebih baik lagi.

Dalam jurnal Per Aspera Ad Astra ke Cirebon baru, Perubahan Citra Kota Cirebon 1930 - 1950 an karya Dhanang Respati Puguh menyebutkan, lewat slogan Per Aspera ad Astra, Gemeente Cirebon ingin mengubah keadaan kota yang tadinya dipenuhi semak berduri dan rawa-rawa, baik dalam pengertian harfiah atau metafora Cirebon yang terbelakang dan belum berkembang menuju sebuah keadaan yang menyerupai bintang.

Seiring berjalanya waktu, akhirnya pemerintah Gemeente Cirebon berhasil mengatasi krisis yang ada. Dengan memperbaiki beberapa fasilitas umum seperti pengadaan air bersih, prasarana kesehatan dan penerangan jalan. Hingga hari ini, slogan Per Aspera ad Astra masih terpampang di dalam gedung Balai Kota Cirebon, Jalan Siliwangi, Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon Jawa Barat.

(sud/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads